THE SECRET OF ELANG : PART 7

379 30 4
                                    

Gilang yang ingin pulang, Elang pun mengantarnya sampai di depan gerbang. Mereka tetap mengobrol ringan, sampai di mana Elang tiba-tiba terdiam.

"Tasya menyatakan cinta padaku," ucap Gilang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia menatap Elang yang juga berhenti di sampingnya. "Dia bilang kalau dia ingin melupakanmu dan menerima cintaku."

Mendengar itu, Elang menatap Gilang dengan datar. "Kamu menerimanya?"

"Tidak," jawab Gilang dengan cepat. Membuat Elang memasang raut terkejutnya. "Aku tau kalau kamu juga mencintainya. Jangan terus diam seperti itu, Elang."

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak tau apakah Tasya benar-benar sudah melupakanmu dan benar-benar mencintaiku atau tidak. Namun, dari tatapan matanya saat bertemu denganmu, aku yakin kalau dia masih menyimpan perasaan itu untukmu."

Elang mengembuskan napasnya pelan. "Lalu?"

"Segera nyatakan perasaanmu padanya, atau kamu akan benar-benar kehilangan dirinya," jawab Gilang seraya menunjukkan senyumnya. "Itu saja, aku pergi dulu."

Setelah mendapat anggukan dari Elang, Gilang pun segera memakai helm dan melajukan motornya. Kepergian Gilang membuat Elang kembali terdiam dan mengembuskan napas beratnya.

***

"Karena kejadian itu, aku memutuskan untuk menyatakan perasaanku padamu. Aku menceritakan semuanya padamu, bahkan pertemuan awal kita saat aku masih berpenampilan culun. Setelah menyatakan perasaanku, aku benar-benar merasa lega.

"Namun, aku tidak pernah berpikir kalau kejadian itu membuat kita menjadi canggung. Sampai pada hari itu, aku mengantarmu ke rumah Leo untuk menyelesaikan urusan Mina di dunia ini. Saat Mina perlahan pergi dari tubuhmu, aku benar-benar tidak bisa menahan air mataku untuk tidak terjatuh.

"Mina. Dia benar-benar berhasil membuatku menangis atas kepergiannya. Aku merasa telah kehilangan sesuatu yang berharga sekali lagi. Mina juga berpesan padaku agar aku bisa terus menjaga dirimu.

"Tentu aku menerimanya. Karena setelah kepergiannya, aku lagi-lagi menyadari sesuatu bahwa kehilangan sesuatu yang berharga benar-benar terasa menyakitkan dan aku tidak ingin merasakan itu lagi. Ya, aku tidak ingin kehilangan dirimu."

Elang menatap Tasya dengan lekat. Tasya yang ditatap seperti itu pun hanya bisa diam. Sudah berapa lama mereka menikah? Kenapa Tasya masih terus berdebar setiap mendapat tatapan seperti itu dari Elang?

"Itu sebabnya kamu tiba-tiba datang dan melamarku?" tanya Tasya. Elang mengangguk tanpa ragu. "Aku tidak tau harus mengatakan apa."

Mendengar jawaban dari Tasya, Elang hanya mengelus kepala Tasya seraya terkekeh kecil. "Maaf sudah membuatmu terkejut."

Tasya sontak menggeleng cepat, lalu menunjukkan senyumnya. "Justru aku senang."

"Awalnya, aku pikir kamu tidak akan menerimaku dan lebih memilih Gilang. Namun, aku merasa lega ketika kamu memutuskan untuk menerima cintaku. Aku berhasil. Sekarang, kamu sudah di sini, selalu ada di sampingku kapan pun aku membutuhkanmu." Senyum Elang benar-benar terus terlihat tanpa memudar sedikitpun.

"Aku mencintaimu," ucap Tasya.

Mendengar pengakuan dari Tasya, Elang lagi-lagi terkekeh kecil. Namun, sedetik kemudian dia menganggukkan kepalanya. "Aku bahkan lebih mencintaimu," balas Elang, kemudian mencium kening Tasya dengan sayang.

"Ayah!"

Seruan itu membuat keduanya menoleh. Tampak Adnan yang berlari cepat mendekat ke arah mereka dengan raut kesalnya.

Adnan ikut naik ke atas bangku, kemudian menatap Tasya dan Elang secara bergantian. Lalu, menatap Tasya kembali dan mengusap-usapkan tangannya di kening Tasya seperti menghapus sesuatu.

Bingung dengan apa yang sedang Adnan lakukan padanya, Tasya sontak bertanya, "Adnan sedang apa?"

"Adnan sedang menghapus, Bunda," jawabnya dengan nada jutek. Namun, sedetik kemudian Tasya dibuat terkejut dengan apa yang Adnan lakukan setelahnya. "Bunda punyanya Adnan sekarang."

Senyum Tasya seketika mengembang setelah mendapat kecupan dari Adnan di keningnya. Bukan hanya Elang, ternyata Adnan juga bisa menggodanya.

Tasya melirik ke arah Elang yang hanya diam, apa dia marah? Tidak. Tasya ikut tersenyum ketika senyum Elang kembali tampak di matanya.

Elang tertawa kecil untuk menanggapi perlakuan Adnan pada Tasya. "Dasar, jangan lakukan hal itu ke sembarang perempuan, oke!" ucap Elang seraya menyentil pelan kening Adnan dengan gemas.

Mendapat sentilan dari Elang, Adnan mengusap keningnya seraya tertawa. Membuat Tasya dan Elang ikut tertawa.

"Yo, El!"

Sapaan itu, Elang sontak menghentikan tawanya dan menoleh ke sumber suara. Senyum mereka kembali hadir ketika melihat siapa yang datang.

"Hana, Kak Gilang?!"

"Kina!" seru Adnan seraya turun dari bangku dan berlari memeluk gadis kecil berusia 5 tahun yang bernama Kina tadi.

"Kenapa tidak bilang kalau kalian akan datang?" tanya Tasya seraya berjalan mendekati Hana dan Gilang.

"Kejutan," jawab Gilang dengan senyumnya.

Mendengar jawaban dari Gilang, semuanya hanya terkekeh kecil. Tasya menoleh ke arah Adnan dan Kina yang sedang bermain bersama di sana. Dia juga melihat sosok Vio yang melambai ke arahnya seraya tersenyum, lalu menghilang dengan sekejap.

"Kina, ayo menikah!"

Suara Adnan membuat obrolan mereka terhenti. Mereka menatap Adnan dan Kina dengan kompak, sedangkan yang ditatap hanya menunjukkan cengengesan tidak berdosanya.

Adnan menggandeng tangan Kina dan berjalan mendekati mereka. "Sama seperti Ayah yang menikahi Bunda dan Om Gilang yang menikahi Tante Hana, aku juga ingin menikahi Kina."

Mendengar itu, mereka sontak saling tatap. Namun, satu per satu dari mereka akhirnya tersenyum kembali dan terkekeh.

"Setuju?" tanya Gilang kepada Hana. Hana pun mengangguk saja sebagai jawaban. "Bagaimana? Kalian setuju?" tanyanya lagi seraya mengulurkan tangannya ke arah Elang.

Tasya dan Elang sontak saling tatap, kemudian mengangguk secara bersamaan. "Setuju," jawab Elang seraya menerima jabat tangan dari Gilang.

Melihat keduanya berjabatan tangan, Tasya dan Hana tiba-tiba saja berteriak. "Kita akan jadi besan!" teriak keduanya kompak dengan tawa bahagianya.

Melihat wajah bahagia Tasya dan Hana, Adnan dan Kina sontak ikut tertawa. Mereka membawa anak-anaknya untuk kembali bermain bersama, sedangkan Elang dan Gilang hanya diam dan melihat dari jauh.

"Takdir itu memang misteri, ya."

Mendengar suara Gilang, Elang sontak menoleh sekilas dan mengangguk seraya tersenyum tipis. "Ya."

***

~TAMAT~

Cirebon, 3 Maret 2023

Next Story : ELTAS Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang