4.

103 26 0
                                    

"Lo liat dia kan tadi di pelabuhan?" Aru yang selalu sibuk dengan ponselnya teralihkan dengan menatap Felysia yang sedang menggunakan skincare untuk wajahnya di depan cermin rias. tampaknya Felysia memang bukan tipe orang yang suka basa-basi.

"Dia siapa?" tanya Aru. Felysia memutar kepalanya dan menatap Aru dengan ekspresi datarnya. cewek yang menakutkan, pikir Aru. "Ibu-ibu hamil itu, yang lo liat di pelabuhan adalah arwah tetangga pak RT yang barusan meninggal." sungguh perkataan yang paling ingin Aru tepis tapi ditegaskan oleh Felysia malah membuat segalanya makin nyata.

"Gue nggak liat apa-apa tuh." sangkal Aru, entah kenapa ia rasa berbohong adalah tindakan yang tepat.

"Lo liat." ujar Felysa kekeh. entah apa tujuannya ngomong kayak gitu. biar apa coba. Aru rasa Felysia ini cukup menyebalkan, ternyata ia tidak sediam yang Aru pikirkan. 

"Lo kenapa sih? aneh banget sumpah." Aru mulai jengah dengan sikap Felysia yang demikian.

"Gue cuma mau ngingetin lo aja, kalo lo udah disambut mereka disini. hati-hati aja." 

"Nggak lucu." jawab Aru ketus. 

sebelum Aru makin emosi pada Felysia, ia memilih untuk keluar kamar. mencari tempat yang tersembunyi untuk merokok. bisa repot kalau warga melihatnya, seorang cewek merokok. apalagi ibu-ibu, kelar. Aru memilih pergi ke bawah pohon rambutan yang agak remang-remang di belakang rumah pak RT sebelum mereka rapat jam sembilan nanti sesuai kesepakatan. banyak nyamuk berpesta menghisap darahnya, tapi Aru tetap menghisap rokoknya khidmat hingga ia menangkap sosok ibu-ibu hamil di pelabuhan lewat di depan rumah pak RT, di jalan setapak desa itu. nah, kan, Aru hanya overthinking  aja, mungkin karena lelah jadi kurang fokus. dibuangnya rokoknya yang masih setengah ke tanah lalu diinjaknya hingga api itu mati lalu mengejar ibu itu ke depan rumah menyusuri jalan setapak. ia ingin membuktikan kalau ibu itu nyata, bukan seperti omong kosong Felysia.

"Aru!" Aru tersentak oleh panggilan Bentala sambil mengguncang bahunya. Aru menatap Bentala linglung. "Lo lagi liat apa?" 

"Hah?" Aru aneh dengan dirinya sendiri. "Gue lagi ngejar ibu-ibu hamil yang barusan lewat rumah pak RT." Jelasnya gamblang, tapi Bentala kayak ngeliat ke arahnya dengan tatapan ganjil. 

"Gue ngamatin lo dari tadi, dan lo cuma berdiri di sini dalam gelap dengan mata kosong ngeliat ke satu arah, kuburan." ungkap Bentala membuat Aru mengerjapkan mata berkali-kali mencoba menelaah maksud Bentala.

"Lo jangan aneh-aneh deh, Ben. kok lo jadi kayak Felysia sih?" tuding Aru. mendadak semua orang jadi sipaling horror. menyebalkan.

"Lo yang jangan aneh-aneh. udah yuk ke rumah." Bentala menarik lengan Aru kayak bocah SD mau menyeberang.

di teras Senan telah bersedekap dada dengan mata penuh selidik. "Abis dari mana lo sama Aru?"

"Abis making love." jawab Bentala dengan muka menyebalkan. 

"Rapat bentar  lagi mulai. kalian dicari-cari malah ngilang." Ujar Senan lagi malas meladeni Bentala.

di ruang tamu ternyata telah berkumpul orang-orang. ada tetua desa, pak RT, dan tokoh-tokoh lainnya di sana. jadi, singkat cerita mereka bilang kedatangan kelompok riset di waktu ini adalah saat yang tepat karena sebentar lagi ritual pengangkatan Yogi si cowok pucat mayat hidup itu sebagai penerus keturunan dukun dan merupakan anak pak RT akan segera dilaksanakan. Yogi telah menunjukkan skill dukunnya. dan itu kabar baik bagi desa Halimunda.

Bentala sama sekali nggak bisa fokus dengerin rapat karena matanya terus mengawasi Aru. cewek itu tampak pucat. apalagi yang ia lihat tadi cukup ganjil. Tapi, Bentala nggak bisa berbuat banyak.

rapat berakhir. masing-masing orang mulai masuk ke kamarnya masing-masing. Aru dengan Felysia si cewek freak.   Felysia udah nggak banyak omong lagi, karena tadi udah pakai skincare ia langsung tidur gitu aja ngebelakangin Aru. Aru masih sibuk main hp kayak biasanya, scroll-scroll tik-tok sampai Aru ngebaca di notif WA ada chat dari Bentala. cowok itu pasti ngambil kontak Aru dari grup WA. 

Bentala : tidur, istirahat, tadi muka lo pucat banget

Aru : lo bukan bapak gue

Bentala : oh ya jelas, tapi gue bapak dari anak-anak kita nanti

Aru : najis

Bentala : tidur sekarang atau mau gue tidurin?

Aru : bacot!

Bentala : Have a nice dream, Aru

Aru hanya ngebaca chat bentala dari notif. ya, memang nggak ada gunanya juga sih ngeladenin Bentala. tapi, emang ada benarnya juga apa yang dia bilang, lebih baik Aru istirahat biar bisa ngembaliin energi, karena waktu mereka cuma dua minggu di desa Halimunda, yang berarti nggak ada tuh waktu berleha-leha, besok udah harus ngewawancara beberapa narasumber sambil datengin tempat-tempat bersejarah di desa itu. Aru meletakkan hpnya di atas nakas samping ranjang, terus ngematiin stop kontak, soalnya Aru ga bisa tidur dalam keadaan lampu nyala. Felysia kayaknya udah  di alam mimpi. Aru mulai memejamkan mata.

tengah malam, Aru kebangun dari tidurnya karena ngerasa geli-geli gimana gitu di wajahnya, you know kayak kulit disapuin bulu kemoceng. pas Aru ngebuka mata, yang membuatnya menyesal kemudian. emang ya si Felysia itu aneh banget anaknya, bayangin aja yang Aru lihat pertama kali adalah sosok Felysia yang tengah berjongkok di atas ranjang dengan mata terbuka lebar natap Aru dan yang bikin Aru geli sampai kebangun itu rambutnya Felysia yang terurai macam kunti.

Aru teriak sekencangnya kayak yang udah gak mikirin apa-apa lagi gitu. Felysia didorongnya sampai jatuh kejengkang dari ranjang. serumah pak RT pada heboh terus datang ke kamar Aru sama Felysia, terutama Bentala sama Senan saking cepatnya udah kayak nggak menapak lantai lagi langkahnya.

"ADA APA?" ujar Bentala panik. matanya yang doe eyes udah kayak mau copot sama kayak jantungnya ditambah keadaan Aru terakhir kali Bentala liatkan emang gak baik-baik aja. bikin overthinking parah. belum lagi pintu triplek rumah pak RT didobrak langsung sama Bentala dengan ototnya yang kayak binaragawan itu saking sering ngegym.

"Felysia nakutin gue!" Jelas Aru masih berusaha ngatur nafas saking kagetnya.

sementara Felysia sang tertuduh malah memasang tampang biasa aja, nggak ngerasa bersalah sama sekali. "Gue nggak bermaksud, gue tadi baru aja abis dari kamar mandi, terus ga nyangka Aru bakal sekaget itu pas liat gue." kata Felysia membela diri.

"Nggak gitu ya, anjir. pas gue buka mata gue ngeliat lo dalam posisi jongkok di ranjang sambil natap gue, aneh lo!" intonasi Aru cukup emosi.

"Udah, udah. maaf ya Pak RT udah ngebangunin!" Pak Segara wajahnya udah merah banget karena ngerasa malu sama tingkah mahasiswa-mahasiswa bimbingannya.  untung pak RT dan keluarganya nggak mempermasalahkan insiden itu. setelah basa-basi sama Pak Segara dan jadi penengah Felysia dan  Aru, pak RT kembali ke kamarnya.

"Kalian kenapa sih?" Pak Segara sampai berkacak pinggan natap Aru sama Felysia jengkel, terutama Aru yang berteriak sekencang itu tengah malam buta.

"Tau nih si Felysia, freak!" Aru masih nggak mau dong disalahkan sepenuhnya.

"Ya udha, gue minta maaf." ujar Felysia kemudian yang Aru bisa nilai dai wajahnya kalau dia nggak merasa bersalah sama sekali. atau malah sengaja? Aru nggak habis pikir.



Riset (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang