Permintaan Maaf

145 26 0
                                    

Perempuan dengan name tag 'Jeon Somi' kini sedang berdiri menatap Sullyoon. "Wah, kamu sudah dapat teman ternyata. Hebat juga." Ucapnya dengan ekspresi meremehkan.

"Siapa, Som?" Salah satu teman Somi menghampirinya.

"Yena, coba kamu lihat siapa ini?" Ujar Somi.

Perempuan yang dipanggil Yena itu pun bergantian menatap Bae kemudian Sullyoon.

Bae dan Sullyoon sama-sama masih diam sambil menundukkan kepala. Terbesit rasa bersalah dari Sullyoon kepada Bae karena teman barunya itu terpaksa berada di kondisi yang tidak enak yang disebabkan oleh dirinya.

"Eh, kamu yang tadi pagi kan?" Tanya Yena. Ia kemudian menoleh ke belakang. "Guys, ada anak tadi pagi nih. Yang tidak tahu malu itu." Ujarnya kepada teman-temannya yang lain.

Suasana semakin mencekam kala salah satu teman laki-laki Yena dan Somi membuka mulut. "Baru hari pertama masuk aja sudah berani berbuat macam-macam. Gak heran kalau nanti kami dengar kabar kamu ditangkap guru sedang merokok atau merundung seseorang." Ucapnya yang diikuti tawa dari teman-temannya termasuk Yena dan Somi.

"Aku akui nyalimu benar-benar besar. Respect!" Ucap Somi sarkas.

"Anak seperti kamu ini yang bikin repot OSIS."

"Aku tidak percaya temanmu ini benar-benar teman. Jangan-jangan dia salah satu bawahanmu?"

"Padahal wajahmu seperti anak baik karena terlihat polos. Tapi ternyata... Itulah teman-teman kenapa kita tidak boleh menilai orang dari wajahnya."

Sullyoon tidak bisa menahan diri lagi. "Maaf, kak. Yang terjadi di sekolah bisa tidak ditinggalkan saja di sekolah? Jangan dibawa-bawa keluar seperti ini. Lagipula saya sudah menyelesaikan hukuman atas perbuatan yang saya buat."

"Maaf kak yang terjadi di sekolah bisa ditinggalkan saja disekolah tidak? Nyenyenye." Yena mengejek Sullyoon.

"Wah... Kamu berani juga ya membalas senior." Komentar siswa laki-laki tadi.

"Kenapa saya harus takut? Saya tidak berbuat salah kepada kalian secara personal. Dan, tolong ya kak, karena saya melakukan kesalahan satu kali, bukan berarti kedepannya saya juga akan seperti itu." Ucap Sullyoon dengan tegas.

"Bacot! Justru karena dari awal kamu sudah seperti itu, kami sebagai OSIS harus mengantisipasi tindakanmu selanjutnya." Balas Somi.

"Sekali lagi, saya bukan orang yang seperti itu kak!"

"Oh ya?" Yena berkacak pinggang. "Kalau bukan seperti itu, seharusnya kamu tidak memanjat tembok dong? Seharusnya kamu mengikuti regulasi sekolah, menunggu gerbang dibuka lagi kemudian dihukum bersama anak-anak lain yang terlambat." Lanjutnya.

Sullyoon menghela napas. "Itu karena-"

"Halah! Kamu itu sudah salah. Untuk apa membela diri?" Komentar Si Senior laki-laki.

"We will be watching you." Ucap Somi.

Sullyoon terbungkam. Somi, Yena, dan satu teman laki-laki mereka meninggalkannya dalam posisi yang masih berdiri.

Sullyoon menatap ke atas. Menahan air matanya untuk tidak jatuh. Ini keterlaluan. Ia akui ia memang salah, tapi kata-kata mereka terlalu menyakitkan. Mereka menatapnya seolah ia merupakan salah satu murid nakal yang suka membuat onar.

"Bae, maaf. Aku pulang duluan ya." Sullyoon langsung keluar kedai begitu saja meninggalkan Bae seorang diri di sana.

Bae menghela napas berat. Ia letakkan sepasang sumpit yang sejak tadi ia genggam ke atas meja dengan kasar hingga menimbulkan suara keras.

An Impasse | Sullyoon JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang