2.

117 27 1
                                    

"Baiklah, sudah lengkap semuanya.  sebentar lagi kita akan merapat. tadi bapak udah menghubungi pihak desa, kita akan dijemput anak Pak RT dan anak pemilik yayasan Al-Khairat. Hanya ada dua buah motor yang artinya kita akan antar jemput gantian menuju rumah Pak RT karena jaraknya lumayan jauh masuk ke dalam dari pelabuhan. Perjanjian awal banyak yang akan jemput, tapi tetangga sebelah rumah pak RT kebetulan baru saja meninggal dunia, orang-orang sibuk mengurusi itu." Pak Segara segera memberi penjelasan sebelum mahasiswa-mahasiswanya komplain masalah transportasi setelah menepi nanti.

Kemudian dosen ganteng dengan kharisma menantu idaman ibu-ibu se-Indonesia raya itu menambahkan beberapa patah wejangan untuk meingatkan anak didiknya yang sudah jelas aura bar-barnya, "Kalian ingat untuk menjaga adab, sopan dan santun, karena yang kalian bawa adalah nama almamater kampus. tetap rendah hati dan berbaur dengan warga. satu lagi, jaga kesehatan kalian, apalagi yang punya penyakit bawaan. seperti Felysia kan yang tsdi mabuk laut, tenyata punya riwayat maag kronis tapi cuma makan indomie udah tau perjalanan kita cukup jauh menggunakan kapal. dengar, kita sedang berada di desa sebuah pulau terpencil, kalau terjadi apa-apa di sini nggak ada dokter, semua orang berobat ke dukun. sementara kapal yang ke pulau ini dua minggu sekali itu pun untung-untungan kalau nggak ada badai. mengerti?" Ujar Pak Segara yang lebih terdengar seperti sedang mengomel di telinga mahasiswa-mahasiswanya, apalagi cara berbicaranya yang super cepat dan tanpa jeda. agar ia tidak melanjutkan omelan yang bisa sampai sangkakala ditiup semua orang menjawab 'mengerti' tanpa banyak tanya.

Kapal perlahan merapat dengan pelabuhan. terlihat di bawah sana ada dua orang cowok  yang menunggu. yang satu tersenyum secerah mentari pagi dan tampak ramah melambaikan tangan persis bocah PAUD dan yang satunya lagi terlihat dingin dan berwajah masam seperti bertanya-tanya kenapa-aku-disini-anjing. sungguh pemandangan yang kontras. 

Semua orang turun dari kapal diikuti para awak kapal yang memanggul barang-barang bawaan semua mahasiswa.

Pak Segara segera menjabat tangan cowok yang ramah lebih dulu. "Pak Hobi bukan?" katanya dan mendapat anggukan antusias dari cowok bernama Hobi itu. "Panggil Hobi aja, biar nggak kaku amat." 

"Oke, Hobi. makasih udah jemput." jawab Pak Segara basa basi. kemudian menjabat tangan yang satunya lagi, si muka masam dan kulit sepucat mayat hidup.

"Terima kasih ya, dek. Kalau boleh tau siapa namanya?" Cowok yang Aru perkirakan berusia sekitar delapan belas tahun itu tidak tampak ramah sama sekali, malah kayanya tidak berniat menjawab Pak Segara.

Keadaan mendadak canggung karena sikap si pucat yang sedingin chat gebetan batal jadian, Hobi sang pemilik senyum secerah matahari merasa mengemban tanggung jawab mencairkan suasana, "Yogi. namanya Yogi. dia memang introvert kelas kakap. bahkan katanya kalau reinkarnasi itu nyata, dia pengen jadi batu di kehidupan selanjutnya." Hobi mengakhiri perkataannya dengan tawa renyah yang tak canggung sama sekali.

Berhasil membuat Pak Segara tertawa hingga bunyi ngik ngik ngik tiga kali. memang dosen satu ini agak aneh.

Kemudian basa-basi (sesi yang menyebalkan bagi Aru) demi pencitraan, satu persatu mahasiswa bergantian menyalami Hobi dan Yogi bak pengantin baru yang bersanding di pelaminan.

Hobi menyarankan dua orang cowok  yang akan dibonceng duluan sekaligus mengangkut barang-barang.  Kalandra dan Bentala segera mengajukan diri.

Matahari sudah mulai condong ke barat, menjelang magrib. Tersisa Aru dan Felysia sebagai orang terakhir yang belum dijemput. yang lain sudah duluan berikut barang-barang telah diangkut semua.

Aru yang cuek dan Felysia yang pendiam. kombinasi sempurna untuk adu mekanik jadi sipaling miskin kata. di tengah penantian itu, Aru mengamati seorang ibu-ibu hamil lewat dengan kandungannya yang mungkin telah mencapai sembilan bulan karena perutnya sangat besar dan ia kesusahan berjalan hingga punggungnya menghilang di kelokan jalan setapak yang dikelilingi hutan rimba di sekelilingnya.

Aru menyadari mereka benar-benar berada di pedalaman. mungkin nanti saat ada yang menjemputnya,  Aru akan meminta untuk mengatar ibu itu lebih dulu karena kasian, tidak apalah kalau ia menunggu sedikit lebih lama di sana. 

Akhirnya yang di tunggu pun tiba. terlihat Bentala dan Senan sebagai penjemput. Sialan, umpat Aru dalam hati tapi ia tetap harus stay cool dan tidak boleh terlihat terganggu dengan kehadiran dua cowok itu. ia bukan cewek labil yang kekanakan dalam menghadapi situasi seperti ini.

"Aru, naik!" perintah Senan setelah berhenti dihadapan Aru seenaknya.

Bentala tidak akan membiarkannya mudah. ia turun dari motor Revo koperasi yang digunakannya dan segera menarik tangan Aru dengan lancang, "Aru sama gue aja." katanya memulai drama.

Senan menyipitkan mata memindai Bentala dengan sengit seperti ingin mengunyahnya hidup-hidup. ia juga tidak mau mengalah, ditariknya pula tangan Aru yang lain. kini posisi Aru seperti boneka barbie yang diperebutkan dua balita. Felysia hanya bisa melongo melihat kelakuan orang-orang aneh itu.

Aru menghentakkan pegangan keduanya, "Lo berdua kenapa sih?" pekiknya kesal. "Udah, gue sama Bentala aja!" putusnya segera, antara kedua cowok itu ia lebih muak melihat wajah Senan, jujur saja.

Aru memang pernah baper dikit sama Senan dulu tapi kelakuan cowok itu kayak tai. sementara Bentala, hanya perasaan canggung karena mereka pernah terlibst sesuatu yang tidak mencerminkan perilaku remaja muslim Indonesia. Masa lalu yang Aru rutuki tiap hari, tidak pernah menyangka sih, kelakuannya saat mabuk dulu berakibat fatal. ia bercinta dengan orang sembarangan karena stress dengan keluarganya saat ia awal-awal jadi maba karena orang tuanya lagi-lagi mempermasalahkan hak asuhnya, siapa sangka kalau orang sembarangan itu adalah seniornya yang populer di kampus.

Aru telah berhasil menghindarinya selama tiga tahun terakhir ini, tapi semesta memang kocak dan suka bercanda. mereka malah di pertemukan di sini.

Mendengar Aru memilihnya, Bentala besar kepala. tampangnya sangat sombong dihadapan Senan dengan full senyum memamerkan gigi kelincinya, bahkan menjulurkan lidah mengolok Senan.

"Anak babi!" umpat Senan sebal tapi tak bisa berbuat lebih meski ubun-ubunnya saat ini mengeluarkan asap tak kasat mata. 

Dengan malas Senan menaiki motornya sambil menyaksikan Aru yang entah bagaimana terlalu sempurna meski duduk di motor revo koperasi.

Lemah, Senan mempersilakan Felysia untuk naik tapi cewek itu malah menampar punggungnya tanpa ia ketahui salahnya apa, "Lain kali jangan ngomong kasar. kita lagi di bawah pohon Ara dan penunggunya nggak suka!" 

Senan dibuat melongo dengan perkataan Felysia karena diluar dugaannya untuk sejenak kemudian tertawa renyah.

Felysia memang cantik, imut, manis. Komplit. jika hati Senan tidak tertambat pada Aru dan orangnya sedang di depan mata maka  dijamin sudah ia embat si Felysia, ternyata cewek ini cukup freak juga. lucu.

"Oh iya, karena ceritanya kita lagi di desa gitu ya, jadi lo mau main hantu-hantuan?" tanggap Senan dengan senyum manisnya tapi Felysia yang ditatap memasang tampang datar hingga Senan sadar diri cewek itu lagi tidak berniat bercanda. "Oke, oke, gue minta maaf ya jin tomang penghuni kayu Ara." Ujar Senan mengalah namun masih skeptis. "sekarang lo mau naik kan atau mau jadi penunggu kayu Ara juga?"

Felysia membuang nafas kesal dan menaiki motor supra butut milik warga yang Senan bawa. tampaknya, riset ini tidak akan mudah mengingat spesies jenis apa saja yang menjadi partner kelompoknya.















Riset (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang