Sepuluh

143 21 1
                                    

Karena tidak ada alasan untuk menolak, pada akhirnya Nabila memilih meninggalkan Rega dan mengikuti wanita yang tadi memperkenalkan dirinya sebagai mamanya Rayyan. Sebenarnya Nabila enggan begitu mendengar kata-kata Rayyan, tapi demi menghormati orang yang berusia lebih tua darinya, oleh karena itulah Nabila mengikut saja saat wanita bernama Silvya membawanya ke salah satu resto yang tak jauh dari kantor. 

"Nabila, terima kasih sudah mau bertemu dengan Tante," ucap wanita tersebut memulai obrolan.

Nabila hanya tersenyum tipis menanggapi. Demi kesopanan meski hatinya terasa perih acapkali mengingat Rayyan.

"Nabila, sebenarnya ada yang ingin Tante bicarakan. Ini mengenai Nabila dengan Rayyan," ucap Silvya selanjutnya yang jelas membuat Nabila tidak suka. Segala hal yang berhubungan dengan lelaki itu hanya akan menambah sakit hati Nabila. 

Karena Nabila hanya diam menunduk, membuat Silvya merasa tak enak hati. Dan Silvya semakin yakin memang telah terjadi sesuatu di antara anak lelakinya dengan gadis cantik yang sedang bersama ini. 

"Nabila!" Panggilan lembut Silvya membuat Nabila kembali mendongak. 

"Tante paham. Apa yang Rayyan perbuat telah menyakiti Nabila," ujar Silvya kemudian. 

Nabila terhenyak. Sedikit berpikir mencerna kata-kata yang baru saja diucapkan Silvya. Dengan menghela napas berat Nabila semakin tahu, pasti Silvya telah mengetahui kebejatan Rayyan. Apa mungkin Rayyan telah mengatakan semua kepada mamanya ini.

"Rayyan telah menceritakan semuanya pada Tante." Lagi-lagi ucapan Silvya kali ini menjawab sudah semua tanya di hati Nabila. 

"Tante minta maaf atas semua yang telah Rayyan perbuat pada Nabila. Oleh karena itu Tante datang ke sini menemui Nabila karena Tante ingin Rayyan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya pada Nabila." 

"Maksud, Tante?" tanya Nabila. Gadis itu merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tubuh Nabila sudah menegang, segera dia menegakkan punggungnya bersiap mendengarkan apa yang akan Silvya katakan lagi padanya. 

"Begini Nabila. Tante sudah bicara dengan Rayyan dan Tante sudah memutuskan agar Rayyan segera menikahimu." 

"Apa Tante? Menikah?" Nabila menggelengkan kepalanya. Tak menyangka jika sejauh itu yang diucapkan mamanya Rayyan. 

"Iya menikah. Tante ingin agar Rayyan bertanggung jawab dengan apa yang telah dia perbuat pada Nabila. Dan menikahi Nabila, Tante rasa adalah keputusan yang sangat tepat. Tante tidak ingin terjadi sesuatu pada Nabila." 

"Maksud tante terjadi sesuatu sama saya itu apa?" 

"Mungkin ... hamil," jawab Silvya lirih. 

Nabila memejamkan matanya. Hamil. Pemikiran itu juga sempat terlintas di benak Nabila. Beberapa waktu lalu Nabila sempat merasa takut jika dirinya hamil. Ketakutan yang membuatnya tidak bisa tidur beberapa malam. Bahkan hingga detik ini Nabila belum mendapat kepastian apakah benih yang disebar Rayyan di rahimnya berhasil membuahinya atau tidak. Sudah ada rencana untuk pergi ke dokter atau ingin membeli alat tes kehamilan, tapi Nabila masih ragu. Siklus menstruasinya yang tidak stabil membuat dia selalu menerka-nerka di tengah kebimbangan yang melanda. Akan tetapi Nabila selalu meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak hamil. Dan Nabila sudah bertekad apapun yang terjadi dia akan secepatnya pergi ke dokter memeriksakan diri. 

"Nabila, apa kamu baik-baik saja?" tanya Silvya khawatir.

Nabila tersentak dari lamunan. Kembali meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak mungkin hamil anak bajingan itu. 

"Maaf Tante. Sekalipun terjadi sesuatu sama saya, Tante tidak perlu khawatir karena saya tidak akan pernah menuntut pertanggung jawaban dari anak Tante." Nabila menjawab mantab. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAYYAN ALEXANDER  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang