TRAUMA | 04

378 67 0
                                    

Rutinitas pagi Kay selalu sama, bangun pagi jam 2 untuk sholat tahajud kemudian mulai membuat jajanan untuk dijual dan dibantu oleh neneknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rutinitas pagi Kay selalu sama, bangun pagi jam 2 untuk sholat tahajud kemudian mulai membuat jajanan untuk dijual dan dibantu oleh neneknya. Resep semua jajanan ini dia dapatkan dari buku resep mamanya yang Kay temukan di kamar beliau saat ia membereskannya. Hal itu menjadi alasan mengapa Kay tidak pernah malu berjualan sebab mamanya yang membukakan pintu rejeki untuknya.

Sekitar jam 5 pagi Kay mandi kemudian sholat subuh lalu kembali meneruskan pekerjaannya dengan memasukkan semua jajanan itu kedalam plastik kecil satu-persatu. Kalau boleh jujur, Kay sebenarnya lelah melakukan rutinitasnya yang sama ini setiap hari. Namun ia tetap senang melakukannya karena semua terbayar dengan penghasilan yang ia dapatkan. Ia juga harus menyiapkan bekalnya karena Kay hanya akan pulang setiap sore hari.

Setelah selesai, Kay memindahkannya kedalam keranjang, dia tata serapi mungkin agar pelanggannya mudah mengambil yang mereka inginkan. Yang ia bawa tidak banyak, hanya satu keranjang namun dengan isi yang bermacam-macam. Kay tidak mampu kalau membuat dalam porsi yang banyak. Jualannya juga belum tentu selalu habis, terkadang masih sisa 10 biji yang akhirnya ia makan sendiri sambil mengerjakan tugas di malam hari.

Dirasa semua sudah rapi, Kay segera menutupnya dengan sebuah kain kemudian meninggalkannya diatas meja sedangkan dirinya pergi ke kamar untuk bersiap. Jam segini neneknya pasti sibuk mengurusi cucu keduanya alias tanaman di kebunnya.

Kay tahu neneknya semakin menua, sudah kewajibannya juga membantu sang nenek. Namun wanita itu tetap memaksa untuk mengurus kebunnya sendiri sebab beliau sangat menyukai kegiatan tersebut semenjak masih muda. Bahkan dulu kakek buyut Kay adalah juragan sayur.

Tak butuh waktu lama untuk bersiap, Kay segera keluar dengan pakaian santainya, menuju ke kebun belakang untuk berpamitan ke neneknya karena dia harus segera berangkat. Kay memang jarang sarapan, dia lebih memilih membawa bekal dan memakannya dipertengahan sarapan dan jam makan siang sehingga dia hanya perlu makan sekali untuk dua waktu makan yang berbeda. Lagipula Kay punya sugesti kalau dia sarapan maka dirinya akan mendekam di kamar mandi fakultas yang menyebabkan dia tidak bisa berjualan.

Seperti biasa, Kay selalu berangkat ke kampus menaiki sepedanya, keranjang berisi jajanan itu dia letakkan dikeranjang sepedanya, kemudian ia mengayuh sepeda legendnya itu menuju ke kampus. Sebenarnya lokasi kampus dengan rumahnya tidak jauh jika lewat jalanan besar, tapi Kay memilih untuk lewat jalanan yang lebih sepi sebab dia menggunakan sepeda. Pernah sekali dia mencoba lewat jalan besar dan menyesal, jalanan itu memang tidak cocok digunakan oleh pengguna sepeda sepertinya.

Sekitar 30 menit Kay mengayuh, ia akhirnya sampai di kampusnya. Kay pun segera memarkirkan sepedanya ditempat parkiran motor. Disana tak hanya dia yang menggunakan sepeda, mayoritas anak rantau memilih untuk menggunakan sepeda karena lebih ramah biaya. Anak rantau juga cenderung jarang jalan-jalan untuk menghamburkan uang, jadi solusi tepat adalah menggunakan sepeda.

Tak mau berlama-lama diparkiran, Kay segera berkeliling di area kampus untuk menjajakan jualannya. Namun ia jarang berkeliling di fakultas mipa sebab lokasinya cukup terpojok dan terpencil sehingga jauh dari parkiran sepedanya.

TRAUMA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang