2. We Met

27 11 5
                                    

"Okay class, that's all for today. You may go home now," ujar Bu Yura, guru mapel Bahasa Inggris.

Alana memasukkan ear phone putihnya ke dalam tas. Di sampingnya, Claudia tengah membereskan barang bawaannya. Alana kadang heran dengannya. Claudia ini mau sekolah bukan mau jalan-jalan, tetapi bawaannya sangat banyak. Mulai dari peralatan make up, kipas, tissue, sisir, kaca, dan lain-lain.

"Abis ini lo ada rapat osis?," tanya Alana kepada Claudia.

"Iya Lan, lo pulang duluan aja," ucap Claudia kepada Alana. Setelah selesai memasukkan barang-barangnya di tas, ia melambaikan tangan ke Alana lalu segera pergi menuju ruang osis.

Alana mengecek keadaan langit dari jendela kelas. Padahal beberapa jam yang lalu ia baru menikmati langit yang cerah di roof top, namun sekarang sudah berganti menjadi hujan.

Ia membuka kunci ponselnya dan mencari kontak supirnya yang bernama Pak Dimas. Alana menekan tombol telepon pada kontak tersebut.

"Halo pak, udah dimana?," ucap Alana kepada Pak Dimas lewat telepon.

"Aduh non, saya kejebak macet, nona Alana tunggu di dalam sekolah dulu saja biar gak keujanan," balas Pak dimas. Alana bisa mendengar bunyi klakson yang bersahutan lewat telepon.

"Oh gitu pak, oke makasih infonya pak," jawab Alana lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Alana mengambil ear phone putih miliknya dari dalam tas dan kembali menyambungkan dengan ponselnya. Ia memutar lagu dari salah satu band favoritnya yaitu Radiohead yang berjudul Creep.

Seraya mendengarkan lagu, Alana teringat perkataan Claudia mengenai ruang musik yang telah selesai di renovasi. Tiba-tiba ia penasaran dengan ruang musik yang baru. Ia juga ingin bermain gitar. Toh Ia masih memiliki waktu sebelum Pak Dimas datang.

Alana memutuskan untuk pergi ke ruang musik. Ia berjalan menelusuri lorong di lantai dua. Ruang musik itu berada di ujung lorong. Alana mendapatkan sedikit kotoran semen yang masih menempel di sekitar lantai dekat pintu ruang musik. Ia memakluminya karna ruang musik ini memang baru selesai di renovasi.

Saat hendak membuka pintu, ia hampir saja bertabrakan dengan seorang siswa. "Ah maaf," ucap Alana lalu berjalan masuk ke dalam ruangan. Lelaki itu tidak menghiraukan Alana dan tetap berjalan keluar.

Sudah lama Alana tidak menyentuh gitar. Ia penasaran apakah dirinya masih mahir atau tidak. Ia mengambil gitar berwarna merah yang berada di dalam lemari lalu duduk di salah satu bangku. Ia sempat mengintip ke arah jendela, takut bila ada yang melihatnya. Konsentrasinya bisa hilang jika banyak orang yang melihat. Alana mulai memainkan gitarnya.

Alana membawakan lagu Creep dari Radiohead, ia sangat suka lagu ini. Alana tersenyum saat mendapati dirinya masih ingat beberapa.

Alana mulai memainkannya sambil bernyanyi. Namun di pertengahan ia lupa chord selanjutnya. Alana memejamkan matanya untuk mengingat-ingat namun ia tidak menemukan jawaban dari kepalanya.

"B chord and C chord,"

Alana tersentak saat mendengar suara dari belakangnya. Ia melepaskan ear phonenya dan menoleh kebelakang. Itu adalah laki-laki yang tadi hampir ia tabraki. Alana terlalu fokus memainkan gitarnya hingga tidak sadar bahwa sedari tadi ada orang yang memperhatikannya.

Laki-laki itu berdiri menghampiri Alana. Ia mengambil satu bangku lalu duduk di hadapan Alana. Laki-laki itu menaruh tangannya di atas dagu.

"Udah gue kasih tau chord selanjutnya, kenapa masih diem aja?," ucap laki-laki itu.

"Ah..itu," tadinya Alana hendak mengatakan terima kasih, namun laki-laki itu memberi isyarat lewat mata untuk menyelesaikan lagunya terlebih dahulu. Alana menempatkan kembali jarinya ke gitar tersebut. Ia meneguk saliva dan mulai memainkan gitarnya kembali.

Setelah beberapa menit, satu lagu berhasil selesai. Bunyi tepukan tangan dari laki-laki di depannya membuat Alana semakin bingung harus merespon apa, situasi menjadi sangat canggung baginya.

"Boleh juga mainnya," ucap laki-laki itu.

Alana tersenyum canggung mendengarnya. "Thank you, i guess. Ah, gue..Alana. Alana Thalassa," ucap Alana.

Laki-laki itu mencondongkan badannya ke depan lalu menunjuk tulisan yang ada di strap gitar itu. 'Sagara Dernanta'.

"That's my name," ucap Sagara lalu tertawa kecil saat melihat Alana kaget.

"Ehh ini punya lo? Sorry gue nggak izin dulu," ucap Alana dengan wajah paniknya. Mata birunya melebar saat melihat tulisan yang ada di strap gitar tersebut.

"Santai, toh gitar gua baik-baik aja," ucap Sagara terkekeh pelan.

Drrrt drrt

Alana meraba sakunya saat merasakan getaran dari ponselnya. Ternyata itu Pak Dimas. "Em, gue udah di jemput, gue duluan ya," ucap Alana kepada Sagara.

"Oh, iya silahkan, btw gitar gue jangan di bawa pulang," ucap Sagara diselingi kekehan lagi.

Alana segera mengembalikan gitar itu ke pemiliknya lalu meninggalkan ruangan musik. Sagara terdiam di tempat, ia memandangi gitarnya lama. Ia terkekeh pelan mengingat kejadian tadi.

"Haah..ada-ada aja," ucap Sagara seraya menaruh gitarnya kembali ke dalam lemari.

Krek

Sagara mematung saat merasakan sesuatu terinjak di bawah kakinya.

'Mampus gue mampus, ini apaan anjing yang gue injek' batinnya.

Sagara memberanikan diri untuk melihat kebawah. Ia mengangkat kaki kirinya. Ternyata ia menginjak sepasang ear phone berwarna putih.

"Ear phone?," tanya Sagara. Ia mengambil ear phone tersebut dan memperhatikannya dengan teliti.

'Punya Alana?' batin Sagara.

To be continued...

*****

Yuhuu, jangan lupa vote komennya yaa!

Into HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang