Part 3

602 38 0
                                    

Pagi ini Sava bersiap siap menggunakan seragam kebanggaan nya. "Perfect," gumam Sava. Tak lupa ia poleskan sedikit bedak, dan liptin agar tidak terlihat pucat. Jangan lupa rambut lurus yang sudah di ubahnya menjadi Curly.

"Lo cantik si, tapi kurus." Monolog Sava melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin.

Sava menghela nafas. "Gimana keadaan badan gue yang sekarang? Apa gue benar benar meninggal? Dan sava? Argh pusing gue." Sudah lah, Sava ingin menjalani kehidupan nya yang baru sekarang, nanti akan ia pikirkan kembali bagi kedepannya.

Setelah selesai dengan ritualnya, Sava turun menuju meja makan. "Pagii," sapa Sava dengan riang. Ia berharap pagi ini akan mendapatkan awalan yang menyenangkan. "Sarapan apa nih?"

"Pagi anak papa," sapa ayah Sava. Seperti janji nya kemarin, tak lupa ia pun mencium kening Sava dengan sayang. "Duduk dekat papa, kita sarapan." Sava menurut lalu duduk di dekat ayah nya.

Dahi Sava berkerut, mama nya hanya diam sedari tadi, bahkan hanya melihat mereka lalu beralih kembali dengan sarapannya. "Abang mana? Kok nggak ikut sarapan?"

Ayah Sava menghela nafas. "Abang kamu udah berangkat duluan, entah kapan dia mau sarapan sama sama." Bukan sedih tapi ayah Sava malah tersenyum, jika hari hari biasanya kedua anak tersebut menghindari mereka. Maka berbeda dengan hari ini, salah satu diantaranya ikut nimbrung bersama mereka. Hal tersebut sudah membuat ayah Sava bahagia bukan main.

"Makanya jangan sibuk sama yang diluar, sampai lupa kalau ada yang nunggu kamu di rumah!" Seru mama Sava.

"Ma!"

Malas berdebat, mama Sava bangkit meniggalkan ruang makan. "Loh, mama nggak sarapan?" Tanya Sava.

"Nggak mood." Setelah mengatakan hal tersebut, mama Sava benar benar meninggalkan ruang makan.

Ayah Sava menatap punggung wanita itu dengan sayu. "Papa? Are you okay?" Tanya sava.

"I'm okey, princess."

"Aku putri papa," ucap Sava menenangkan. Ayah Sava tersenyum, mungkin Sava sedang belajar berdamai dengan diri sendiri saat ini.

"Selamanya kamu putri papa."

****

Sava sampai di sekolah diantarkan pak mugi, sopir pribadi nya. Kenapa bisa punya sopir pribadi? Sudah dikatakan bukan, Sava di kenal dengan sosok yang sombong dan semena mena, itu jugalah salah satu sebab akibat Sava mempunyai sopir pribadi.

"Terimakasih pak," ucap Sava sambil memberi sedikit senyuman.

Pak Mugi tertegun sejenak, ini pertama kali majikanya itu berterimakasih dan senyum kepada dirinya, biasanya Sava akan selalu mengamuk dan berkata kasar, sangat berbeda dengan hari ini.

"Pak?" Panggil Sava melihat pak Mugi termenung.

"H-hah? Oh, iya non i-,iya sama sama. Bapak pamit ya, nanti bapak jemput."

"Oke, hati hati pak."

"Nggeh non."

Saat melihat melaju nya pak Mugi dari gerbang sekolah, sekolah menjadi heboh karena deruman motor yang bersahutan masuk ke dalam area sekolah.

Mereka Devin, Izar, Kellan, Yahya, Zayd, dan juga Athala. Kelimanya sudah berada di parkiran dengan Sava yang mematung ke tempat semula. Bagaimana tidak? Saat mereka menuju parkiran, tentunya mereka akan melewati Sava, dan itu benar benar terjadi. Sava berada di tengah motor motor tersebut melalui, darah Sava berdesir hebat. Kejadian tersebut mengingatkan nya tentang kecelakaan yang pernah ia alami.

Di parkiran Devin dan yang lain melihat Sava yang mematung di tengah area parkiran. "Lah, udah masuk sekolah tuh anak? Besar juga nyalinya ternyata," ujar  Yahya.

ALSAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang