13.

80 15 10
                                    

Senan menghela nafas lega setelah sekian lama menahan degup jantungnya yang tak karuan. tanpa membuat kehebohan dan memberi tau siapa pun; hanya ia yang menyadari Aru tidak berada di mana pun. ternyata cewek itu sedang tertidur di semak-semak. Senan sudah tidak heran lagi dengan kelakuan Aru pasca kehilangannya tempo lalu. Senan berharap semoga ritual yang akan dilakukan lusa bisa mengembalikan lagi Aru-nya.

Senan mendekati perlahan sosok Aru, berniat menggendongnya dan membawanya ke rumah Pak RT, namun saat ia sudah berada dalam jarak yang cukup dekat, mata Aru mendadak terbuka membuat Senan sedikit terkejut. cewek itu pucat, garis wajahnya berubah dengan sorot mata liar bak mata binatang buas yang siap mengincar mangsanya.

Aru bersikap defensif, menyadari eksistensi Senan yang di dekatnya Aru segera mendorong cowok itu begitu saja. "Ngapain lo di sini?" katanya terdengar marah.

"Sorry, tadi gue nyari-nyari lo di mana. sekarang, tidur di kamar ya?" Senan berusaha selembut mungkin dalam bicaranya, pasalnya Aru yang sekarang sangat sensitif dan agresif.

"Terserah gue dong mau tidur di mana, itu bukan urusan lo! PERGI!!" Aru melotot galak pada Senan, "Gue bilang pergi, anjing!" Aru mendorong dada Senan untuk menyingkir namun cowok itu bergeming, menatap nanar ke arah Aru dengan rasa sesak menghalagi pernafasannya. ia telah melakukan kesalahan; lagi.

Apakah yang terjadi pada Aru ada hubungannya dengan sisir keramat yang ia dapatkan dari salah seorang warga yang biasa menjadi tempat nongkrongnya di Halimunda? sisir pengasihan yang katanya bisa membuat Aru memilihnya; menjadi miliknya. Senan mempercayainya dan memberikan sisir itu pada Aru, ia menyukainya karena menganggap sisir itu adalah sisir vintage biasa. Senan memang tolol dan berpikir pendek. ia pantas mati jika Aru tidak bisa kembali seperti semula.

Belum selesai rasa berduka Senan yang memeluk tubuhnya, ia dikejutkan dengan darah yang mengalir deras di sepasang kaki Aru, "Darah, lo berdarah!" Seru Senan panik, ia berusaha kembali menyentuh Aru, cewek itu bergeming, melihat darah yang merembes di kakinya lalu berteriak histeris, Senan menangis, demi Tuhan. Senan segera menggendong Aru ala bridal dengan darah yang melumuri pakaiannya.

Sementara Bentala tiba saat rumah Pak RT telah ramai dipenuhi warga, firasat buruk langsung memonopoli dirinya. "Ada apa, Bu?" tanya Bentala pada seorang ibu-ibu yang memantau dari bawah pohon jambu.

"Temanmu yang kemarin kesurupan, kambuh lagi." Tak perlu menunggu lima detik untuk Bentala segera menerobos ke rumah dan menyambangi kamar yang di tempati Aru membuat seluruh atensi tersedot ke arahnya, Bentala tidak peduli, yang pasti ia lihat Aru dengan wajah sepucat mayat dengan rambut kusut lengkap tatapan kosong menyedihkan sedang duduk di atas ranjang dengan selimut menutupi sebatas pinggang, diapit Felysia dan Rosa.

Sakit, rasanya hati Bentala teriris benda tajam tak kasat mata. tanpa berkata apapun, kembali pada tujuan awalnya, jika memang benar perkataan Yogi penyebab Aru begini adalah benda-benda sialan yang sengaja diberikan pada Aru atau disimpan pada barang-barangnya, Bentala harus memusnahkan semua itu.

Bentala menutup pintu dan menguncinya dari dalam, Rosa dan Felysia serta Kalandra yang berada dalam ruangan itu menatap Bentala heran, apalagi cowok itu malah membongkar lemari dan melempar-lempar isi di dalamnya keluar.

"Ben, lo ngapain?" Kalandra berusaha menghentikan kelakuan Ben namun ditepisnya kasar. Ben memberi Kalandra tatapan mematikan, "Lo diam sebelum gue tonjok, Aru kayak gini karena lo, setan!" Kalandra bungkam, pasalnya ia merasa bertanggung jawab dengan apa yang terjadi pada Aru, variabel yang tidak pernah ia tau akan sebegini peliknya; tapi, Kalandra linglung, ia tidak tau harus berbuat apa.

Melihat Bentala dalam mode banteng PDIP, main seruduk jika ada yang menghentikannya, tidak ada yang bisa berbuat banyak dan membiarkan saja ia menggeledah seisi kamar. Bentala akhirnya menemukan salah satu yang ia cari; tulisan dalam aksara Arab seperti yang dideskripsikan Yogi. kemudian matanya mengedar kembali, membongkar koper Aru, menemukan cermin dan sisir vintage di dalamnya.

Riset (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang