Dua

188 22 0
                                    

Suara gedoran pintu mengusik tidur Nabila. Dikerjabkan matanya melirik jam yang ada di atas nakas. Pukul sebelas lebih lima belas menit dan ini sudah hampir tengah malam. Siapa yang bertamu malam-malam begini. Mungkinkah Firza? Tapi gadis itu tadi mengatakan jika tidak pulang malam ini. Ah, mungkin saja Firza berubah pikiran. Pikir Nabila dalam hati. 

Dengan malas Nabila turun dari atas ranjang. Keluar kamar dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Membuka pintu tanpa mengecek terlebih dahulu siapa tamu yang datang tengah malam. 

"Rayyan." Begitu pintu terbuka, mata Nabila terbelalak mendapati lelaki itu ada di depan pintu rumahnya. 

"Firza mana?" tanya Rayyan dengan nada keras dan tatapan tajam. Sebenarnya nyali Nabila sudah menciut, tapi berusaha dia tepis dan memberanikan diri mengahadapi pria itu.

"Firza? Tengah malam begini kamu nyari Firza. Untuk apa?"

"Aku tanya mana Firza?" Rayyan kembali mengulang pertanyaannya. 

"Firza tidak ada," jawab Nabila tak kalah ketus karena kesal pada sikap dan perilaku pria di hadapannya.

"Tidak ada?" Rayyan menaikkan sebelah alisnya. Bahkan lelaki itu sudah maju satu langkah hingga tubuhnya mendekat pada Nabila. 

"Firza tidak ada di rumah. Dia tidak pulang." Nabila kembali menjelaskan berharap Rayyan segera pergi, meski gadis itu sedikit takut akan apa yang Rayyan lakukan selanjutnya. Tapi Nabila tidak pernah berbohong dengan apa yang dia katakan.

"Tidak di rumah. Tidak pulang. Lalu ... ke mana perginya?"

"Mana aku tahu." Nabila mengedikkan bahu. 

"Tidak tahu? Nabila ... Nabila. Kamu jangan coba-coba menyembunyikan Firza dariku." Tentu saja Rayyan tidak akan percaya jika Nabila mengaku tidak tahu. Padahal jelas sekali jika mereka adalah sahabat baik juga teman satu rumah.

"Menyembunyikan apa? Aku sungguh tidak tahu ke mana Firza." Nabila berusaha meyakinkan. Firza tidak pernah berpamitan jika akan pergi. Memang benar tadi Firza sempat memberi tahunya jika akan keluar dengan Max, teman kantor mereka. Hanya saja Nabila tidak yakin mereka pergi ke mana. Akan lebih aman jika Nabila memang tak ikut campur dengan urusan Firza juga Rayyan.

"Kalian berdua itu memang kompak. Saling menutupi satu sama lain."

"Apa maksudmu?" tanya Nabila tak mengerti ke mana arah pembicaraan Rayyan 

"Sebenarnya kamu tahu kan di mana Firza. Tapi kamu memang sengaja menyembunyikannya dariku." Tuduh Rayyan kemudian membuat Nabila membulatkan matanya tak percaya. Bisa-bisanya dia dituduh seperti itu.

"Rayyan! Berapa kali harus kukatakan. Aku tidak tahu ke mana Firza!" Karena kesal, Nabila harus sedikit meninggikan volume suaranya.

"Tidak tahu? Yakin kamu tidak tahu?"

Nabila menggeleng lemah. Capek meladeni lelaki yang tidak bisa mempercayainya.

"Rayyan, ini sudah malam. Please!Jangan buat keributan. Lebih baik sekarang kamu pulang."

"Ckck ... Nabila Ihnaz. Jangan-jangan kamu dan Firza itu memang sama." Bukannya pergi meninggalkan rumah Nabila, Rayyan justru sudah berani masuk ke dalam rumah dan berdiri menjulang di depan Nabila. 

Nabila mulai panik dengan gelagat tidak enak dari lelaki yang tak lain adalah kekasih sahabatnya. "Kamu ini bicara apa Rayyan."

"Nabila. Jangan kamu pikir aku tidak tahu apa yang telah dilakukan Firza diluar sana."

"Maksudmu?"

"Aku tahu. Firza keluar bersama lelaki lain, kan? Sampai dia tidak pulang."

Tentu saja Nabila terhenyak. Jika Rayyan tahu, kenapa juga masih mendatangi rumah ini dan mencari Firza.

Melihat keterdiaman Nabila, Rayyan menyeringai. "Kenapa? Kaget karena aku bisa tahu. Nabila ... Nabila. Kamu dan Firza itu sama saja. Saling menutupi kebusukan satu dengan yang lain."

"Rayyan! Jaga omonganmu."

"Kenapa? Tak suka? Kedok kalian berdua terbongkar," ucap Rayyan yang semakin menyulut emosi Nabila. Sungguh, tidak disangka jika di tengah malam begini di mana waktu yang seharusnya Nabila pergunakan untuk beristirahat, justru malah digunakan untuk berdebat.

Dengan sekali hentakan kaki, pintu berhasil tertutup. Nabila yang baru saja menyadari semua, langsung panik. Otak mengirimkan sinyal bahwa dia dalam bahaya. 

"Rayyan! Stop!" Pekik Nabila sembari melangkah mundur begitu Rayyan maju satu langkah mendekatinya.

Senyum evil ditunjukkan oleh lelaki itu membuat tubuh Nabila meremang ketakutan.

"Cantik juga kamu," ucap Rayyan dengan tangan terulur menyentuh ujung rambut Nabila yang terurai sebatas bahu. Nabila gugup juga ketakutan. Bahkan kesusahan menelan salivanya sendiri. Andai dia mampu, pasti sudah berteriak dengan lantang agar ada yang mengetahui jika dia dalam bahaya. Sayangnya, karena kegugupan, suara Nabila tercekat di tenggorokan.

"Baru tahu seorang Nabila ternyata sangat cantik dengan baju tidur seksi seperti ini." Rayyan kembali berceloteh. Mata jalangnya memindai penampilan Nabila dari atas ke bawah. 

Nabila terhenyak, gadis itu baru tersadar jika dia hanya memakai piyama tidur tipis transparan berlengan pendek sebatas lutut. Karena tadi terburu membuka pintu hingga dia tidak sempat hanya untuk mengganti baju. 

Nabila berbalik badan dengan tujuan hendak menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam kamar. Secepat yang dia bisa lakukan melesat menuju letak kamarnya berada. Satu yang ada di pikiran Nabila saat ini, menghindari Rayyan dengan bersembunyi untuk menyelamatkan diri. Masuk ke dalam kamar lalu menguncinya agar Rayyan tak bisa berbuat hal nekat diluar batas.

Namun, siapa sangka jika Rayyan juga tak kalah gesit darinya. Karena kini begitu kaki Nabila berhasil menapaki lantai kamar dan tangannya terulur berniat menutup pintunya, Rayyan lebih dulu menahan pintu tersebut. 

"Mau apa kamu?" Pertanyaan itu Nabila lontarkan di tengah kepanikan yang melanda.

Tanpa kata juga tak ada niat Rayyan menjawab pertanyaan Nabila, pria itu justru mendorong pintu kamar hingga tubuh Nabila pun ikut terdorong ke belakang. Dengan sigap kini Rayyan sudah berhasil masuk ke dalam kamar Nabila, menutup pintunya dan tak lupa memutar kuncinya hingga mereka berdua terperangkap di dalam kamar Nabila yang tidak terlalu besar. 

Melihat apa yang dilakukan Rayyan tidak hanya membuat Nabila panik tapi gadis itu sudah sangat ketakutan. 

"Rayyan ... keluar!" teriak Nabila panik. 

Gadis itu berjalan mundur karena Rayyan pun semakin maju mendekat ke arahnya. Hingga kaki Nabila terbentur pinggiran ranjang. Tubuh Nabila jatuh terduduk di atas ranjang. Seringaian muncul di sudut bibir Rayyan. 

"Rayyan mau apa kamu? Berhenti aku bilang." Nabila semakin menjertit ketakutan. 

Rayyan berdiri menjulang di hadapan Nabila, kepala ya membungkuk tepat di depan wajah Nabila. 

"Aku ... mau ... KAMU!"

BLAMM!

Apa yang ada dalam diri seorang Nabila, telah terenggut paksa oleh sosok Rayyan Alexander.

Rayyan. Lelaki yang telah dihianati kekasihnya. Memilih melampiaskan rasa sakit hatinya pada sosok Nabila yang dia pikir memiliki sifat, sikap dan karakter yang sama dengan Firza. Namun, siapa sangka jika semua pemikiranmu buruknya beberapa saat lalu sirna sudah akan sebuah fakta yang baru dia ketahui setelah semua hal buruk itu berhasil dia lampiaskan. 

"Kamu masih virgin!"

RAYYAN ALEXANDER  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang