Tiga Puluh Delapan

7.7K 1.2K 111
                                    

Naasnya Elona kalah guys.

"Yey! Gue menang!" Rise melompat kegirangan, kemudian ia kembali duduk, perutnya penuh sekali.

Sementara Elona, dia sudah lelah, gadis itu menutupi wajahnya di atas meja, Pipi kiri dan kanannya dipenuhi Cream dari Tiramisu. "Aku mau muntah...." Seumur hidup dia tidak pernah merasa serakus ini.

"Gue juga," Risa duduk di samping Elona, dia merangkul bahunya. "Karena gue menang, mulai besok lo harus ikut kita latihan."

Elona tidak menjawab, jika ia berbicara dapat dipastikan dia akan muntah.

"Latihannya di studio Dance dekat Apartemen gue, pulang sekolah gue jemput." Risa menarik nafas dalam-dalam. "Sumpah habis ini gue harus banyak makan sayur," sama seperti Elona, wajahnya penuh dengan Cream Macha.

"Sisanya gimana?" tanya Elona.

"Banyak anak-anak di belakang, mereka habisin." Gellan kembali setelah membeli beberapa botol air mineral. "Minum dulu," dia memberikan Elona sebotol air dingin.

"Makasih," Elona menerimanya.

"Gue punya mana?" Tagih Risa.

Gellan menunjuk Yasghir yang sedang makan Risol Mayo bersama teman-temannya. "Minta sama Yasghir."

"Sialan, pilih kasih lo, masa Elona aja yang diambilin." Meksipun mendumel, ia berjalan pergi, mendekati Yasghir dan teman-temannya.

"Siapa yang menang?" Gellan menarik kursi dan duduk di hadapan Elona.

"Risa," Elona menghela nafas. "Aku engga bisa Dance." Ia tidak pernah mencobanya.

"Latihan dulu, festival sekolah masih 3 minggu lagi."

Elona tidak tahu, dia benar-benar tidak memiliki kepercayaan diri untuk itu. "Aku pendek, kecil, mungil gini, emang bisa?" Dia selalu merendahkan dirinya. "Engga kaya Risa, dia cantik, keren, tinggi, dan badannya bagus." Sudah dia bilang kan, bersama Risa ia terlihat seperti anak kecil. "Aku kayak bocah SD." Tingginya hanya 150, Risa pasti 160-an, dan Gellan pasti lebih dari 170-an, dia yang paling tinggi disini.

Elona merunduk, menatap dadanya lalu ia melihat dada Risa, besar sekali, berbeda dengan dadanya datar seperti Papan tripleks.

Gellan tersedak sendiri melihat arah pandang Elona, telinganya memerah.

Gadis itu bisa-bisanya mikir kesana?!

Benar-benar deh.

Gellan tertawa, tawa yang sangat menawan.

Elona menatapnya tidak mengerti, dia lucu sekali.

"Jangan mikir yang aneh-aneh, percaya diri aja, gue engga ada maksud apa-apa dengan mengatakan ini, tapi..." Dia menatap Elona lembut. "Lihat gue? Laki-laki setampan gue ini, bagaimana bisa suka sama Elona kalau bukan karena dia sangat cantik." Lesung pipinya kembali terlihat.

Blush!

Wajah Elona memerah seluruhnya.

"Kamu....dapat kepercayaan diri darimana?!" seru Elona.

Gellan tertawa sombong. "Yah dari mana-mana, semua orang bilang gitu."

Elona menutup wajahnya dengan rambut, dia mengalihkan pandangannya dari wajah laki-laki itu.

Tangan Gellan terangkat, dia mengelus puncak kepala Elona.

Gadis itu tertegun.

"Percaya dirilah Elona, kamu itu cantik."

"Sangat cantik."

Jantungnya Elona berdebar kencang, rasanya kayak mau lompat dari rongga dadanya.

Benar-benar deh.

Your Guardian Angel (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang