Tiga

142 20 0
                                    


Lelaki itu menegakkan tubuhnya, menatap wajah Nabila yang basah oleh air mata. Bahkan gadis itu tak mau menatapnya sama sekali. Nabila lebih memilih membuang wajahnya ke samping. Dengan menggigit bibir dalamnya menahan rasa nyeri dan sakit yang disebabkan oleh Rayyan.

Rayyan tak menyangka jika ternyata Nabila masih virgin. Bahkan Rayyan sempat ternganga mendapati fakta yang ada. Bagaimana mungkin dia telah memperawani anak gadis orang. Bukannya Rayyan itu lelaki bersih yang tak pernah tidur dengan wanita. Tapi selama ini, perempuan yang tidur dengannya tidak ada yang masih virgin. Bahkan Firza pun, meski hanya satu kali Rayyan pernah meniduri wanita itu, tapi Rayyan tau jika Firza pun sudah tidak virgin lagi.

Tapi Nabila? Argh ... sial, dia telah salah mengira juga salah menuduh orang. Rayyan menggeram. Melihat Nabila yang enggan menatap ke arahnya membuat dia merasa bersalah. Pasti gadis itu sedang menahan rasa sedih. Tampak dimata Rayyan, wajah sembab Nabila. Gadis itu juga terlihat meringis menahan sesuatu.

Dan Rayyan sadar, pasti apa yang telah dilakukannya sekarang ini telah menyakiti gadis itu. Ditatapnya sekali lagi wajah sedih Nabila. Jempol Rayyan terulur menyeka buliran bening di sudut mata Nabila. Dengan kasar Nabila menepis tangan Rayyan. Pandangan mata Rayyan sudah tak setajam tadi dan itu justru membuat Nabila begidik ngeri.

Nabila merasakan ngilu di area sensitive-nya. Gadis itu hanya mampu menjerit dalam hati merutuki semua yang telah terjadi. Dirinya sudah hancur. Tidak ada yang mampu dia lakukan bahkan untuk melindungi diri dari lelaki brengsek seperti yang Rayyan yang telah tega melecehkan dia dengan cara yang tidak manusiawi.

Tak ada suara dari mulut keduanya, Nabila masih dengan memejamkan matanya. Merutuki semua yang telah menimpanya.

Sedangkan Rayyan, lelaki itu tak mampu berucap selain merasakan nikmatnya seorang Nabila. Mulutnya menggeram dengan tangan yang sudah bergerilya kemana-mana menyusuri setiap inci tubuh Nabila.

Segala apa yang dimiliki Nabila membuat Rayyan tak bisa mengendalikan diri. Dia tahu jika salah. Tapi, pengalaman menggauli gadis yang kini bersamanya ini menimbulkan kenikmatan yang baru kali ini dia rasakan. Nabila, si gadis perawan yang membuatnya tersenyum bangga. Entah dia bangga karena apa. Mungkin saja Rayyan bangga karena sudah menjadi yang pertama bagi gadis itu. Seharusnya Rayyan malu pada semua sikap brengseknya. Namun, buktinya apa? Jika dia tidak sadar siapa sosok Nabila, juga isak tangis yang masih terdengar di telinga, mungkin saja Rayyan akan melakukannya lagi dan lagi. Sayangnya, Rayyan harus berusaha menahan diri untuk tidak semakin menyakiti Nabila lagi. Sudah cukup dia meneguk manisnya madu yang telah ia rengkuh dari seorang Nabila.

Nabila sendiri merasa dirinya seperti wanita murahan yang pasrah begitu saja di setubuhi oleh Rayyan. Hatinya sungguh sakit, tapi yang Nabila tak bisa pungkiri tubuhnya bereaksi berbeda dengan hatinya.

Dalam diamnya Nabila, dia menjerit ingin Rayyan mengakhiri semuanya. Tapi tubuh Nabila justru menikmati setiap sentuhan yang Rayyan berikan. Membiarkan tubuh Rayyan yang masih mengungkung tubuhnya.

Dengan berani Rayyan menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Nabila. Peluh pun sudah membanjiri tubuh polos mereka. Lelaki itu beringsut bangun dan menjatuhkan tubuhnya terlentang di samping Nabila.

Nabila, gadis itu segera memiringkan tubuhnya membelakangi Rayyan. Apa yang sedang dia rasakan saat ini sungguh tak bisa dia jabarkan. Nabila masih tersadar dengan apa yang baru dia alami. Hanya saja dia enggan membuka mata karena tidak ingin melihat wajah pria yang tega merenggut kesucian yang telah dirinya jaga selama ini. Tangisnya pun pecah seketika. Dalam diam bahu gadis itu begetar hebat. Ada rasa sakit, takut juga kecewa yang membaut menjadi satu di dalam hatinya.

Rayyan tak tahu lagi harus berkata apa. Entahlah dirinya merasa sangat bersalah pada Nabila. Bukannya Rayyan tidak tahu jika Nabila sedang menangis. Bahu gadis itu berguncang dan Rayyan bingung harus bagaimana menenangkan gadis yang telah dia hancurkan masa depannya itu.

"Nabila," panggil Rayyan lirih di balik bahu Nabila.

"Pergilah. Dan jangan ganggu aku lagi." Dengan suara tercekat dan serak, tak mau menoleh ke belakang, Nabila menjawab.

"Nabila." Panggil Rayyan sekali lagi dan dengan berani tangannya menyentuh bahu wanita itu berharap Nabila mau berbalik badan dan menatapnya.

Namun reaksi yang Nabila berikan justru di luar dari pemikirannya. Isak tangis Nabila semakin jelas terdengar di telinga Rayyan. "Aku bilang pergi. Pergi kamu!" Nabila dengan suara bergetar mencoba mengusir pria brengsek yang telah menghancurkan hidupnya. Sungguh, saat ini Nabila tidak ingin melihat wajah pria itu.

Rayyan mengembuskan napasnya kasar. Sekali lagi menoleh pada punggung Nabila. Tidak mau semakin menyakiti gadis itu. Rayyan berpikir mungkin dengan pergi dan membiarkan Nabila menyendiri akan lebih baik untuk saat ini.

Diulurkan tangannya menyentuh rambut Nabila, mengusapnya perlahan sebelum dia turun dari atas ranjang. Nabila diam saja dengan apa yang Rayyan lakukan. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh polos Nabila. Rayyan hanya bisa melihat punggung Nabila yang masih bergetar. Lalu pria itu beranjak berdiri, duduk di tepian ranjang mengusap wajahnya kasar.

"Aku minta maaf atas apa yang telah terjadi." Rayyan berucap demikian berharap Nabila mau memaafkannya. Pria itu mencari keberadaan bajunya yang berserak di atas lantai kamar. Memungutnya dan memakai cepat. Pria itu sebenarnya enggan meninggalkan Nabila di tengah kehancuran dan derita yang dia ciptakan. Hanya saja Rayyan tak ada pilihan lagi. Sudah bagus Nabila tidak berteriak memanggil semua tetangganya untuk menghajarnya karena berani memperkosa wanita yang sama sekai tidak ada salah kepadanya. Rayyan sadar. Emosi juga kekesalannya pada Firza tidak seharusnya dilampiaskan pada Nabila. Jika sudah begini apa yang bisa pria itu lakukan lagi? Tidak ada. Meminta maaf pun juga sudah dia lakukan meski percuma saja. Nabila tak akan semudah itu memaafkannya.

Rayyan keluar dari dalam kamar dalam diam juga tanpa kata. Membuka pintu rumah mendapati mobilnya juga masih terparkir di depan pagar. Sebelum benar-benar keluar menghampiri mobilnya, Rayyan celingukan ke kiri dan ke kanan memastikan situasi aman. Jangan sampai ada yang memergokinya keluar dari rumah seorang gadis jika tidak ingin nama Nabila tercoreng karena mendapati fakta seorang pria sepertinya keluar dari dalam rumah ini dini hari seperti ini. Semua aman. Kondisi jalan depan rumah Nabila sepi. Setelah menutup kembali pintu rumah, gegas Rayyan menuju pagar. Menutup kembali pagar dan berjalan cepat masuk ke dalam mobil. Rayyan memukul stir kemudi lantas menjambak rambutnya sendiri. Dia harus segera pergi dari sini. Begitu yang ada dalam benak seorang Rayyan.

RAYYAN ALEXANDER  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang