Kelas IPS 1 dan IPS 3 di satukan dalam pelajar olahraga, karena pak Syakir yang mengajar di kelas IPS 1 atau kelasnya Devin dkk ada keperluan mendadak, jadi lah kelas nya Devin dan Sava bertemu dan diajarkan oleh pak Sabirin.
Materi yang di ajarkan pak Sabirin adalah permainan bola voli. Laki-laki dengan grup laki-laki begitupun sebaliknya. Saat ini grup laki-laki sedang mempraktekkan cara smash dengan benar, sedangkan bagi grup perempuan menepi guna memperhatikan.
Dan sangat pas sekali saat ini giliran Devin yang mempraktikkan.
"Ayang lo tuh," ucap Maya menggoda Sava. Maya masih tidak percaya jika Sava akan mudah melupakan Devin.
"Nggak penting." Tanpa memperhatikan seseorang yang di depan, Sava lebih asyik meminum minuman Maya.
"Punya gue woi!" Sungut Maya. Sava hanya menyengir, "Bagi dikit elah."
"SAVA!"
BUGH....
Pukulan Devin meleset dan mengenai kepala Sava, mengakibatkan Sava tak sadarkan diri.
Devin berlari ke pinggir lapangan dengan perasaan cemas dan rasa bersalah.
"Bangun sav," ucap Devin sambil menepuk pipi Sava. Tanpa basa basi Devin langsung menggendong Sava ala bridal style menuju uks.
****
Cukup lama tak sadarkan diri, Sava pun terbangun. Ia terdiam melihat langit langit sambil memegang kepalanya yang masih terasa pening.
"Kalo udah sadar ya bangun, jangan pura pura sakit" ucap seseorang yang sedang bersandar di tembok dengan nada ketus.
Sava mengedarkan pandangannya mencari sumber suara, ia mendapati seorang laki laki yang tengah menatap nya dengan tatapan tajam. Dengan susah payah Sava bangkit lalu duduk di tepi bankar.
"Ngapain lo?" Sava mendelik tak senang menatap kehadiran Devin.
Devin berjalan ke arah Sava, ia berdiri tepat di depan Sava dengan sedikit membungkukkan tubuhnya sambil berucap. "Gue kasi tau ke lo, nggak usah caper sama gue pake acara sok sok pingsan segala. Karena gue enek sama cewe yang caper kek lo."
Sebelum Devin memundurkan tubuhnya, Sava sudah terlebih dahulu menarik kerah seragam Devin. "Lo nggak usah kepedean, jijik juga gue liat nya."
Devin langsung menyentak kan tangan Sava, ia langsung melenggang pergi meninggalkan gadis tersebut seorang diri.
"Apa sih! Sok ganteng banget," kesal Sava. Ia pun kembali merebahkan dirinya dan memijit pelipisnya karena masih merasakan pening.
Ceklek
Maya masuk sambil membawa air mineral. "Are you okay?"
"Santai lah, masih pening dikit si."
Maya mengangguk paham. "Mampu ke kelas nggak lo? Udah ganti jam pelajaran juga sekarang."
"Ayok lah, pening dikit juga nggak masalah ."
Keduanya berjalan menuju kelas IPS 3, Saat ini Sava dan Maya sudah berada di kelas menunggu pelajaran selanjutnya dimulai.
BUGH...
Sava melemparkan ransel nya ke meja Maya, hal tersebut membuat Sava mendapatkan tatapan tajam dari Maya. "Hehe, ampun dije" ujar Sava. "Gue duduk sini yaa? Plisss," mohon Sava. Dan tanpa mendapatkan jawaban dari Maya pun Sava sudah menduduki bangku di samping Maya, apalagi yang mau Maya katakan? Terserah Sava.
"Lo nggak ganti baju May?"
"Ngapain? Tinggal satu pelajaran lagi habis itu selesai, buang buang waktu doang. Lagian tuh seragam besok masih di pake kalo lo pikun," ucap Maya.
"Iya juga ya? Sia sia juga ganti kalo cuma nempelin keringat doang," gumam Sava.
"APA LO LIAT LIAT?! MAU GUE ILANGIN TUH MATA?!" sergah Maya, ia merasa risih karena banyak pasang mata yang melihat kearah bangku nya.
"Iiiihh, nggak usah dipeduliin si may, biarin aja." Ujar sava, "Lo sih biarin karena udah biasa. Gue kan risih, gue nggak sesabar lo dalam ngadepin masalah Sav."
"Ya udah si malah marah marah."
Maya menghela nafasnya. "Jadi gimana? Udah ngomong sama orang tua lo?"
Seakan tertarik dengan pertanyaan Maya, membuat Sava tersenyum lebar. "Udah! Balik sekolah barang nya datang. Pokoknya lo harus battle sama gue," ucap Sava dengan riang.
"Gaya lo, kalah nangis."
"Nggak dong, gue nggak menerima kekalahan kalo sama lo."
"Suka suka lo."
"WOII, BU EVA NGGAK MASUK. KERJAKAN EVALUASI HALAMAN 21 KUMPULKAN KE SEKRETARIS," teriak Reza si ketua kelas. "RIA LO TANGGUNG JAWAB SAMA TUGAS!" sambung Reza, dan mendapatkan acungan jempol dari Ria si sekretaris.
"Tugas lagi," gumam Sava.
Maya terkekeh kecil mendengar keluhan Sava, ternyata sepupunya ini masih sama, tidak menyukai sesuatu yang membuat nya susah. Contoh nya tugas dari Bu Eva.
Kring...kring...kringgg
Bel pulang telah berbunyi, Sava langsung membereskan peratan sekolahnya dan akan keluar kelas bersama Maya. Keduanya berjalan ber-iringan hingga di koridor lantai bawah.
"Devin tuh," Maya menunjuk ke arah lapangan, dan disana ada Devin dan juga teman-temannya yang sedang duduk dipinggir lapangan sehabis bermain basket. Bisa dipastikan kelas mereka sedang jamkos hingga membuat warga kelas tersebut bebas berkeliaran.
"Terus?"
Alis Maya ternaik sebelah merespon ucapan Sava, "Ini lo serius mau ngejauhin Devin ya? Maksud gue, lo serius moveon gitu aja?"
"Ya gue kudu ottoke? Semenjak lo cerita kalo dia nampar gue cuma gara gara belain si Rachel, yang padahal gue nggak salah sekali, itu yang ngebuat gue ogah buat mau ngejar tuh anak." Dan juga, karena gue bukan Sava - tutur Sava dan batinnya yang ikut berteriak.
Sejenak Sava memandang kearah lapangan dan membuat pandangan dua orang yang berbeda jenis kelamin tersebut bertemu, Sava memutuskan kontak mata nya. "Gue duluan deh, pak Mugi udah nungguin."
Sava langsung melenggang pergi ke arah parkiran, disana sudah ada pak Mugi - supir pribadi keluarga nya. Sava langsung memasuki mobil, dan membuka kaca mobil.
"Gue duluan ya!" pamit Sava dengan sedikit keras dan tangan yang sambil berdadah ria.
Sedangkan Maya hanya menatap kepergian Sava dengan pandangan tak percaya.
****
Dipinggir lapangan, Devin dkk sedari tadi melihat Sava yang berada di koridor hingga akhirnya pergi melewati mereka dan tanpa sedikitpun melirik dan langsung saja pergi menaiki mobil jemputan nya.
"Lah, itu Sava kan? Cewek gila yang suka ngejar - ngejar lo itu? Kok kayaknya dia lagi ngejauhin lo ya?" tanya Kellan kepada Devin.
"Lah Iya, tumben nggak heboh nyamperin lo dev?" tanya Yahya juga yang ikut menimbrung.
Izar, Athala, dan Zayd? Mereka hanya diam mendengar pembicaraan ketiga temannya.
Devin yang sedari tadi terus mendapatkan sederet pertanyaan, hanya mengedikkan bahu nya, tanda bahwa dirinya tidak perduli dengan sederet pertanyaan yang di lontarkan oleh teman temannya.
Devin berdiri meninggal kelimanya, ia menuju kelas untuk mengambil tas dan kemudian berjalan Kembali menuju parkiran, langsung saja Devin menaiki motornya dan berlalu meninggalkan sekolah.
"Ikutan aneh juga tuh anak," ucap Zayd lalu ikut pergi meninggalkan lapangan.
Jadi gimana? Sejauh ini suka nggak sama ceritanya?
Semoga suka ya🤗
Perhatian
Sedang dibutuhkan vote, kritikan dan saran dari para pembaca, terimakasih 🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
ALSAVA
FantasyDi baca aja dulu, siapa tau tertarik. ⚠️⚠️Typo berserakan, dan penggunaan kata masih belum sempurna ⚠️⚠️ Perhatian Sedang dibutuhkan vote, kritik dan saran dari para pembaca terimakasih 🙏 Pict? @Pinterest