ELTAS 2

449 46 0
                                    

Sorak-sorai terdengar begitu heboh ketika melihat penampilan demi penampilan dari masing-masing kelas dalam memeriahkan acara perpisahan sekolah.

Tarian tradisional, tarian modern, bahkan sampai drama pun tidak ketinggalan untuk dibawakan oleh salah satu kelas sebelas yang akan menjadi anak duabelas.

Acara demi acara terlaksana, hingga akhirnya acara ditutup dengan doa dan kembali menyalakan musik dangdut seperti biasanya. Tasya hanya bisa melihat teman-temannya yang lain ikut berjoget dari tempat duduknya.

Acara telah selesai, Tasya melihat ponselnya yang sempat bergetar. Dia tersenyum ketika melihat siapa yang mengirimkan pesan kepadanya.

Elang :
[Sudah selesai? Aku tunggu di depan gerbang.]

Tasya :
[Aku akan ke sana.]

Tasya segera bangun dari duduknya dan bersiap untuk pergi. "Sani, aku pulang duluan, ya," pamit Tasya.

Perempuan yang dipanggil Sani tadi sontak mengangguk. "Iya, Tasya, hati-hati di jalan."

Tasya mengangguk dan segera berjalan keluar dari sekolah untuk menuju ke gerbang depan. Dia tersenyum ketika melihat sosok Elang yang sudah menunggunya di sana.

"Elang," panggil Tasya. Elang sontak menoleh. "Maaf, nunggu lama, ya?"

Elang menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum. "Selama apa pun aku harus menunggu, aku rela melakukannya demi dirimu."

"Dasar. Elang yang sekarang dan Elang yang dulu memang sudah benar-benar berbeda, ya?" Tasya terkekeh kecil. "Rasanya seperti bukan Elang."

"Lalu, kamu lebih suka Elang yang mana?"

"Aku menyukai keduanya. Elang yang dingin dan menyebalkan, ataupun Elang yang suka membual dan menggoda, keduanya sama saja. Aku benar-benar mencintaimu apa pun keadaannya."

"Kata-katamu seperti yang benar saja. Sudah, ayo naik! Rasanya semakin lama semakin banyak pula orang yang melihat kita."

Mendengar itu, Tasya sontak menoleh ke arah sekitar dan benar saja, dia melihat banyak sekali orang yang melihat ke arah mereka.

"Dia Elang, 'kan?"

"Itu beneran kak Elang?"

"Itu kak Elang!"

Seruan itu sontak membuat keduanya saling pandang dengan raut panik. Elang segera memberikan helm ke Tasya dan Tasya segera memakainya, beruntung karena dia tidak menyanggul rambutnya sehingga gampang untuk memakai helmnya.

"Kak Elang apa kabar?!"

"Cepat Tasya!" geram Elang.

Tasya tidak menjawabnya, dia masih berusaha untuk naik ke motor Elang yang tinggi. Decakan kecil terdengar dari Tasya, dia melepas sepatu haknya dan memegangnya. Elang segera melajukan motornya ketika Tasya sudah naik.

"Kak Elang, tunggu!"

Tasya melihat beberapa siswi dari angkatannya yang terus berusaha mengejar sampai di depan gerbang sekolah. Melihat itu, Tasya menggelengkan kepalanya dengan raut bingung.

"Mereka aneh, ya?" gumamnya, "padahal setelah berita itu tersebar, mereka terlihat benci banget sama kamu. Tapi kenapa setelah liat kamu lagi, sikap mereka jadi sama seperti yang dulu?"

"Apa pun jawabannya, aku tidak peduli, Tasya."

"Dasar, itu sangat jahat, Elang."

Elang hanya meresponsnya dengan kekehan kecil dan kembali fokus ke jalanan yang lumayan padat. Sesampainya di depan rumah Tasya, Elang mematikan mesin motornya dan melepas helm yang dipakainya.

Next Story : ELTAS Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang