Rumah pak RT mendadak ramai. Kedatangan warga yang membawa Kalandra dalam keadaan mata yang sudah picak sebelah sontak menarik atensi masyarakat ditambah ceritanya yang bilang semua itu ulah Aru.
Cewek itu kesurupan, bohong Kalandra.
Bentala sempat bikin masalah dan sedang di amankan warga karena nekat akan menghadiahi Kalandra beberapa bogem mentah menyadari ketidakbecusannya membawa Aru pulang bersamanya dalam keadaan baik-baik saja.
Ditambah kenyataan bisa-bisanya kejadian itu jauh banget dari makam tua. Bentala udah nggak bisa positive thinking dengan segalanya, dengan temperamen buruk tentu saja melepaskan tinju baginya adalah tepat.
Pak RT, yang dalam hatinya bersyukur dengan kejadian ini yang berarti ia nggak harus senam jantung tiap berpapasan dengan Aru setelah membuka kotak pandoranya mulai memberi bacotan persuasif kalau Aru memang sudah bertingkah aneh sejak semalam, dan kemungkinan besar kalau cewek kota itu memang kesurupan sungguh besar.
Melibatkan hal-hal berbau mistis begini membuat orang-orang ikut ngeri, berdasarkan cerita para orang tua jaman dulu, kejadian seperti ini memang lumrah terjadi, diculik setan lalu disembunyikan. Oleh karena itu para pemuda desa mulai bekerja sama untuk mencari keberadaan Arunika Manjali yang berdasarkan info dari Kalandra lari ke dalam hutan di belakang sawah.
"Saya nggak tau apa-apa, kita rencananya mau ke makam tua di kaki gunung, tapi Aru minta untuk mengambil rute yang beda pas setengah perjalanan, ya udah saya turuti karena saya pikir Aru mungkin ada urusan di daerah tersebut. Siapa sangka pas nyampai di daerah pesawahan itu Aru malah lompat dari motor, ngeliat dia yang mendadak kayak gitu saya panik dong, saya kejar, saya tangkap dia yang berontak lalu berencana menenangkannya di gubuk terdekat, dianya malah makin brutal dan ini yang saya dapat, mata saya dicoloknya pakai kayu." Cerita Kalandra pada para ibu-ibu yang mengelilinginya. Wajah mereka tampak serius dan terpengaruh oleh Kalandra, merasa bersimpati pada mahasiswa yang menurut mereka kompeten, ramah, dan baik hati itu.
"Daerah itu memang angker sih nak. Kayaknya dia memang udah dapat bisikan-bisikan untuk datang ke situ." Tanggap salah satu ibu-ibu disana dan diamini yang lain.
"Bukannya dulu anak bu Sumiyeh juga disembunyikan setan disitu waktu bantuin bu Ikeh ngegarap sawah?" Ujar Ibu yang lain.
"Oh iya benar. Itukan karena anak itu ada salah, dia ngencingin pohon kayu ara. Mungkin penunggunya marah, makanya diisengi." Jawab ibu-ibu yang menggendong anaknya yang penuh ingus.
"Makanya harus hati-hati nak kalian di sini, soalnya di sini kampung, beda sama kota. Kami yang lahir dan tumbuh di sini aja kadang hati-hati banget dalam bicara, bersikap, bertindak, harus izin dulu sama yang punya, karena alam di sini bukan cuma milik kita yang tampak, tapi mereka yang tak tampak juga, kita hidup berdampingan." Nasehat ibu-ibu yang pertama bicara dan diangguki semua mahasiswa.
"Tapi teman saya nggak bakal kenapa-kenapa kan bu?" Tanya Rosa yang sudah sepucat tulang, mencoba menepis pikirannya yang liar dan berlebihan tentang nasib Aru.
"Kita do'akan semoga nak Aru cepat ditemukan dalam keadaan sehat wal afiat ya nak."
Siapa sangka Aru bahkan belum dtemukan setelah tiga hari tiga malam warga bergerilya mencari keberadaannya.
"Ceritain apa yang sebenarnya terjadi!" Bentala yang udah diambang batas kekesalannya kembali memojokkan Kalandra yang sebelah matanya sudah diperban, untung nggak sampai buta.
"Apalagi yang harus gue ceritain, bangsat! lo nggak liat gue korbannya di sini? Mata gue hampir buta!" Kalandra ikut terpancing dong emosinya, pasalnya Bentala selalu bersikap mengintimidasi dan memojokkan Kalandra kalau dia yang patut disalahkan di sini atas hilangnya Aru, walaupun itu fakta tapi Kalandra sampai mati pun nggak akan ngaku.
"Dengan luka itu bukan berarti lo korban, kal. Bisa aja lo pelaku?" Senan ikut menanggapi dan semakin membuat situasi memanas di ruang tamu rumah pak RT.
"Perhatiin bahasa lo ya Senan. Lo nuduh gue bunuh cewek itu?" Suara Kalandra meninggi.
Bentala spontan meninju wajah Kalandra. Lisa dan Rosa berteriak kaget. Ditarik Bentala kerah kaos yang dipakai Kalandra, rahangnya mengencang dengan mata tajam lurus mengintimidasi Kalandra seperti ingin menelannya hidup-hidup. "Lo ngapain Aru hah? Kenapa lo langsung nyimpulin Senan nuduh lo bunuh dia?" Oh ya, Kalandra merutuki kesalahan lidahnya kali ini yang salah bicara.
"Lah dari wajah kalian juga nuduh gue kayak gitu kan? Seakan-akan gue udah bunuh orang?" Kalandra masih bisa berkelit.
Bentala akan menjatuhkan pukulan lagi saat pak Segara berteriak murka. "KALIAN BISA DIAM NGGAK?! KEPALA SAYA SEDANG PUSING, BISA DIAM?!" bentak pak Segara yang sedari tadi berusaha menahan diri.
Melihat dosen ramah yang biasanya selalu lucu itu dengan ekspresi serius hingga wajahnya memerah bak kepiting rebus dengan urat leher menonjol semuanya bungkam. Bentala melepaskan kungkungannya pads Kalandra dan beralih menduduki diri di salah satu bangku.
"Bisa berhenti saling menyalahkan? Itu sama sekali nggak menyelesaikan masalah! Mending mikir solusi bukannya malah memperkeruh suasana. Saya sudah cukup malu dengan kelakuan kalian, bahkan terlalu malu untuk menampakkan muka di depan warga apalagi kampus! Apa kalian pernah berpikir sejauh itu? Mana yang katanya kalian mahasiswa berprestasi? Mana buktinya hah?! Warga sudah cukup baik menerima kita di sini, teman kalian Aru, nggak tau nasibnya di luar sana, kalian di sini malah mau ribut. Dasar goblok, nggak punya otak!" Pak Segara berakhir meninggalkan ruang tamu, ia memilih menenangkan diri sebelum kemarahannya menjadi lebih jauh.
Semua orang terdiam. Berusaha mewaraskan diri masing-masing. Pencarian Aru malam itu telah dihentikan. Pak Segara yang awalnya ingin menutupi kasus ini dari pihak luar akhirnya terpaksa melibatkan pihak yang berwajib terkait kasus ini karena nggak mungkin melibatkan warga terus-terusan. Meskipun hal ini masih ditutupi dari pihak kampus.
Saat ini utusan dari pihak yang berwajib terpantau sedang berada di kapal menuju Halimunda.
Bentala akhirnya meninggalkan ruang tamu, cukup muak ngeliat tampang Kalandra yang seperti pendekar mata satu itu. Berniat merokok di bawah pohon jambu di halaman depan rumah diikuti Senan da Lisa.
"Kok gue yakin ya hilangnya Aru nggak pure kesurupan atau apalah itu, tapi ada hubungannya sama Kalandra." Bentala kembali menyuarakan keyakinan di benaknya di sela-sela menghisap batang tembakau yang diapit belah bibirnya.
"Udahlah ben, lo sensi amat sama Kalandra. Nggak mungkin jugalah Kalandra sampai bikin Aru ngilang kayak gini, apa tujuannya coba? Aru emang aneh dari sananya, kok. Makanya pada nggak heran dia bisa bikin masalah besar kayak gini.." komentar Lisa sambil meniup asap rokok dalam mulutnya ke udara.
"Jadi Aru yang nggak tau gimana nasibnya itu tetap salah di mata lo?" Senan mulai bertanya retoris, tampangnya serius memindai Lisa tak senang.
Lisa memutar bola mata, "Gue nggak ngomongin salah benar ya, itu nggak penting sekarang, tapi lo berdua kayak orang hilang akal tiga hari ini, tau nggak? Gue nggak mau aja kalau sampai masalah ini tambah runyam. Tindakan kita di sini berpengaruh loh pada satu sama lain. Makanya kalau mau bertindak otak dipakai, kayak perasaan cinta anjing lo aja yang paling penting!" Lisa melempar rokoknya ke tanah dengan emosi. Kemudian menginjaknya penuh nafsu.
"Ya, gue tau lo nggak suka sama Aru. Tapi, ada empati dikitlah jadi orang!"
Senan saat ini jadi amat sangat menyebalkan bagi Lisa, "Lo yang nggak tau diri, bangsat!" Ujar Lisa setengah memekik.
"ARU?" Suara Bentala yang berteriak memanggil nama Aru membungkam atmosfer panas antara Lisa dan Senan, keduanya pun menoleh ke arah pandang Bentala, pupil mata ketiganya melebar melihat Aru yang dinyatakan hilang dalam waktu tiga hari ini berjalan menghampiri mereka dengan sehat wal afiat dan cantik seperti biasanya.
Ketiga orang itu bahkan menahan nafas saat Aru mendekat lengkap dengan gummy smilenya, "Halo semuanya!" Sapanya ceria.
Lisa berani bersumpah jika ia sangat merinding saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Riset (COMPLETED)
HorrorSepenggal cerita tentang mahasiswa-mahasiswa yang terpilih mengikuti program riset yang diadakan kampus ke sebuah pulau pariwisata yang cantik dan jauh dari kota setelah mengikuti seleksi karya ilmiah. Yang menjadi masalah adalah mereka semua terhu...