9. We Have A Problem

14 4 2
                                    

Drrrt drrt

"Lan? Gua sama anak-anak udah di pintu B," ucap Nawares.

"Oke gue kesana sekarang," ucap Alana lalu mematikan mesin mobil Sagara dan bergegas ke pintu masuk.

Disana sudah terdapat Nawares, Kavian, Azran, dan Ravindra. Mereka semua ikut panik saat mendengar kabar dari Nawares.

"Thanks udah kesini, sorry kalo gue ngerepotin kalian," ucap Alana.

"Gapapa Lan, udah tugas kita buat saling bantu sesama anggota," ucap Azran.

Alana tersenyum mendengar hal tersebut. Sagara sangat beruntung memiliki teman-teman yang rela membantunya walaupun sudah larut malam.

"Sekarang Sagara dimana?," tanya Kavian.

"Dia di taman. Sini ikut gue," ucap Alana. Belum sempat ia melangkah, dirinya terlebih dahulu di tahan oleh Nawares.

"Lo stay disini sama gue. Tangan lo udah luka begitu kalo ga cepet diobatin ntar infeksi," ucap Nawares.

"Gua setuju. Lo disini aja sama Ares. Soal Sagara serahin ke gua sama yang lain," timpal Ravindra.

Alana hanya bisa mengangguki hal tersebut. Karena tangannya memang masih sangat perih. Walaupun darahnya sudah berhenti tapi lukanya masih terbuka.

"Di bagasi mobil gua ada P3K, ambil aja res," ucap Azran seraya memberikan kunci mobilnya kepada Nawares.

"Makasih Zran," ucap Alana.

"Iya santai," balas Azran sambil mengangguk tipis.

"Gue boleh minta tolong satu hal lagi ke kalian nggak?," tanya Alana sebelum mereka ber 3 pergi.

Kavian menaikkan satu alisnya. "Boleh Lan, apa?," ucapnya.

"Tolong tahan emosi Sagara. Dia tadi lagi emosi banget, gue takut dia gabisa kontrol emosinya," ucap Alana khawatir. Ia teringat akan wajah Sagara tadi.

Kavian mengangguki perkataan Alana lalu pergi berlari menuju taman. Mereka paham akan kekhawatiran Alana, Sagara memang sangat mengerikan jika sudah marah. Ia tak mengenal kata ampun.

Sesampainya mereka di taman. Mereka semua berpencar untuk mencari Sagara karena taman itu sangat luas.

"Ohok ohok," Ravindra mendengar suara batukan pria dari ujung taman.

"Kav, Zran," panggil Ravindra dengan suara yang tidak terlalu besar.

Kavian dan Azran menghampiri Ravindra. Mereka berdua tampak kebingungan.

"Lo berdua denger suara batukan nggak?," tanya Ravindra.

"Batuk? Gaada anjing, ngawur lo," ucap Azran.

"Ah budek lo berarti, orang tadi ada," balas Ravindra.

"Ohok ohok ohok," suara batuk itu kembali terdengar.

"TUH," ucap Ravindra seraya menabok bahu Azran.

"VIN," ucap Azran seraya mengelus dadanya. Ia bukan kaget karena suara batuk itu, melainkan karena suara Ravindra yang sangat keras. Apalagi temannya itu menabok bahunya juga.

"Ini tuh udah malem ya anjir gausah teriak-teriak bisa gak," ucap Azran.

"Abisnya lo ga percaya si," balas Ravindra.

"Itu bukan suara Sagara," ucap Kavian. Seketika mereka berdua terdiam setelah mendengar ucapan Kavian.

Mereka berjalan dengan hati-hati dan mendekati pohon besar di ujung taman.

Into HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang