O5. panas dingin (b)

179 33 2
                                    

"Jadi, siapa yang bisa jelasin ke saya ini ada apa? Kenapa kalian harus jambak – jambakan di kantin dan kenapa, kamu Jenan, kenapa kamu diem aja liat dua perempuan ini jambak – jambakan?" Pak Sutanto bertanya sambil memasang muka yang garang.

Begini ceritanya, mungkin aja kalian lupa. Sebelum di bawa ke ruang BK, Tara dan Sienna terlibat dalam sebuah perang jambak – jambakan. Apesnya, aksi anarkis mereka ini terlihat di CCTV, lebih apesnya lagi, pak Sutanto (guru BK paling menakutkan di sekolah itu) lagi melihat – lihat kondisi sekolah lewat CCTV. Maka ketahuanlah, aksi jambak – jambakan di kantin itu.

Kini ketiganya (Tara, Sienna, dan Jenan) duduk manis di depan pak Sutanto. Posisinya Jenan duduk diapit oleh dua perempuan itu, Tara di kanannya dan Sienna di kirinya.

"Tadi saya lerai pak, cuma belum beneran kelar bapak malah udah dateng."

"Kamu sebagai ketua OSIS harusnya bisa merukunkan dan mencegah terjadinya Konflik seperti ini, Jenan. Masa iya sekolah kita yang bagus dan dibanggakan oleh orang – orang ini harus tercemar namanya karena ada pertikaian seperti ini?" Pak Sutanto kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Sienna dan Tara bergantian, "Kalian berdua juga. Bagaimana bisa seorang kakak kelas menjambak rambut adik kelasnya, bahkan bertikai dan mengeluarkan kata – kata kasar di lingkungan sekolah? Dimana akhlak dan budi pekerti kalian?!"

Ketiganya diam. Enggan bersuara.

"Saya panggil orang tua kalian ke sekolah. Sebelum orang tua kalian datang, kalian tidak akan bisa keluar dari ruangan saya. Mengerti?!"

"Yah pak, papi saya masih di luar kota, terus mami saya lagi sibuk. Gimana dong?" Sienna akhirnya bersuara.

"Mama saya juga lagi ada acara di sekolah adik saya pak, papa saya hari ini ada rapat sama investor penting. Boleh diwakilin gak pak? Atau saya deh yang bersaksi atas diri saya sendiri." Jenan ikut bersuara.

Tara mengeluarkan handphone dari sakunya, "Ibu saya kayaknya bisa dateng."

"Nah, Tara aja bisa hadir orang tuanya. Kalian hubungi dulu orang tua kalian, biar bapak yang ngomong sama mereka. Saya curiga kalian lagi membual aja."

Sienna buru – buru menghubungi maminya. Ia sudah siap dengan omelan sang mami, siapa pula yang tidak tahu sehebat apa amukan maminya. Namun, balasan sang mami jelas lebih mengejutkan dan sangat tidak sesuai ekspektasi.

[Sienna & Mami Isel's Roomchat]

Mami : Papi udah di Jakarta, katanya otw ke sekolahmu bareng sama om Jevon.

Sienna langsung menatap Jenan, "Kak?"

Jenan mengangguk, kemudian memusatkan perhatiannya pada pak Sutanto, "Orang tua saya sama Sienna otw kesini pak."

"Oke, mari kita tunggu."

Beberapa saat kemudian, pintu ruang BK diketuk dari luar. Pak Sutanto segera berdiri dari kursinya, kemudian membukakan pintu ruang BK. Di depan ruang BK tampaklah dua bapak – bapak dengan setelan jas lengkap, khas pebisnis serta seorang ibu – ibu sosialita yang tampak garang.

"Mari masuk, pak, bu."

Sienna menahan napas saat melihat papinya masuk ke dalam ruang BK. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia segera berdiri dan menyalami tangan papinya dan om Jevon.

"Papi, om." Sapanya pelan. Diikuti oleh Jenan.

Dengan hadirnya ketiga wali dari tiga siswa ini, pembicaraan tentang masalah yang terjadi pun dimulai. Seperti yang bisa kita bayangkan, hasil dari pertemuan itu jelas tidaklah menguntungkan. Hal ini dibuktikan dengan ekspresi wajah Jevon dan Aji yang keluar dengan wajah kelewat datar dan aura menyeramkan diikuti kedua anak mereka yang menunduk di belakang.

keluarga pinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang