ELTAS 11

352 37 0
                                    

Rumah sakit, 20.33 malam hari, kelahiran anak pertama Elang dan Tasya.

"Tasya, ada yang ingin mengobrol denganmu."

Tasya sontak menoleh dan mengangguk pelan. Elang pun mengarahkan layar ponsel yang dipegangnya ke arah Tasya.

"Tasya, selamat!" seru Eka dari video call, "maaf, ya, aku tidak bisa ke sana."

"Tidak apa-apa, Mbak, aku mengerti, kok," jawab Tasya dengan nada lemasnya. "Oh, iya, Selina ke mana, Mbak?"

"Sudah tidur sama papanya. Yaudah, Tasya, sudah dulu, ya. Oh, iya, Elang mana?"

Elang kembali menunjukkan wajahnya. "Di sini, Mbak, ada apa?"

"Tolong jaga Tasya baik-baik, ya. Tasya itu adik kesayangan aku tau. Titip ponakan aku juga, ya. Awas aja kalau kamu sakitin mereka, aku kirimin kamu santet level dahsyat."

"Iya, Mbak, saya tau. Lagipula, saya tidak mungkin menyakiti orang yang saya sayang."

"Bagus-bagus, okelah kalau begitu, udahan dulu, ya. Tasya jangan lupa jaga diri, sekali lagi selamat untuk kalian. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Panggilan telah berakhir. Elang memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas dan menatap Tasya dengan haru.

"Terima kasih sudah berjuang untuk anak kita," ucap Elang tulus.

Tasya pun ikut tersenyum dan mengangguk pelan. "Terima kasih juga karena sudah menjaganya."

Elang menatap bayi mungil yang ada di dada Tasya dengan lama, kemudian tersenyum. "Dia tampan sepertiku," celetuknya.

Mendengar celetukan Elang, Tasya sontak terkekeh kecil. "Sepertinya dia jauh lebih tampan darimu."

"Hei," sahut Elang, "ya, mungkin itu memang benar. Oh, kita namakan siapa, ya?"

"Adnan," usul Tasya.

Elang terdiam sesaat, kemudian mengangguk. "Rajawali Adnan Mighuel."

Mata mereka saling bertemu, kemudian saling melempar senyum. Tasya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

Elang mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Adnan dengan senyum yang semakin mengembang, hingga suara pintu terbuka membuat keduanya sontak menoleh.

"Tasya!"

"Kalian," ucapnya seraya tersenyum senang ketika melihat Hana, Fatya, dan Leo datang untuk menjenguknya.

Mereka datang dengan senyum bahagianya, hingga suara Gilang yang tiba-tiba datang berhasil memecahkan obrolan mereka.

"Ponakanku ... uakmu datang, Nak!"

###

Rumah Elang, 20.34 malam hari, lima tahun kemudian.

"Tasya, kamu sudah tidur?"

Mendengar suara Elang, Tasya sontak menggelengkan kepalanya dan mengubah posisi tidurnya menjadi berhadapan dengan Elang.

"Kenapa?" tanya Tasya.

"Sudah lima tahun berlalu semenjak kelahiran Adnan, dia sudah besar sekarang." Tasya mengangguk dan tersenyum. "Jadi, kapan kita akan mendapatkan anak kedua?"

Tasya sontak membulatkan matanya karena terkejut. "Kamu membicarakan hal itu lagi. Tidurlah, aku tau kamu lelah setelah bekerja seharian."

"Aku sama sekali tidak keberatan kalau harus melakukannya sekarang."

Next Story : ELTAS Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang