THE SECRET OF ELANG : PART 6

242 26 1
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, Elang akhirnya sampai di rumah Adsen yang ada di Amerika. Tidak ada koper ataupun bawaan lainnya, Elang datang dengan tangan kosong.

Sambutan dari pemilik rumah membuat Elang terdiam. Pelukan Adsen terasa begitu hangat, dia merasa begitu nyaman hingga senyum dibibirnya kembali mengembang tanpa sadar.

"Elang!"

Seruan seseorang membuat Adsen melepaskan pelukannya dari Elang. Tanpa aba-aba, Bella ikut memeluknya hingga Elang hampir terjatuh. Namun, berhasil dia tahan.

Elang tidak pernah menyangka kalau kedatangannya akan disambut sehangat ini. Dia benar-benar merasa ... bahagia.

"Kamu sudah bebas, Elang." Suara Adsen membuat Elang sontak menoleh ke arahnya.

Bella melepaskan pelukannya, membiarkan Elang dan Adsen mengobrol berdua. "Terima kasih sudah membebaskanku, Paman."

"Sayang, Elang baru saja sampai, sebaiknya kalian mengobrol sambil duduk saja, ya. Biar aku ambilkan minum untuk kalian," ucap Bella menyela obrolan mereka.

Adsen menganggukkan kepalanya dan mengajak Elang untuk duduk di sofa rumahnya. Selagi Bella mengambilkan minum untuk mereka, Adsen memanggil seorang perempuan yang kebetulan terlihat turun dari tangga. Mendengar dirinya dipanggil, perempuan itu sontak mendekat dengan raut tanyanya.

"Laki-laki di sebelah saya ini namanya Elang, ponakan saya," ucap Adsen memperkenalkan Elang.

"Oh, ini yang Mas Adsen pernah bilang itu? Oke, aku akan rawat dia dengan sepenuh hatiku." Perempuan itu menatap Elang seraya menunjukkan senyum lebarnya, lalu mengulurkan tangannya kepada Elang. "Hai, Ganteng!"

Mendengar sapaan seperti itu, Elang sontak memasang raut tidak sukanya. Dia menatap Adsen untuk meminta penjelasan tanpa menerima uluran tangan dari perempuan itu untuknya.

"Kay, ingat pacarmu!" ucap Adsen memberikan peringatan.

Perempuan yang Adsen panggil Kay tadi hanya terkekeh kecil. "Mas Adsen cemburu, ya? Ponakan Mas ini ganteng banget, serius, gak bohong."

"Kay!" Suara Bella membuat semuanya sontak menoleh. "Jaga sikapmu. Kenapa kamu terus menggoda suamiku?" lanjutnya seraya meletakkan dua gelas minuman di atas meja.

"Just kidding!" jawab Kay seraya terus menunjukkan senyum lebarnya.

"Nah, Elang, dia Kay. Kay ini adik ipar paman. Dia juga seorang psikiater, karena itu paman meminta bantuan darinya untuk merawatmu selama ada di sini," ucap Adsen menjelaskan.

Elang melirik ke arah Kay sekali lagi. "Tidak, Paman, Elang sudah sembuh. Elang sudah tidak membutuhkan hal itu lagi."

"Hanya untuk sementara, Elang. Paman takut kalau kejadian itu terulang lagi." Adsen menatap Elang dengan tatapan memohon. Melihat tatapan itu, Elang akhirnya mengangguk. "Kay, saya minta tolong, ya."

Kay menganggukkan kepalanya tanpa ragu. "Siap!" serunya, "tapi aku pergi dulu, ya."

"Kamu mau ke mana?" tanya Bella dengan raut tanyanya.

"I will meet my boyfriend," jawabnya, "see you!"

***

"Selama beberapa bulan aku tinggal di sana dengan paman. Paman juga mendaftarkanku sekolah di Seventy One High School. Memang bukan sekolah terkenal, tapi aku senang karena bisa bertemu dengan orang luar lagi dan mereka juga menerimaku dengan baik."

Melihat senyum Elang, Tasya juga ikut tersenyum. "Syukurlah. Ceritakan tentang Kak Kay lebih banyak lagi dong."

Elang menganggukkan kepalanya, menerima permintaan dari Tasya. Elang menarik dan mengembuskan napasnya panjang.

"Awalnya, dia memang menyebalkan. Namun, di balik sikapnya yang menyebalkan, dia juga penasihat yang baik. Untuk pemeriksaan, aku selalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan olehnya. Karena sering bersama, aku akhirnya merasa nyaman dan bisa menerima dirinya.

"Karena rasa nyaman itu, aku benar-benar merasa seperti punya seorang kakak. Aku selalu menceritakan apa pun yang terjadi padanya. Sampai akhirnya hari itu datang, surat pengunduran diri yang kamu kirimkan untuk paman, entah kenapa aku tiba-tiba saja mengingatmu.

"Kak Key yang melihatku melamun saat itu, sontak mendesakku untuk menceritakan semuanya. Ya, pada akhirnya aku menceritakan semuanya. Aku menceritakan semuanya, dari pertemuan awal sampai kita terpisah.

"Lalu, aku bilang sama paman kalau aku ingin kembali ke rumahku dan paman menyetujuinya. Karena itu, malam itu aku beranikan diri untuk menelponmu dan Gilang untuk memberikan kabar kalau aku akan segera pulang.

"Namun, saat sudah sampai di rumah pun, aku tetap tidak berani untuk bertemu denganmu dan Gilang. Karena itu, aku terus mendekam dalam rumah, berusaha untuk tidak bertemu dengan kalian.

"Tidak disangka-sangka, aku bertemu denganmu dan Gilang di jalan itu. Aku tidak mengerti dengan apa yang kurasakan saat itu. Aku benar-benar senang sampai air mataku terjatuh begitu saja.

"Saat di rumah, aku benar-benar bingung harus mengobrol apa. Karena itu, aku hanya diam hingga suaramu membuat suasana seketika berubah. Kalian berdua berhasil membuatku kembali tersenyum dan merasakan bahagia yang tidak ada ujung.

"Kamu tau? Tawaku tiba-tiba terhenti ketika Gilang mengatakan kalau kamu pernah menyatakan perasaanmu padanya."

***

Cirebon, 3 Maret 2023

Next Story : ELTAS Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang