Sava langsung menoleh ke belakang nya. "Ooh, ini peliharaan saya memang sengaja saya bawa. Bukan pacar saya ini mah," ucap Sava.
"Gue juga ogah mau jadi pacar lo,"seru Devin. Yang berdiri dibelakang Sava adalah Devin.
"Dih, yang minta lo buat jadi pacar gue siapa?"
Merasa suasana yang terasa mencengkam membuat si kasir cepat cepat menghitung belanjaan Sava. "Tujuh puluh delapan ribu delapan ratus kak, " ucap si abang kasir dan Sava langsung memberikan selembar uang bewarna merah. "Dua ratus nya boleh di donasi kak?" Sava mengangguk. "Ini kak belanjaan nya, kembaliannya dua puluh satu ribu, terimakasih."
Dengan tatapan malas dan rasa dongkol Sava mengambil belanjaan nya kemudian berlalu keluar, Devin yang melihat hal tersebut pun hanya acuh saja karena ia tak merasa melakukan kesalahan.
Saat sampai parkiran, hatinya kembali merasa dongkol. Bagaimana ia bisa lupa bahwa dirinya sedang menggunakan sepeda? "Jadi nyesel kan gue pake sepeda, ini juga belanja nya sampai bablas gini."
"Gue anter ayok,"ucap Devin yang baru saja tiba di parkira, dan ternyata kendaraan yang di gunakan Keduanya nya pun juga bersampingan. "Ogah, gue alergi sama cowok kasar."
Devin menaikkan sebelah alisnya. "Kalo lo nggak kasar, orang lain juga nggak akan balik kasar sama lo," seru Devin.
"Tau darimana lo kalo gue kasar?"
"Dengan cara lo ngebully-in anak anak sekolah dan ngerendahin mereka semua, itu udah ngebuktiin kalo lo perempuan kasar."
Sava menatap Devin dengan pandangan sebal. "Sok tau, emangnya lo liat sendiri kalo gue yang udah ngebully mereka."
Devin mengedikkan bahu nya. "Itu semua udah kesebar, siapa si yang nggak kenal sama pembully kelas kakap kayak lo. Lagian, mana ada orang yang mau ngejelekin nama orang lain buat naikin pamor. Yaaaa, kecuali lo sih__maybe." Dirasa Sava memang benar benar tidak memerlukan bantuan nya, Devin langsung saja menaiki kendaraan road dua nya tersebut dan berlalu pergi. Namun, sebelum dirinya benar benar meninggalkan Sava, ia melambaikan sedikit tangannya sebagai salam perpisahan.
"IHHH, NEYEBELIN BANGET SI LO!" Seru Sava dengan menggebu gebu, ia tidak perduli dengan pandangan orang sekitar. Ingatkan Sava agar tidak lupa mengacak ngacak wajah Devin nantinya.
****
Sava menyusuri jalanan pulang dengan mendorong sepeda dan belanjanya yang disimpan ke dalam keranjang. "Kok sepi ya? Padahal masih awal gini," gumam Sava."Lah iya, rumah bagian sini kan belum banyak di tempati."
Asyik berjalan dan bersenandung ria, Sava di kejutkan dengan tarikan seseorang. "Woi woi! Siapa lo? Jangan narik gue sembarangan doong!"
"Sttt!"
Sava di tarik kedalam lorong sedikit dalam, "Sepeda gue woi, TOLOONGG!"
Seseorang tersebut menggusar wajahnya, ia menarik sepeda Sava dengan asal beserta belanjaannya. "Woi! Kalo sepeda gue rusak lo ganti ya!"
"Diam!" Sentak orang tersebut dengan nada tertahan, nafasnya menggebu.
Dahi Sava berkerut, "Lo kenap___"
Belum sempat Sava menyelesaikan ucapannya, seseorang tersebut sudah terlebih dulu membungkam mulut Sava dengan tangannya. "Diam!"
Sava mengangguk ketakutan, dan tak lama terdengar kembali orang orang yang berlarian. "Dimana dia?"
"Tadi lari ke arah sini bos," ucap salah satu dari mereka.
Sava tau mereka adalah seorang laki laki, berpakat hitam dan tubuh yang besar. Kedua mata Sava membesar, apa jangan jangan orang ini adalah maling yang sedang di kejar?"
Nafas Sava naik turun tak beraturan, jika benar berarti dia dalam masalah sekarang. Ini kesempatan Sava untuk meminta tolong kepada orang tersebut, dengan susah payah Sava menggerakkan wajahnya hingga bungkaman seseorang tersebut terlepas.
"Lo maling kan? Lo lagi di kejar sama warga kan? Iya kan? Ngaku lo? Atau nggak gue teriak."
"Gue bukan maling, gue di kejar. Sekarang lo diam atau lo akan tau akibatnya."
Sava terkejut, berarti orang ini betul betul orang jahat."TOLONG! TOLONG! TOLONGIN GUE, TOLONG."
"DIAM BANGSAT!" orang tersebut kalang kabut bukan main, bagaimana jika mereka menemukan dirinya dan Sava, ini bahaya. "Gue bilang diam ya diam! Lo mau kita celaka?!"
Sava tak memperdulikan perkataan maling yang ada di depan nya, "TOLOOONGGG!"
cup...
Teriakan Sava terhenti seketika, dirinya tertegun. Apa ini? Benda yang terasa sangat kenyal berada di bibirnya, "gue udah nggak perawan. Mak ayah, maafin maira."
"Lo denger teriakan tadi?"
"Denger, suaranya dari arah sini. Tapi nggak orang."
"Jangan jangan?"
"Jangan jangan?"Tubuh keduanya menjadi terasa dingin secara tiba tiba. "Nggak deh, gue balik"
"Woi woi! Tunggu!"
Kembali kepada Sava dan seseorang yang masih membungkam bibir sava tersebut, merasa seperti tak ada penolakan dari Sava membuat lelaki tersebut semakin memiringkan kepala nya, ia jilat dan dikecup nya dengan penuh rasa di sudut bibir Sava.
Kemudian bibirnya beralih mendekati telinga Sava dan meniup nua, hal tersebut membuat tubuh Sava menjadi semakin dingin. "Manis," ia akan kembali bergerak ke arah bibir Sava dengan bergeser pelan, membuat bibir nya mengusap pipi Sava.
Sava semakin bergetar, dan ketika bibir keduanya akan bertemu kembali, Sava langsung mendorong laki laki tersebut hingga terbentur dengan dinding dibelakangnya.
Akh, shit!
"Lo," Sava menunjuk wajah laki laki tersebut. "Ini first kiss gueee, aaaaa" rengek Sava.
Laki laki tersebut menatap Sava tak percaya, bahkan ia juga terkekeh melihat tingkah Sava, "lucu"
Sava menatap laki laki tersebut dengan tatapan nyalang. "Kalo gue hamil, lo harus tanggung jawab!"
Laki laki itu mendekat dan berbisik di telinga Sava, "Yesh baby."
"Iiiiiiii," Sava menggeliat kegelian. Dengan cepat ia mengambil sepedanya dan juga belanjaan nya lalu meninggalkan pria itu seorang diri.
Lelaki itu tertawa kecil, "Lo lucu."
****
Sava sudah tiba di rumah dengan perasaan kesal dan marah, bahkan orang rumahnya pun di buat bingung dengan tingkah Sava yang pulang dengan wajah masam.
Saat sampai di depan pintu kamar, tak sengaja juga ia bertemu dengan kembaran nya, keduanya bersitatap. Kembaran nya tersebut menatap Sava dengan tatapan bingung, sedangkan Sava menatap dirinya dengan tatapan penuh amarah seolah olah kembaran nya itu sedang menganggu dirinya.
"Apa lo?! Mau gue colok mata lo!"
Brak!
Sava masuk ke kamar dan menutup pintu dengan keras meninggalkan kembaran nya yang masih kebingungan, "Salah gue apa?" Gumamnya.
Sava langsung masuk menuju kamar mandi, ia mencuci bibirnya dengan kasar. "Gue udah nggak perawan lagi, gue takut hamil," pilu Sava menatap dirinya di pantulan cermin. "Ini semua gara gara itu maling! Gue tandain lo Ling, gue bakal patahin semua tulang tulang lo sampai bunyi krek krek krek."
Maira kembali terbayang dengan perkataan ibunya sewaktu dirinya kedapatan haid pertama kalinya.
"Mai, kamu kan udah besar, udah dapat mens pertama. Kamu harus hati hati kalo temenan sama laki laki."
"Kenapa mak?"
"Bahaya mai, nanti kalo kamu deket sama laki laki, kamu bisa hamil. Emang kamu mau masih kecil tapi udah hamil?"
Maira menggelengkan kepalanya, ia tidak mau hamil muda. Dari situ ia selalu membatasi diri bila ada laki laki yang ingin dekat dengan nya.
"Hiks, hiks, maaf mak Maira salah, Maira takut hamil hiks."

KAMU SEDANG MEMBACA
ALSAVA
FantasyDi baca aja dulu, siapa tau tertarik. ⚠️⚠️Typo berserakan, dan penggunaan kata masih belum sempurna ⚠️⚠️ Perhatian Sedang dibutuhkan vote, kritik dan saran dari para pembaca terimakasih 🙏 Pict? @Pinterest