Dalam hidup Haechan, hal yang paling membahagiakan hanya dua yaitu, hari pernikahannya dengan Hana dan yang kedua ketika Asha lahir. Namun, sepertinya hari ini juga termasuk yang berbahagia untuknya.
Penantiannya selama bertahun-tahun akhirnya terbayarkan. Barusan ia mendapat telepon dari perawat yang menjaga Hana bahwa wanita itu sudah sadar. Tanpa membuang waktu, Haechan langsung menancap gas ke sana.
Ditengah perjalanan, ponselnya berbunyi tapi Haechan mengabaikannya. Benda persegi itu terus berdering membuat fokusnya pecah. Terpaksa, ia menepikan mobilnya lalu mengangkat telepon tersebut, ternyata dari Mama.
Entah ia harus sedih atau senang sekarang. Ia sedih, mama mengabarinya kalau Asha jatuh dari tangga, ia bisa mendengar tangisan bocah itu. Di sisi lain, ia juga senang karena Hana sudah siuman.
Pada akhirnya ia memilih memutar balik mobilnya. Sudah dibilang kan jika Asha itu prioritasnya untuk saat ini. Lagi pula ia bisa mengajak Asha ketemu Hana nanti.
Adalah keputusan yang salah menjemput Asha di rumah Mama. Nyatanya bocah itu baik-baik saja. Ini hanyalah rekayasa Linda semata. Wanita itu sengaja memancingnya ke sini dengan membawa nama sang putri demi kelancaran rencananya. Sosok yang melahirkannya tersebut ingin menjodohkannya dengan anak temannya, tak lain adalah Mira, guru Asha.
Haechan sangat marah sampai emosinya meledak di sana. Tanpa sadar ia juga membentak Asha karena merasa dipermainkan. Putri yang sangat disayangi ternyata ikut dalam rencana Linda. Bahkan rela berbohong agar dirinya ke rumah ini.
Dengan perasaan kecewa, Haechan meninggalkan rumah tersebut. Tak peduli teriakan Asha terus memanggil namanya. Hatinya begitu sakit mengetahui putrinya lebih memilih orang lain menjadi Mamanya ketimbang Hana.
Haechan memasuki mobilnya dan melaju menuju rumah sakit. Sebelumnya ia sudah menghubungi seseorang untuk memindahkan Hana ke sana. Ia tak mau orang-orang itu mengetahui kondisi istrinya. Cukup dirinya saja yang tahu mengenai hal ini.
.
"Baik, terima kasih dokter."
Haechan pamit keluar dari ruangan tersebut. Ia baru saja menemui dokter yang menangani Hana. Katanya, kondisi sang istri belum pulih sepenuhnya. Ia masih harus menjalani perawatan dan terapi untuk mengembalikan fungsi ototnya yang kaku karena tak bergerak selama kurang lebih lima tahun.
Sedikit banyak ia merasa lega sekaligus bersyukur. Setidaknya Hana tak harus menjalani perawatan besar.
Haechan berdiri di depan ruangan Hana di rawat. Jantungnya mendadak berpacu dua kali lipat. Entah kenapa ia merasa gugup untuk bertemu sang istri.
"Duh, kok jadi grogi gini, sih?" tanyanya pada diri sendiri. Ia memutuskan untuk duduk sebentar seraya mengontrol detak jantungnya.
"Hana ngenalin gue gak, ya? Secara kan ini udah lima tahun. Gue gak secakep dulu pas masih muda," monolognya sambil berkaca pada ponselnya. "Dia masih cinta gak ya sama gue."
Haechan mendesah panjang mengingat ucapan sang dokter. Mungkin Hana akan kehilangan beberapa memorinya karena benturan yang didapatkannya dulu. Tapi, tak perlu khawatir karena itu hanya sementara. Perlahan memori yang hilang tersebut akan kembali.
"It's okay. Yang penting sekarang dia udah sadar. Kalaupun dia gak ingat, gue tinggal bikin ingatan dia balik." Ia meyakinkan dirinya sebelum memutar handel pintu ruangan Hana.
Tubuhnya menegang diambang pintu melihat sosok yang dicintainya tengah memandangnya dengan tatapan terkejut. Seulas senyum terukir di bibir tipisnya membuat hati Haechan menghangat. Perlahan ia membawa tungkainya mendekat kepada Hana.
![](https://img.wattpad.com/cover/263775483-288-k472836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] The Perfect Papa✓
Fiksi UmumSELESAI [Sequel of My Perfect Husband] Setelah menjadi suami yang sempurna untuk Hana, kini Haechan berusaha menjadi papa yang sempurna untuk putri kecilnya.