O4 : panas dingin

189 30 1
                                    

"Kenapa ya hawa di ruangan ini aneh banget?" Haikal memasuki markas sambil memperhatikan seluruh isi basecamp mereka.

Rendi yang sedang sibuk mengetik di meja makan pun menyahut, "Tuh liat dua bapak – bapak yang lagi adu mata. Bentar lagi saling tonjok gue rasa."

Pandangan Haikal langsung saja tertuju pada dua orang itu, yang sedang duduk berseberangan di sofa sambil menyilangkan tangan mereka masing – masing di depan dada. Ia pun mendudukkan dirinya di sofa single yang berada di tengah – tengah.

"Ada apa nih bos, nampaknya tegang betul."

Aji mendengus, "Shh, tau deh tanya bapaknya playboy satu itu."

"Apa maksud lo? Anak gue bukan playboy kayak lo jaman muda ya!"

"Gue? Playboy?" Aji menunjuk dirinya sendiri dengan sarkas, "Kepala lo abis kepentok ya?"

Jevon mengernyitkan dahinya, "Lo kali yang abis kepentok. Gue udah melatih anak gue untuk menjadi laki – laki sejati. Dia seganteng itu, sebaik itu, dan sepintar itu hasil didikan gue anjir. Mana ada sejarahnya anak gue jadi playboy kayak yang lo tuduhin itu."

"Sienna itu primadona ya! Dari kecil lo pun bisa liat kalau dia perempuan cantik, manis, pinter, dan mandiri. Dia cocoknya dapet cowo yang lebih keren dari diri dia supaya imbang ya!"

"Time out!" Haikal buru – buru memotong pertengkaran bapak – bapak itu. Soalnya kalau enggak dipotong sekarang, mungkin tangan mereka akan bergerak untuk saling serang. Seperti jaman SMA.

"Nah nah," Rendy menarik tangan Jevon dan Aji, memaksa keduanya untuk bersalaman, "Baikan sekarang atau gue call bini lo pada?!"

Walau masih belum ikhlas, keduanya memilih untuk berdamai. Karena siapa pula yang mau menghadapi macan ngamuk. Kalian bakal liat sendiri gimana kalau ibu – ibu pada ngamuk. Duh, mending dicegah daripada kecolongan.

"Nih udah baikan," Aji menyalami tangan Jevon kemudian sok rangkul – rangkulan.

"Pinternya monyetku," Haikal tersenyum jahil, "Nah, mendingan sekarang renungin deh. Ini siapa yang mau sekolah anak – anak kita untuk jadi wali keributan ini?"

Nah ini, alasan kenapa bapak – bapak ini ngumpul di basecamp siang – siang padahal mereka lagi kerja.

*flashback*

Jenan mengambil hp nya yang tergeletak dengan asal di karpet. Ia membuka roomchat dengan perempuan yang beberapa hari ini mengisi hari-harinya.

Naaa : Jenan

Mau bareng gak? : Jenan

Sienna : oi oi oi

Sienna : ngerepotin gak kak?

Kalau gue yang ngajak, berarti gak ngerepotin na : Jenan

Sienna : wkwkwk

Sienna : jemput aja kak

Sienna : mumpung papi lagi di luar kota

Tante isel di rumah gak? : Jenan

Sienna : mami adaaa

Oke, gue otw ya : Jenan

Bilang tante isel jangan pergi dulu, gue mau pamitan : Jenan

Sienna : yaaa

Sienna : tiati kak

Dengan semangat empat lima, Jenan berlari turun ke lantai bawah setelah memastikan seragam dan rambutnya tertata rapi. Di ruang makan sudah ada adik dan abangnya.

keluarga pinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang