ELTAS 3

400 39 0
                                    

Riuh orang-orang terdengar begitu ramai. Seragam wisuda lengkap beserta topinya telah berhasil Tasya pakai. Empat tahun kuliah di universitas impiannya, kini gelar sarjana telah diraihnya.

Senyumnya tidak kunjung pudar ketika namanya dipanggil untuk menerima penghargaan sebagai mahasiswi terbaik di kampusnya. Tasya menerimanya dan berpidato singkat sekaligus berterima kasih kepada semuanya, termasuk kepada para dosen.

Setelah selesai berpidato singkat, Tasya kembali duduk di kursinya. Dia terus tersenyum senang ketika melihat seseorang yang juga memakai seragam wisuda di sampingnya.

"Selamat, ya."

Tasya mengangguk cepat. "Terima kasih untuk semuanya, Elang."

Ya, seseorang itu adalah Elang. Mereka masuk di hari yang sama dan wisuda di hari yang sama juga.

Elang tersenyum tipis dan menekan topi Tasya pelan. "Aku tidak melakukan apa-apa, katakan saja itu ke paman."

"Kalau aku mengatakan 'terima kasih karena sudah menemaniku selama ini', apa harus kukatakan ke paman juga?" tanya Tasya seraya merapikan kembali topi yang dipakainya.

"Dasar," ujar Elang. Tasya hanya terkekeh kecil.

Acara akhirnya selesai, satu per satu para wisuda membubarkan diri dari tempatnya.

Elang menghela napas pelan. "Terima kasih sudah hadir di hidupku, Tasya."

"Berterimakasihlah kepada takdir."

"Kamu sudah mengubah semuanya. Kamu tau, Tasya?" tanya Elang tiba-tiba. Tasya sontak menatap Elang dengan tanya. "Aku beruntung bisa bertemu denganmu."

Tasya seketika diam karena terkejut, kemudian menepuk-nepuk pundak Elang dengan pelan seraya tersenyum. "Ya, ya, ya, aku tidak bisa menyangkalnya."

"Sombong sekali," ujar Elang terkekeh kecil.

Tasya pun ikut terkekeh ketika mendengar ucapan Elang barusan. "Aku senang kalau kamu banyak tersenyum seperti ini."

"Hanya untukmu," jawab Elang, "karena itu, jangan paksakan aku untuk tersenyum ramah di depan sembarang perempuan lain."

"Kalau soal itu ... aku tidak janji," balas Tasya, "aku hanya ingin kamu menjadi ramah."

"Ya, kalau begitu terserah saja."

Tasya kembali terkekeh mendengar jawaban Elang yang selalu saja 'terserah' sejak dulu.

"Elang," panggil seseorang.

Mendengar nama Elang dipanggil, mereka sontak menoleh ke sumber suara secara bersamaan. Seorang perempuan yang juga memakai seragam wisuda, rambut hitam panjang dan terlihat sangat cantik. Tidak hanya itu, Tasya tahu bahwa perempuan itu adalah salah satu dari primadona kampus-Rhina.

Tasya menoleh ke arah Elang seraya mengangkat satu alisnya sebagai tanda bahwa dia meminta penjelasan darinya. Elang yang mengerti dengan raut Tasya hanya tersenyum tipis dan berdiri, lalu kembali menatap Rhina.

"Memanggil saya?" tanya Elang memastikan. Rhina mengangguk cepat. "Ada apa?"

"Ah, itu ...." Rhina melirik Tasya sekilas. "Dari awal masuk kalian sudah terlihat akrab, apa kalian berpacaran?"

"Pacar?" beo Tasya. Dia menatap Elang dengan bingung. "Itu ...."

"Tidak," potong Elang dengan cepat. Tasya dan Rhina sontak menatap Elang dengan terkejut. "Kami tidak berpacaran. Benar, 'kan?"

Tasya terus menatap bingung ke arah Elang yang menoleh ke arahnya seraya tersenyum. Tasya yang tidak tahu harus merespons bagaimana pun hanya bisa mengangguk pasrah.

Next Story : ELTAS Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang