Tujuh

149 23 0
                                    

Rayyan bersandar pada tembok di samping mobilnya terparkir. Tempat yang tak jauh dari rumah Nabila. Tempat di mana mempermudahnya untuk mengintai Nabila. Sejak semalam Rayyan sudah tak bisa tidur, hatinya tidak tenang. Mengingat bagaimana ekspresi Nabila saat melihatnya berada di rumah sewa gadis itu.

Ekspresi marah jelas terlihat dari wajah ayu Nabila. Dan melihat itu justru membuat Rayyan semakin merasa bersalah. Niatnya ingin meminta maaf pada Nabila begitu kuat. Tapi Rayyan tidak tahu bagaimana caranya. Jadi hanya inilah yang mampu dia lakukan. Mengintai Nabila dalam diam. Rayyan harus sabar menunggu hingga Nabila tenang dan bisa menerima kehadirannya.

Rayyan menegakkan tubuhnya. Di sana tak jauh darinya berdiri saat ini, Rayyan melihat Nabila keluar dari dalam rumah dan membuka pagar. Semua yang dilakukan Nabila tak luput dari perhatian Rayyan. Tak berselang lama Firza juga keluar dan masuk ke dalam kursi penumpang. Begitupun dengan Nabila yang juga masuk ke dalam mobil, duduk di balik kemudi. Begitu mobil keluar melewati pagar, Nabila kembali keluar dari dalam mobil lalu menutup pagar sebelum kembali masuk ke dalam mobilnya. Rayyan yakin jika Firza dan Nabila akan pergi bekerja.

Setelah mobil Nabila melaju pergi hingga tak terlihat lagi oleh Rayyan, barulah Rayyan ikut pergi dari tempat itu. Studio miliknya yang menjadi tujuan saat ini. Sudah beberapa hari Rayyan tak pergi ke tempat kerjanya. Semua karena Nabila. Dan Rayyan berjanji akan segera menemui Nabila lagi apapun caranya.

-----

Nabila, meski hatinya hancur lebur tapi gadis itu berusaha tetap kuat dan tegar meski cobaan berat menimpanya. Nabila tidak ingin terus terpuruk dalam kesedihan. Dia harus bangkit melanjutkan hidupnya seperti sedia kala.

Hari ini Nabila sudah memutuskan pergi bekerja setelah dua hari lamanya dia absen. Nabila tak enak hati pada Bos Rega. Meski yang Nabila tau atasannya adalah tipe lelaki baik dan pengertian. Tidak akan marah meski Nabila tidak masuk kerja asalkan alasan yang Nabila kemukakan masuk akal.

Dengan menyetir sendiri mobilnya, seperti biasa Firza akan menumpang padanya. Mobil yang Nabila punya ini adalah hasil jerih payahnya bekerja selama ini. Meski dia membeli tidak secara cash setidaknya hasil dari gajinya bisa dia rupakan sesuatu.

Begitu menginjakan kaki di lobi kantor, Nabila menghirup napasnya dalam. Berusaha menenangkan hatinya. Dia harus kuat dan harus kembali seperti sedia kala sebelum Rayyan menghancurkannya.

"Fen, Bos Rega sudah datang belum?" tanya Nabila pada Fenty salah satu rekan kerjanya.

"Bila ... Sudah masuk? Sudah sehat? Bos Rega belum datang, sih."

Nabila mengangguk memberikan satu senyuman pada Fenty.

"Alhamdulilah aku sudah baik. Ya, sudah aku ke dalam dulu," pamit Nabila berlalu masuk ke dalam ruang kerjanya.

Tak berselang lama Rega Aditya, yang tak lain adalah direktur utama tempat Nabila bekerja tiba di kantor. Kantor developer yang sudah beberapa tahun terakhir ini menjadi tempat Nabila mengais rejeki. Menjadi seorang Private Asistant sekaligus sekretaris dari Rega yang menjadi pekerjaan Nabila sehari hari.

"Bil, kamu sudah sehat?" tanya Rega dengan senyum tersungging di bibirnya.

Jelas saja lelaki itu bahagia melihat Nabila sudah berada di ruang kerjanya. Dua hari tanpa Nabila, Rega merasa hidupnya hampa. Sehari-hari terbiasa bersama Nabila, tak Rega pungkiri jika perasaanya pasti lah berbeda.

Nabila adalah gadis yang baik dan juga cantik. Dan entah sejak kapan Rega mulai merasakan getar cinta tiap kali melihat atau berdekatan dengan Nabila.

"Saya susah sehat, Bos." Bohong jika Nabila sudah baik-baik saja, pasalnya tampak luarnya saja Nabila terlihat baik dan tegar. Akan tetapi di lubuk hatinya yang terdalam, gadis itu merasa hancur sehancurnya.

Tapi dengan sekuat tenaga Nabila tetap berusaha menekan perasaan nya dia tidak ingin terpuruk. Tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain hanya karena seorang Rayyan. Dan Nabila yakin pasti dia bisa bangkit melanjutkan hidup nya seperti sedia kala.

"Syukurlah kalau begitu. Sepi tak ada kamu," ucap Rega sambil berlalu dari hadapan Nabila.

Dan Nabila menanggapinya hanya biasa biasa saja. Karena Nabila tahu seperti itulah perilaku bos nya. Kadang memang tak terduga.

----

Hingga menjelang sore, Nabila masih berkutat dengan pekerjaannya. Tugas yang diberikan Rega tak bisa dibilang sedikit. Apalagi dua hari Nabila tidak masuk kantor sehingga banyak pekerjaan yang terpending.

Kantor sudah sepi karena satu persatu karyawan mulai berhamburan keluar. Berlomba-lomba untuk segera pulang jika tidak ingin terjebak macet di jalan. Maklumlah di jam pulang kantor seperti ini adalah dimana padatnya jalanan Ibukota.

Rega, sejam jan tiga sore lelaki itu sudah keluar kantor bertemu dengan klien. Sebenarnya Nabila sudah akan diajak ikut dengannya, tetapi melihat banyaknya pekerjaan Nabila, Rega jadi tak tega. Akhirnya dia memutuskan pergi seorang diri.

Nabila yang sudah merasa terjebak dalam lengangnya suasana kantor jadi merasa tidak nyaman. Padahal ini masih pukul lima lewat tiga puluh menit. Daripada dia duduk seorang diri, Nabila memutuskan untuk segera mengemasi barang barang nya. Pekerjaan yang sekiranya bisa dia kerjakan di rumah, dimasukkannya ke dalam tas kerja.

Baru saja kakinya melangkah di lobi kantor, Nabila sudah nampak Firza yang sedang duduk di sofa. Satu kaki Firza bertumpu pada kaki lainnya. Dan gadis itu lebih fokus pada layar ponsel di tangannya.

"Fir ... masih di sini."

Suara Nabila membuat Firza mendongak. Mengalihkan perhatiannya sebentar dari ponsel sebelum dia kembali menunduk.

"Mau pulang bareng aku?" tanya Nabila lagi.

"Kamu pulang duluan deh, Bil!"

"Okay ... Kamu ada janji?"

"Hem. " Firza hanya bergumam.

"Okelah kalau begitu. Aku pulang duluan."

Nabila berlalu meninggalkan Firza, baru beberapa langkah tapi Nabila merasa jika Firza mengikutinya.

Nabila menoleh ke belakang dan benar saja Firza berjalan di belakangnya.

"Mau pulang juga, Fir?"

"Enggak. Mau keluar dulu. "

"Oh."

Nabila hanya ber-oh saja mendengar jawaban Firza.

Tubuh Nabila menegang demi mendengar Firza memanggil nama seseorang. Orang yang sangat ingin dia hindari. Siapa lagi jika bukan Rayyan Alexander.

Nabila sangat enggan melihat wajah Rayyan. Tapi tidak mungkin juga Nabila terus berdiri mematung di tempat ini. Mengambil nafas dalam, tanpa berniat melihat apalagi menyapa, Nabila bergegas berjalan cepat melewati Rayyan dan Firza. Bahkan Nabila dengan sekuat tenaga menghindari kontak mata dengan Rayyan. Nabila tahu jika Rayyan sedang menatap nya tajam. Dan hal itu tak dipusingkan oleh Nabila.

Yang ada di benak Nabila adalah segera menjauh dari Rayyan, masuk ke dalam mobilnya dan segera pulang ke rumah.

#####

RAYYAN ALEXANDER  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang