Part 1

715 44 1
                                    

Banyak kata kata yang double dan typo yang berserakan. Padahal udah di cek sebelum di publish, mohon di maklumi ya teman teman🙏

Terima kasih karena sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini.

🌾🌾🌾🌾🌾

Tak terasa sudah masuk tiga minggu Sava belum sadar dari tidur nya. Ya, setelah kejadian Sava didorong dari tangga, Sava dinyatakan koma. Awalnya detak jantung Sava sempat berhenti, namun atas karunia Tuhan yang maha esa membuat Sava kembali bernafas.

Berbeda dengan Rachel, perempuan itu sudah masuk sekolah kembali seperti biasa walaupun tangan nya masih di gips dan masih menjalankan terapi.

Kelopak mata Sava perlahan bergerak dan sedikit demi sedikit terbuka. "Haa-us," ucap Sava dengan sangat lirih.

Bik Sumi selaku art dari keluarga Sava yang bertugas menjaga Sava pun langsung menghampiri diri nya. "Non? Sudah sadar? Haus ya? Minum dulu non, pelan pelan aja," ucap Bik Sumi sambil menyodorkan air putih kepada Sava. "Sebentar, bibik panggil kan dokter."

Tak selang berapa lama dokter masuk kedalam bilik rawat Sava, "Nona sudah sadar dok," ucap bik Sumi.

Sava melenguh sakit saat mencoba memindahkan posisi tubuh nya. Mata nya mengedar, ia baru sadar bahwa dirinya sedang berada diruangan bercat putih keseluruhan. Kamar inap rumah sakit, ya Sava sedang berada dirumah sakit sekarang.

"Maaf ya, saya izin periksa dulu," ucap Dokter seraya memeriksa tubuh Sava. Sava mengangguk, dirinya berbaring dengan lemas. terdiam cukup lama menunggu dokter tersebut memeriksa keadaanya. "Ada yang sakit?" Tanya Dokter.

Sava menggeleng, "Saya Nggak meninggal dok?" tanya nya dengan nada heran.

"Kemarin sih sempat hampir meninggal, tapi Nggak tau juga." Jawab Dokter dengan acuh tak acuh.

Sava melongo mendengar jawaban sang Dokter, Sava berdehem pelan untuk mengilangkan kecanggungan. "Masa sih? Begini, kemarin saya dikejar begal pake motor, jadi wuussss saya bawa laju motornya. Nah didepan saya ada truk besar, jadi nya kita tabrakan. Tapi kok saya bisa selamat ya?" tanya Maira, "Apa saya mimpi? Tapi kalau ini mimpi saya Nggak mungkin ada disini kan dok? Soalnya kecelakaan kemarin kan parah banget."

Mendengar rentetan pertanyaan tersebut membuat dokter mengerjap kebingungan, "Mungkin kakak nya mimpi."

Maira mengangguk, "Iya juga ya? tapi kalo saya mimpi, kok ada disini?"

Dokter menghela nafas, "Kakak nya sudah tiga minggu tidak sadarkan diri. Juga sempat mengalami operasi, seperti nya si kakak masih dibawah pengaruh obat bius. Nggak apa apa itu hal yang biasa."

Maira terkejut dengan mata yang berkaca-kaca. "Saya di operasi dok? Cius, mi apa?" tanya nya, sambil pelan pelan dirinya meraba kaki. Maira menduga bahwa kaki nya sudah hilang sebelah, karena seingat Maira yang paling parah adalah kakinya yang tersangkut di pagar pembatas jalan. Maira kebingungan, "Tapi kaki saya damai damai aja kok dok? Masih lengkap ini kakinya."

Dokter tersebut tersenyum maklum. "Operasi nya di kepala kak, bukan di kaki."

"Hah? Gimana bisa? Jangan main main lah dok. Gimana bisa operasi nya di kepala? Sedangkan pas kecelakaan kepala saya masih pake helm." Maira ingat betul, bahkan detik detik ia tak sadarkan diripun ia masih ingat bahwa helm masih menempel di kepalanya. fix dokter gadungan.

"Kakak nya jatuh dari lantai dua! Gimana bisa operasi nya di kaki, sedangkan kaki nya baik aja."

Maira menatap dokter tersebut dengan horror. "Kok dokter malah marah marah?! Saya kan nanya baik baik!"

ALSAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang