Rapat Darurat OSIS

73 12 3
                                    

Jay yang sedang duduk di ruang OSIS menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Rasa frustasi memenuhi dirinya. Hal itu disebabkan oleh rencana kegiatan bakti sosial yang mendadak kacau sebab tiba-tiba Kepala Sekolah mereka meminta OSIS untuk mengadakan kelas sosialisasi karir di hari dan tanggal yang sama dengan kegiatan bakti sosial.

Sulit untuk membatalkan atau mengundur kegiatan bakti sosial. Jika dibatalkan maka berbagai macam barang yang rencananya akan disumbangkan terancam mubazir, sedangkan jika diundur akan sulit untuk mencocokkan waktu yang sekiranya pas sebab timeline kegiatan OSIS selepas bakti sosial sudah penuh dengan berbagai event yang lain. Apalagi acara bakti sosial adalah acara puncak OSIS di masa jabatan Jay. Ia sendiri belum bisa memikirkan apa solusi yang paling baik untuk mengatasi semua ini.

Sosialisasi karir dan bakti sosial sama-sama penting hingga membuat Jay bingung harus memfokuskan dirinya untuk memikirkan yang mana terlebih dahulu. Di titik seperti inilah Jay membutuhkan anggota OSIS yang lain. Tanpa berpikir lebih lama lagi, Jay segera mengagendakan rapat darurat di hari itu juga.

"Oke... Kalau sesuai jadwal, maka bakti sosial seharusnya akan kita lakukan minggu depan. Tapi, setelah permintaan dari Kepala Sekolah tadi, aku ragu bakti sosial akan berjalan sesuai rencana." Ujar Jay membuka rapat darurat.

"Diundur saja menurutku." Ujar Yena.

"Jangan! Kita sudah tidak ada waktu. Setelah ini kita harus menyiapkan pentas seni dan open recruitment untuk periode OSIS baru." Sahut Somi.

"Aku juga tidak mau jika bakti sosial diundur karena persiapan acara ini sudah sangat matang." Timpal Jay.

"Izin berpendapat ya. Sebagai perkap acara bakti sosial, aku sangat amat tidak setuju kalau acara tersebut diundur atau bahkan dibatalkan. Semua perlengkapan dan barang-barang yang akan disumbangkan sudah siap, bahkan mobil bak terbuka yang akan mengangkut barang-barang tersebut di hari-H juga sudah deal." Ujar Wooyoung.

"Begini, aku ada ide. Kita bisa menjalankan dua event tersebut di hari yang sama-" Ucap Seunghoon yang kemudian dipotong oleh Yena.

"Anggota OSIS nggak cukup untuk handle dua acara sekaligus, Hoon!" Ucap Yena dengan nada bicara sedikit meninggi.

"Bolehkah aku menyelesaikan kalimatku dulu?" Sahut Sunghoon dengan sabar. "Aku lanjut. Kita bisa menjalankan dua acara tersebut secara bersamaan dengan cara-"

"Dengan cara?" Wooyoung membeo.

"Kita open recruitment volunteer untuk acara bakti sosial."

"Open recruitment? Hm.. ide bagus tuh." Komentar Somi.

Jay menangguk-angguk setuju.

"Gini. Total anggota OSIS saat ini kan 21 orang. Untuk kelas karir, 10 orang cukup. Nah, yang 11 orang ini nanti handle bakti sosial dibantu sama volunteer-volunteer tadi." Lanjut Sunghoon.

"Oke. Itu ide bagus. Tapi, selama ini kan acara puncak OSIS selalu pure dipegang oleh OSIS, siswa selain OSIS tidak pernah tahu atau terlibat. Dengan waktu yang mepet ini, kira-kira apa benefit bagi para volunteer itu, yang bisa kita tawarkan, supaya ada yang tertarik daftar?" Tanya Jay.

Sunghoon nampak berpikir. "Aku kepikirannya begini. Kita khususkan rekrutmen volunteer untuk siswa kelas 1, benefit yang mereka dapatkan yakni sertifikat penghargaan sebagai volunteer di acara bakti sosial tersebut dan jika mereka nantinya mendaftar OSIS, akan ada nilai plus tersendiri untuk penilaian seleksi mereka." Ucapnya.

"Jadi seperti poin plus gitu kalau mereka mau daftar OSIS? Alias, mereka bisa lebih mudah masuk OSIS?" Tanya Somi.

"Betul!" Ucap Sunghoon sambil menjentikkan jari.

Jay tersenyum. "Oke! Aku setuju jika kita pakai ide Seunghoon. Yang lain?"

"Aku setuju!"

"Setuju! Lagipula waktunya mepet. Kita butuh orang segera."

"Oke! Setuju!"

Jay menepukkan tangan. "Oke! Sepakat ya! Berarti minggu depan OSIS menjalankan dua acara sekaligus, kelas karir dan bakti sosial. Untuk pembagian orang dari OSIS, nanti malam aku follow up di grup ya. Oh ya, Sunghoon, aku minta kamu jadi penanggung jawab rekrutmen volunteer bakti sosial ya. Rekrutmen kita mulai besok bisa?"

Sunghoon mengangguk mantap. "Bisa! Untuk sistem rekrutmennya aku hubungi kamu lagi nanti malam ya, Jay?"

"Oke!" Sahut Jay.

"Oke. Aku cukupkan rapat darurat kali ini. Thank you sudah mau menyempatkan waktu. Selamat istirahat makan siang!" Ucap Jay.

"Thank you, Jay!"

[TBC]

Hai! Aku mau mengucapkan terima kasih banyak kepada kalian yang masih add this book ke dalam library kalian, aku bener-bener apresiasi itu karena udah lama banget banget banget aku gak update bab baru hihi...

Ada banyak hal terjadi di hidupku, yang entah kenapa kebetulan banget kejadian-kejadian itu bertepatan dengan keputusanku untuk membuat cerita baru yang tidak lain dan tidak bukan adalah FF ini, yang akhirnya berakibat dimana aku sempat kehilangan fokus, arah, dan minat, untuk melanjutkan cerita ini.

But don't worry! Project cerita ini akan aku usahakan selesai^^

So, happy reading🫶

An Impasse | Sullyoon JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang