Happy reading
"Ray! Lo kenapa sih?! Sekali.... Aja terbuka sama rang! Jangan ngurung gini terus!" Ucap Forel tegas setiba sampai di rumah Rayen.
"Diri' gue. hidup? gue. kenapa Lo yang ngater?!"
"Gue gak ngatur Le Rayl Gue cuman gak mau Lo selamanya kayak ginill Le gak capek, gak kasian apa, bunuh orang yang sama sekali gak punya desa, gak punya salah sama Le?! Hati Le dimana Ray?!"
"Le diem, atau gue habisin?!" Ancam Rayen menatap tajam Farel.
"Bahkan Lo sama gue sahabat Le sendiri aja. Le tega mau habisin gue! Gue gak habis pikir sama Lo!"
"FAREL CUKUP!!! LO GAK TAU APA YANG GUE RASAIN! MENDING LO DIEM!!!* sentak Rayen tak kuasa menahan amarah.
"RAYI gue tau, gue tau banget apa yang Le rasain! Gue tau Lo masih trauma dengan kejadian itu, tapi please, bukan berarti Lo harus begini! Lo harus bangkit!!! Kemana Rayen yang dulu. Rayen yang selalu punya rasa empati sama semua rang?!"
"Bede' ah Rel!" Gertak Rayen dan memilih pergi menuju kamarnya meninggalkan Farel sendiri di ruang tamu.
"RAY! RAYEN!! ARGGHHH!!! NGEYEL BANGET SIH DI KASIH TAU!!"
Rumah Rayen cukup besar, rumah itu salah satu peninggalan alm. Mamanya. Di rumah itu hanya ada Rayen, dan bi Mimi. Papa Rayen? Jangan di tanya lagi, dia sudah tidak tinggal bersama Rayen lagi sejak kejadian itu. Dan kini dia sudah menikah dengan wanita yang dulu menjadi salah satu sasaran hancurnya rumah tangga dan keharmonisan keluarga Rayen. Sejak saat itu. Rayen benar-benar tidak menyukai wanita itu, bahkan ia sama sekali tidak mau mengakui bahwa wanita itu adalah ibunya, ibu tiri. Dengan Papanya pun. Rayen sudah tak menganggap lagi. Rayen benar-benar membuat Papanya seperti orang asing dimatanya.
RAMEIN!!
VOTE!!
COMENT!!