6.

67 23 0
                                    

Please, baru seminggu Aru udah nggak kuat lagi, pengen pulang.

Sekamar sama Felysia yang freak dan sok indigo. Menghadapi Bentala sama Senan yang bersikap childish. Ngeliat tatapan Yogi yang tajam dan kayak ngawasin dia terus, semua itu bikin Aru nggak kerasan tinggal di Halimunda untuk seminggu lagi dan sikapnya berubah sensitif; gampang marah dan toxic.

Rosa aja udah nggak tahan sama Aru yang tiap detiknya ngeluh sama ngomel. Demi kewarasannya sendiri ia sekarang malah kayak ngasi jarak ke Aru dan lebih dekat sama Lisa, apalagi mereka sefrekuensi dalam masalah julid dan gibah.

Lisa yang dari awal emang kurang suka sama Aru makin nggak suka jadinya, ngerasa kalau Aru tuh pick me girl dan ngerasa sok iye karena Bentala sama Senan perhatian banget sama dia, jadi ngelunjak kalau bahasa Lisa. Berasa princess.

Hari ini Aru seperti biasa, ada aja masalahnya. Lisa sama Rosa udah capek mau nanggapin, Aru baru aja cerita kalau celana dalamnya tuh hilang tiga biji.

"Gue curiga deh kalau yang nyuri tuh si Yogi." Tuduh Aru ngebuat Lisa sama Rosa saling melempar tatap. Kalau bisa diartikan tatapan mereka tuh kayak, apaan sih anjing, nggak semua orang seobsesi itu sama lo.

"Lo yang bener aja lah, ru. Masa lo bisa nuduh Yogi yang sedingin kutub utara itu ngelakuin hal-hal kayak gitu." Lisa ngerasa yang Aru bilang tuh nonsense banget, emang rada-rada halu.

"Mending lo cek lagi lah ru barang-barang lo atau tanya bu RT kek, kali aja lo jemur terus diangkat sama beliau, jangan main tuduh apalagi nuduh Yogi, ini kita numpang di rumah bapaknya." Rosa ikut menimpali, tapi ekspresi Aru jelas tak terima dengan tanggapan dua orang itu yang jelas membantah opininya sebelum ia cerita kenapa bisa nuduh Yogi.

"Gue punya alasan guys, dua hari lalu pas kita semua turun buat wawancara, kan gue balik lagi ke rumah ngambil instrumen wawancara yang ditinggalin Senan. Gue nggak sengaja ngegap Yogi baru aja keluar kamar gue sama Felysia, terus abis itu nih ya, gue cek koper gue, emang gak ada yang hilang waktu itu, tapi koper gue berantakan kayak abis diobrak-abrik isinya." Jelas Aru berusaha meyakinkan kedua temannya terkait feelingnya pada Yogi.

Rosa dan Lisa agak mengubah roman wajah, tapi belum yakin sama Aru yang memang cukup overthinking dan berlebihan akhir-akhir ini.

"Terus pas lo ngegap Yogi tanggapannya apa?" Tanya Lisa dengan intonasi ragu.

"Mukanya datar kayak tai, dia jawab kalau terserah dia mau di mana aja, dalam artian termasuk di kamar itu karena ini rumahnya, anjinglah!" Aru masih berapi-api mengingat tanggapan Yogi berikut ekspresi wajahnya kala itu.

"Bukan kita nggak percaya ya ru sama tuduhan lo, tapi itu nggak cukup sebagai alasan lo nuduh Yogi, lagi pula kamar yang lo tempatin sebenarnya kamar pribadi Yogi, kali aja dia kangen sama kamarnya." Rosa mematahkan argumen Aru.

Aru akhirnya diam, merasa kecewa dengan tanggapan Lisa dan Rosa yang nggak peduli kalau faktanya celana dalam Aru tuh hilang. Kalau mereka nggak ada sama mereka berdua dan Felysia juga ibu RT, Aru gak tau lagi mesti nanya ke siapa, nggak mungkin juga ke cowok-cowok kan?

"Hmmm, nanti gue cari lagi aja deh di kamar. Gue cabut dulu ya?" Aru memilih untuk menyingkir dari kamar Rosan dan Lisa, keduanya hanya mengangguk cuek.

Masih kesal dengan firasatnya yang mengatakan kalau Yogi pelakunya, Aru nekat ingin melabrak cowok itu langsung.

Aru kemudian menemui Yogi yang sedang berbaring di hammock yang tergantung di belakang rumah milik Senan.

"Bangun lo!" Tanpa basa basi Aru mendorong hammock itu cukup keras hingga Yogi limbung hampir jatuh.

Yogi menatap Aru dengan wajah memerah menahan emosi. Yogi paling benci kalau tidurnya diganggu.

"Apaan lagi sih bangsat?" Katanya geram sampai turun dari hammock dan menatap Aru dengan sorot membunuh.

"Ngaku, lo yang nyuri celana dalam gue kan?" Aru tanpa basa-basi dan rasa takut balas menatap Yogi dengan mata penuh tantangan.

"Ga jelas! Lo pikir gue
orang mesum?" Jawab Yogi nggak terima sama sekali. Soalnya nggak tau menahu perihal celana dalam tersebut.

"Alah, gak usah ngeles lo. Ingat ya gue pernah ngegap lo masuk kamar itu saat semua orang nggak ada? Bisa lo jelasin?" Yogi menarik nafas jengah. Mau sampai kapan Aru mengungkit kejadian itu dan menatapnya penuh selidik.

"Lo benar-benar siap kalau gue jelasin semuanya?" Yogi kini menjadi lebih serius roman mukanya. Entah kenapa Aru malah menelan ludah dan sedikit melunak.

Melihat Aru diam, Yogi lanjut berbicara. "Oke, gue ngaku udah ngebongkar koper lo, tapi gue ngelakuin semua itu karena gue punya alasan."

Aru udah berniat bakal nyemprot Yogi dengan berbagai lantunan kata indah sebelum Yogi dengan cepat kembali bersuara, "Jujur gue ngeliat bayangan hitam yang ngintai lo, jadi gue ngecek apakah ada yang berniat jahat sama lo dengan nempatin benda-benda aneh di koper lo apa nggak."

Aru membuka mulut lagi untuk menanggapi tapi Yogi lagi-lagi lebih dulu berucap, "Menurut gue lo harus hati-hati karena udah ditandai. Gue ngawasin lo selama ini karena gue nggak mau terjadi apa-apa di kampung ini dan juga lo. Masalah barang lo yang hilang, lo harus waspada juga sama teman-teman lo sendiri." Ungkap Yogi yang akhirnya membungkam keinginan Aru untuk berbicara karena kepalanya jadi berat mengurai semua perkataan Yogi.

"Aru, dicariin sama Bentala." Suara Kalandra mengusik hening antara Aru dan Yogi yang baru saja bersitegang. Dengan kehadiran Kalandra, Yogi menyingkir. Kalandra sendiri merasa atmosfir yang canggung. Akhirnya ia menghampiri Aru yang masih tertegun.

"Are you okay?" Kalandra bertanya pada Aru yang tampak pucat.

"Kal, gue mau ngomong sesuatu." Kata Aru kemudian sembari menatap Kalandra dengan wajah semrawut.

Kalandra mengangguk, Aru mempertimbangkan sejenak sebelum memutuskan bicara, "Kal, masa celana dalam gue hilang, terus gue udah nanya ke anak-anak cewek sama bu RT terus nggak ada di mereka, gue jadi makin overthinking, kal. Udahlah gue nggak betah lagi di sini." Ungkap Aru kemudian dengan jujur mengenai yang ia hadapi dan rasakan.

"Gila! Beneran?" Kalandra cukup terkejut, menelan ludahnya dan menatap Aru hati-hati, cewek itu hanya mengangguk tampak pasrah. "Ya udah, mulai sekarang kita sama-sama memperhatikan gerak-gerik yang lain, untuk nyari bukti siapa orangnya."

"Makasih, kal." Aru merasa lega karena Kalandra mempercayainya dan nggak langsung mendebatnya.

"Kalau ada apa-apa cerita ya ru sama gue, gimana pun gue ketua di sini. Udah tugas gue memperhatikan kalian." Ungkap Kalandra terdengar bersungguh-sungguh.

Aru menjawabnya dengan senyum simpul. Setidaknya, ia punya Kalandra yang agak waras di sini. Syukurlah.


Riset (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang