Sava melipir ke toilet setelah mendengarkan teriakan dari Maya dan sedikit bertanya kepada para manusia yang ia temui di koridor. "Masih pagi masa udah kebelet aja sih."
Tak selang berapa lama Sava selesai dengan segala urusannya di toilet, saat Sava hendak berjalan ke kelas. Dirinya dihadang didepan pintu oleh tiga nenek lampir, Sava melihat satu per satu nametag ketiga nya, namun atensinya teralihkan dengan salah satu nama 'Rachel Bintang'.
"Guys guys, ada yang nggak punya malu nih, tetap datang ke sekolah padahal namanya udah tercoreng." Ejek Rachel.
Kedua bola mata Sava berotasi dengan malas, Sava sudah mengetahui semua kejadian dari abangnya, apa yang menyebabkan diri nya jatuh dari tangga hingga berakhir kerumah sakit.
"Ups, kasihan ya? Pasti udah nggak ada yang mau temenan sama lo lagi. Yang sabar ya shay haha," sambung Malika sambil mengusap bahu Sava. Spontan saja Sava menepis tangan Malika dengan kasar, tidak sudi rasanya Sava di pegang oleh najis berjalan.
Malika dan juga Rachel tertawa kesenangan karena membuat Sava diam tak berkutik, padahal bukan karena Sava takut, tapi karena Sava sedang menunggu apa yang akan di lakukan mereka selanjutnya. Berbeda dengan Rima yang sedari tadi menggaruk kepalanya sebab tak paham.
"Mau kalian apa sih? Gue nggak ganggu kalianya. Ini hari pertama pertama gue sekolah tolong jangan buat masalah, bukanya lo sama keluarga udah buat janji perdamaian sama orang tua gue? Jadi, ada masalah apa lagi?"
"Halah bacot!" Seru Rachel sambil mendorong Sava hingga terjembab ke lantai. "Lo pikir Lo jago karena udah ngomong kek gitu sama gue? Nggak ya! Yang buat perdamaian itu karena orang tu Lo yang mohon mohon sama orang tua gue biar lo nggak di jemblosin ke penjara, Dangan berbaik hati orang tua gue buat janji perdamaian. Tapi bukan berarti Lo bisa bebas seenak nya! Dan Lo," Rachel menunjuk wajah Sava dengan ibu jarinya, Sava membenci hal tersebut, tidak ada yang boleh merendahkan nya, ingatkan Sava untuk mematahkan jari yang sudah berani menunjuk nya itu nanti. "Gara gara suara lo, kuping gue jadi sakit! Minta maaf! Ngerti bahasa manusia nggak Lo? Minta maaf sama gue sekarang!"
"CK! Gue bilang minta maaf ya minta maaf goblok!"
"Halah, ajar aja chel." Hasut Malika. "Yang kek gini harus dikasi pelajaran."
"Gue ulangi sekali kali, minta maaf sama gue karena lo udah buat telinga gue sakit, atau gue kurung lo ke dalam toilet hah?!" Ucap Rachel sambil menjambak rambut Sava, hingga kepala Sava mendongak.
Dengan bibir bergetar Sava meminta maaf kepada Rachel. "M-maafin g-gue Rachel, g-gara gara gue t-telinga lo jadi sakit hiks." Ujar sama tersedu sedu.
Rachel melepaskan jambakan nya pada rambut Sava, ia menatap Sava dengan puas. "Bagus, gitu dong dari tadi. Tinggal minta maaf kok susah."
Kring....kring....
"Cabut guys," ucap Rachel dan pergi meninggalkan toilet di ikuti dengan Malika.
Sementara Sava masih tersedu sedu dengan penderitaan dirinya di pagi hari ini. Melihat kedua nya membuat Siska bingung. "Ee, Sava lo ngga apa apa? Mau gue bantuin aja nggak? Rambut lo berantakan," ucap Siska.
"SISKA!!"
"Aduh sav, maaf ya gue nggak jadi bantuin lo, sekali lagi gue minta maaf ya." Setelah meminta maaf kepada Sava karena tak bisa membantu, Siska akhirnya meninggalkan Sava seorang diri didepan toilet.
Keadaan disekitar Sava sunyi, seperti semua siswa maupun siswi sudah berada dikelas nya masing masing.
Sava bangkit dari duduk nya, kemudian ia bersihkan seluruh air matanya. "Gue nggak selemah itu Rachel. Orang orang harus tau siapa lo sebenarnya," gumam Sava.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALSAVA
FantasiDi baca aja dulu, siapa tau tertarik. ⚠️⚠️Typo berserakan, dan penggunaan kata masih belum sempurna ⚠️⚠️ Perhatian Sedang dibutuhkan vote, kritik dan saran dari para pembaca terimakasih 🙏 Pict? @Pinterest