Satu

458 41 0
                                    


"Firza!" serunya pada sahabat baiknya, sahabat satu kampungnya dan sahabat satu tempat tinggal dengannya.

Gadis berambut lurus hasil dari smooting rutin di salon, menoleh sejenak sebelum menghembuskan napas jengkel.

"Kenapa lagi, Bila?" Jelas sekali jika Firza merasa kesal pada sahabatnya itu.

"Kamu mau pergi ke mana?"

"Tadi aku sudah katakan padamu. Kamu pulang saja dulu. Aku ingin pergi dengan Max," jawab Firza tanpa beban.

Nabila, sahabat sekaligus teman satu kantor Firza menekuk wajahnya. Tampak tidak suka dengan jawaban yang keluar dari mulut Firza.

Jujur Nabila tidak dapat mengerti dengan jalan hidup Firza. Bukan hanya satu tahun dua tahun Nabila mengenal Firza. Tapi sudah sejak kecil mereka berdua berteman. Dari SD hingga SMP mereka berdua selalu berada di satu sekolah dan satu kelas yang sama. Hanya saat SMA saja mereka berdua tidak satu sekolah. Karena Nabila bisa lolos masuk di sekolah SMA negeri favorit di kotanya, sementara Firza harus menerima kenyataan jika dirinya harus melanjutkan SMA di sekolah swasta.

Saat lulus SMA Nabila memilih untuk kuliah di luar kota sesuai dengan impian nya. Dan Firza yang mengetahui jika Nabila ingin melanjutkan kuliah di luar kota ikut ikutan. Meski mereka beda kampus tapi mereka tetap tinggal di satu tempat kos yang sama.

Jika dapat dijabarkan, Nabila itu mempunyai otak yang cemerlang. Dia gadis yang pintar dan lagi wajahnya yang cantik juga sifatnya yang kalem juga baik mampu membuat banyak orang menyukai nya.

Berbanding terbalik dengan Firza. Meskipun Firza juga mempunyai wajah yang tak kalah cantik, tapi Firza tidak pernah memiliki sifat seperti Nabila.

"Kenapa kamu keluar dengan Max? Lantas Rayyan Baga?"

"Rayyan? Memangnya kenapa dengan Rayyan?" tanya Firza enteng.

"Astaga, Fir! Aku harus menjawab apa jika Rayyan tanya. Masak iya aku bilang kamu keluar dengan Max. Bisa-bisa Rayyan marah nanti. Ayolah, Fir. Jika memang kamu tidak suka dengan Rayyan jangan kamu gantung statusnya. Kasihan dia."

"Bila ... Bila. Rayyan itu kantongnya tebal. Mana mungkin aku melepaskan pria potensial seperti itu."

"Lalu Max?"

"Max ... meski kantongnya tak setebal Rayyan seenggaknya Max punya otak yang encer. Jadi, aku tak perlu lah repot atau khawatir kejar target bulanan. Kan ada Max yang ngebantuin."

Yang Nabila tahu Max itu salah satu staf senior marketing di kantor tempatnya bekerja. Satu divisi yang sama dengan Firza.

"Sudah, ya. Aku sudah terlambat. Max sudah menunggu diluar. Bye!" Dengan cepat Firza meninggalkan Nabila yang masih terpaku di tempatnya.

Nabila hanya menggelengkan kepala tak tahu dengan jalan pikiran Firza. Kecantikan wajah yang Firza miliki selalu digunakan sebagai senjata untuk memikat dan menjerat lelaki.

Bukannya Nabila tak pernah menasihati tapi Firza tetaplah Firza yang dengan seenak hatinya pindah dari satu lelaki ke lelaki yang lain. Asalkan berkantung tebal pasti Firza dekati.

"Firza ... Firza. Kapan kamu bisa berubah. Aku hanya takut jika kamu akan kena batunya akibat dari perbuatanmu sendiri."

•••

Baru juga Nabila keluar dari lobi dan hendak berjalan menuju tempat parkir, seorang lelaki sudah menghadang dan menghalangi jalannya.

"Rayyan," gumam Nabila.

Gadis itu terlihat salah tingkah.

"Firza mana?" tanya lelaki bernama Rayyan.

"Maaf Rayyan aku tidak tahu."

"Tidak tahu? Hei ... kamu itu temannya. Kenapa bisa tidak tahu."

"Memang aku tidak tahu Rayyan."

"Omong kosong. Pasti kamu menyembunyikan sesuatu dariku, kan?"

"Rayyan maaf aku buru-buru."

"Nabila.Tunggu!" teriak Rayyan yang tak dipedulikan oleh Nabila.

Gadis itu gegas masuk ke dalam mobilnya. Rayyan mengetuk-ngetuk kaca mobil. Tapi Nabila tak akan mungkin sanggup menghadapi lelaki itu. Dan yang bisa Nabila lakukan saat ini adalah segera meninggalkan area parkir membiarkan Rayyan mengeluarkan semua sumpah serapahnya.

Nabila menghela napas lelah. Selalu seperti ini, Nabila selalu menjadi korban pelampiasan para lelaki korban Firza. Terkadang Nabila juga heran, apa kurangnya Rayyan hingga Firza masih saja mencari selingkuhan.

Seorang Rayyan Alexander meski penampilannya tak sekeren Max dengan kemeja rapi dan sepatu pantofel mengkilap, tapi Rayyan adalah seorang photograper profesional yang penghasilannya tak dapat diperhitungkan. Rayyan yang selalu berpenampilan kasual dan sedikit selengekan. Dan Nabila pun tahu bahwa Rayyan bukanlah lelaki sembarangan. Tapi yang membuat Nabila semakin heran seorang Rayyan akan mengejar Firza yang jelas-jelas suka membuatnya kecewa. Seorang Rayyan pasti dengan mudah bisa mendapatkan wanita mana pun yang diinginkan dan Nabila yakin akan hal itu.

Tiga bulan lalu saat Firza mengenalkan dirinya pada Rayyan Alexander, Nabila cukup merasa lega. Pasalnya semua yang diincar Firza dari Lelaki ada pada Rayyan semua. Tampan dan Mapan itulah dua kata yang cocok untuk disematkan pada laki-laki itu. Tapi nyatanya perkiraan Nabila salah. Setelah Firza mengklaim jika Rayyan adalah kekasihnya tak berselang lama Firza sudah membawa gandengan baru tanpa memutuskan hubungan nya dengan Rayyan.

Firza bermain belakang entah dengan lelaki mana saja dan yang terakhir Nabila tau adalah Max. Dan sialnya lagi Nabila lah yang selalu menjadi korban kemarahan Rayyan karena setiap kali Rayyan tidak menemukan Firza atau telponnya tak diangkat, Rayyan akan langsung mencari Nabila. Yang Rayyan tahu Nabila adalah sahabat baik Firza dan karena Nabila tinggal seatap dengan Firza Rayyan selalu berpikir jika Nabila tahu semua hal yang dilakukan oleh Firza.

Padahal kenyataan sebenarnya tidak lah demikian. Firza jarang sekali pamit jika pergi kemana-mana. Justru Nabila lah yang selalu setia bertanya pada sahabatnya itu jika kedapatan oleh Nabila yang Firza pulang terlambat atau bahkan tak pulang ke rumah kontrakan mereka.

####

Bersambung.

Note :

Cerita ini sudah Tamat.
Bisa dibaca di Karyakarsa. ( Search akun : henisupatminah)

Atau KBM Apps ( Search akun : Pedroalvaro)

RAYYAN ALEXANDER  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang