6. Her smile

15 7 4
                                    

"Gua diluar, mau lo yang keluar atau gua yang masuk," ucap Sagara lewat telepon. FYI Sagara dan Alana sudah bertukar nomor telepon sejak kemarin.

"Sabar dong gue masih ada tugas, dikit lagi," ucap Alana.

"Siapa Lan?," tanya Claudia penasaran.

"Ah itu, penjemput gue," ucap Alana sambil menggaruk pelipisnya.

"Ohh pak Dimas," ucap Claudia lalu melanjutkan kegiatannya.

Sagara yang sedang menunggunya di luar kelas langsung mendekat ke arah jendela. Ia dapat melihat jelas Alana yang sedang kesulitan mengerjakan tugasnya.

Sagara melihat sekilas ke arah jam tangannya. "Mapel siapa?," tanya Sagara lagi.

"Bu Runa," ucap Alana.

"I got an A on that. Sekarang beresin barang-barang lo, soal tugas nanti gua yang kerjain," ucap Sagara.

"Buru-buru banget sih emang mau kema-,"

Brekk

Pupil mata Alana membesar saat mendapati Sagara yang telah membuka pintu kelasnya. Kalau tidak ada orang sih Alana tidak masalah jika ia memasuki kelasnya, namun masih ada sekitar sembilan orang yang berada di kelasnya saat ini. Ia pasti akan menjadi bahan perbincangan kelasnya besok.

"Woy itu Sagara ngapain masuk kelas kita?,"

"Eh kok ada Sagara?,"

Kira-kira seperti itu lah respon murid kelas Alana.

Sagara berjalan menghampiri bangku Alana. Claudia yang melihat itu langsung memasang wajah heran kepada Alana. Mimik wajahnya seolah bertanya apa maksud semua ini.

"Nanti gue bisa jelasin," ucap Alana dengan wajah paniknya. Ia segera membawa tas ranselnya dan menghampiri Sagara.

"Tasnya mau gue bawain nggak?," tanya Sagara.

"Keluar. Sekarang," ucap Alana sambil susah payah mendorong tubuh Sagara agar keluar dari kelasnya.

Sesampainya di luar kelas, Alana melipat tangannya di bawah dadanya. Ia menatap lelaki itu dengan wajah kesal. Sagara bergedik ngeri melihatnya.

"What?," ucap Sagara.

"Are you crazy? Ngapain nyelonong masuk kayak gitu? Kenapa nggak tunggu sebentar di luar? Emang nggak bisa sabar dulu? Mau kemana sih emangnya?," ucap Alana panjang lebar. Ia sungguh frustasi dengan Sagara.

Sagara mendaratkan jari telunjuknya di bibir Alana. "Ssutt, marahnya ntar aja ya cantik, udah mepet nih waktunya," ucap Sagara. Alana segera menyingkirkan jari telunjuk yang berada di bibirnya itu.

"Ck, yaudah ayo buruan, nanti keburu banyak yang liat," ucap Alana lalu memilih berjalan duluan dan meninggalkan Sagara.

"Pfft," tawa Sagara.

Alana yang mendengar itu langsung menoleh ke belakang. Wajahnya seperti akan menikam orang.

"Ngapain ketawa? Tadi minta cepet-cepet, sekarang malah ketawa," ketus Alana.

Sagara kembali tertawa. "Gini loh mbak, pintu keluarnya lewat sini," ucap Sagara.

Mendengar hal itu Alana merasa sedikit malu namun ia tetap ber akting seolah tidak terjadi apa-apa. Ia berjalan melewati Sagara dengan menghembuskan nafas kasarnya.

Setelah sampai di luar, Sagara meminta Alana untuk duduk di kursi tunggu yang berada di dekat pintu masuk sekolah selagi menunggunya mengambil mobil di parkiran. Tak sampai 5 menit, wujud mobil Sagara terlihat oleh matanya.

Into HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang