ELTAS 7

378 36 1
                                    

Tasya terbangun dari tidurnya ketika suara alarm di ponsel Tasya mulai berbunyi. Dia membuka matanya dengan perlahan hingga bisa terbuka sepenuhnya. Tasya membuka selimut yang dipakainya dan bergegas turun dari ranjang.

Namun, aksinya terhenti ketika tersadar bahwa Elang masih memeluknya dari semalam. Tasya pun berusaha melepas tangan Elang yang melingkar di badannya dengan pelan. Setelah terlepas, Tasya pun segera turun dari ranjang.

Langkahnya kembali terhenti ketika tangan Elang mencekalnya. Tasya menghela napas pelan dan menoleh ke arah Elang yang ternyata sudah bangun juga.

"Oh, maaf, aku membangunkanmu, ya?"

Elang tidak langsung menjawab pertanyaan dari Tasya. Dia terus mengedipkan matanya dengan cepat agar bisa terbuka dengan lebar, lalu bangun dari baringnya menjadi duduk dengan masih menggenggam tangan Tasya.

"Pagi, Tasya," ucap Elang menyapa seraya tersenyum tipis.

Tasya mengangguk dan membalas dengan senyum juga. "Pagi, Elang."

"Mau ke mana?" tanya Elang. Tasya menggeleng saja sebagai respons. "Morning kiss?"

"Hah?" kejut Tasya. Dia melihat Elang turun dari ranjang dengan perasaan cemasnya.

Elang menunjukkan senyumnya kembali. "Morning kiss, please!" ucapnya lagi.

Melihat wajah memohon Elang, Tasya pun menghela napas pelan dan mengangguk. "Baiklah."

Mendapat respons baik dari Tasya, senyum Elang tampak lebih lebar dari sebelumnya. Dia sedikit menundukkan badannya agar Tasya bisa memberikannya dengan mudah. Satu kecupan berhasil mendarat dengan lembut di pipi kanan Elang.

Tasya menunjukkan senyumnya lagi untuk Elang. Namun, berbeda dengan Elang, dia menampakkan raut kecewanya. Tasya yang melihat itu sontak menatap Elang dengan bingung.

"Ada apa, Elang? Kenapa wajahmu terlihat seperti kecewa begitu?" tanya Tasya.

Elang menghela napasnya pelan. "Aku pikir kamu akan memberikannya di sini," ucapnya seraya menunjuk ke bibirnya.

Mendengar jawaban dari Elang, Tasya sontak menggaruk tengkuknya seraya tersenyum malu.

"Bisakah aku mendapatkannya, Tasya? Kamu tau? Melakukannya adalah salah satu ibadah."

Tasya lagi-lagi dibuat terdiam oleh Elang. Dia terus merasa gelisah ketika melihat wajah Elang yang terus menatapnya tanpa berpaling sedikitpun darinya.

Embusan napas panjang kembali Tasya keluarkan, dia memejamkan matanya dan mengangguk. Dia merasa tidak enak kalau terus-terusan menolak. Tadi malam pun dia menolaknya. Tasya benar-benar merasa bersalah karena terus menolak permintaan suaminya.

Senyum Elang kembali mengembang ketika mendapat anggukan dari Tasya. Dia menundukkan badannya sedikit sekali lagi dengan senyum lebarnya yang tidak kunjung berhenti.

Sebuah kecupan lembut dari Tasya berhasil mendarat di bibir Elang cukup lama. Mata mereka saling bertemu, tangan Elang mulai memegang kepala Tasya dari belakang hingga membuat Tasya sedikit terkejut.

Elang mencoba untuk memulai aksinya, dia menempelkan kembali bibirnya. Tasya yang merasakan itu sontak hanya bisa diam dan tidak bisa melawan sedikitpun. Perlakuan Elang benar-benar membuat Tasya berdebar.

Suara alarm dari ponsel Tasya yang kembali berbunyi membuat Elang mengurungkan niatnya. Sadar kalau Elang sudah melepasnya, Tasya segera kabur untuk mengambil ponselnya dan mematikan alarm ponselnya.

"Sudah jam lima," ucap Tasya setelah melihat jam di ponselnya. "Elang, cepatlah mandi!"

"Tidak bisakah kita melakukannya lebih lama lagi, Tasya?"

Next Story : ELTAS Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang