7. You're Not A Queen

144 3 0
                                    

'Appa-mu menanyai kabar-mu.' Satu kata yang terus terputar di otak Jeno saat ini. Saat ini, ia tengah mengendarai motornya di malam ini. Ia langsung mendecih, begitu dirinya mengingat perkataan yang di lontarkan Eommanya tadi.

Mencari? Setelah sekian lamanya dirinya menghilang, baru kali ini dia menanyai kabarnya? Kemana saja ia selama ini? Disaat dirinya selalu memanggil namanya?! Disaat dia butuh sosok super hero untuk menemani dirinya bermain? Disaat dirinya butuh sosok penjaga ketika anak yang lain mengejeknya bahwa ia tidak mempunyai ayah? Dimana dia? Dan dia baru mencari dirinya sekarang?

*zzzzeeppp* suara deruan angin yang sangat kencang, dari motor yang menyelip motor miliknya, membuat Jeno oleng sejenak. Untung saja dirinya cekata,  dan tidak jatuh mengenai pinggir trotoar.

Ia yang saat ini hatinya sedang tidak enak, ia pun mengejar si sang pembalap yang mengejar dirinya. "Ish! Bajingan itu!" Rutuk Jeno yang sangat kesal. Ia langsung mengendari motornya dengan menarik pedal gasnya tanpa menggunakan rem.

Ia terus mengejar kemana motor itu pergi. Ia tidak mau kehilangan jejak si pengendara ugal-ugalan itu. Tanpa di sadari bahwa dirinya juga ugal-ugalan sekarang.

*bruk brak.* *Ckiitt* Dirinya langsung mengeremkan motornya, ketika ia melihat pengendara yang ia kejar, ternyata terjatuh di tengah jalan.

Tanpa aba-aba, ia langsung menyentandarkan motornya, dan membantu orang itu untuk menepi. "Rasakan itu! kenapa kau menyetir ugal-ugalan sih?! Apakah kau memiliki surat izin mengemudi?!" Oceh Jeno, seraya memapah lelaki itu.

Lelaki yang dibawa Jeno pun meringis, ketika ia berhasil membawanya menepi. "Rumah kamu dimana? Biar aku antar pulang." Tanya Jeno, yang berniat hati untuk menolong pria yang terkena musibah karena ulahnya sendiri.

Lelaki itu mengangkat kepalanya, menatap orang yang menolongnya. Spontan, lelaki itu mendorong Jeno, dan membuat Jeno terkejut. "Kau gila?! kenapa mendorongku?!" Sentak Jeno, yang tidak menyangka akan tindakan yang di berikan pria ini.

Bukannya menjawab, lelaki itu langsung berdiri, dan berjalan menuju motornya. Setelah tiba di depan motornya, ia langsungmenaiki motornya, dan meninggalkan orang yang telah menolong dirinya, sendiri di pinggir jalan.

Tentu saja Jeno di buat terperangah orang yang telah ia tolong tadi. Ia ditinggal setelah ia menolong orang itu? Jeno sangat speechless, tak menyangka bahwa dirinya diperlakukan seperti itu.

"Wuaahh! Kalau aku bertemu dengan orang itu lagi?! Aku pastikan dia tidak akan selamat!" Maki Jeno, yang langsung bergegas menuju motonya, lalu menaiki motornya, dan menjalankan motornya dengan keadaan kesal.
---

"Habis darimana saja, Jung Maek? Kau melewatkan makan malam lagi." Ujar seorang wanita, ketika ia ingin pergi ke kamar. Siapa lagi kalau bukan istri dari ayahnya itu.

"Mark, Eomma-mu bertanya." Tambah Jaehyun, disaat dirinya melihat sang anak yang ingin pergi, tanpa menjawab pertanyaan ibunya.

Mark yang ingin pergi pun berhenti, ketika orang yang bukan Eommanya, dipanggil Eomma. "Eomma? Kau sudah menemukan Eomma-ku?" Tanya Mark yang sedang berakting saat ini, dengan tatapan yang penuh harap.

"Roseanne Park, dia Eomma-mu, Mark." Ujar Jaehyun, yang langsung mendapat decihan tak suka dari sang anak.

"Apakah kau amnesia? Tidak ada nama Roséanne Park di keluarga kita. Aku, kau dan Eomma-ku, Jung Taeyong. Ah, atau mungkin saat ini sudah berubah marga menjadi Lee Taeyong, atau bahkan marga orang lain." Ujar Mark dengan tatapan datarnya, tapi tidak dengan ayahnya yang terkejut bukan kepalang, namun ia tetap mengkondisikan wajahnya.

"Apa maksud-mu? Aku juga Eomma-mu, Mark. Walaupun aku hanya Eomma tiri-mu." Ujar Rose, yang dibalas decakan oleh anak tirinya ini

Mark mendecak kesal, melihat akting yang di mainkan wanita yang ada di hadapannya. "Ingatlah, Kau hanya benalu yang menumpang di keluargaku. Jadi, jangan pernah menganggap atau bahkan bertingkah seolah kau nyonya, bahkan ratu disini. Mahkota yang ada di rumah ini hanya untuk Eommaku, Lee Taeyong. Bukan dirimu, Nona Park." Sinis Mark, lalu pergi meninggalkan ayahnya bersama dengan wanita yang ia benci.

Mark terus naik ke atas, menuju kamarnya. Ketika dikit lagi sampai kekamarnya, langkahnya terhenti karena seorang wanita yang ada dihadapannya.

"Oppa kembali lagi?" Tanya Renjun dengan senyuman di wajahnya. Mamun tak lama senyuman di wajahnya itu luntur, ketika dirinya melihat luka di wajah sang kakak.

Dengan spontan, Renjun langsung menyentuh wajah serta tangan milik sang kakak, guna memeriksa keadaan kakaknya. "Loh? Oppa terluka? Oppa habid jatuh? Oppa--" ucapan Renjun terhenti, ketika sang kakak menyentakkan tangannya, dan langsung menjaga jarak dengan dirinya.

"Kau melebihi batas. Bisakah kau minggir?" Titah Mark dengan tatapan datarnya.

Sementara Renjun yang mendengarnya pun langsung menunduk takut. Ia langsung memberikan akses untuk kakaknya lewat.

"Ini terakhir kalinya kau menyetuh diriku dan sok dekat serta kenal denganku." Peringat Mark kepada adik tirinya, sebelum dirinya masuk kedalam kamar, dan membanting pintunya dengan keras.

Didalam kamar, Mark langsung duduk di atas ranjang beukuran single itu. Tatapannya langsung tertuju pada foto yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Foto dimana keluarganya yang masih harmonis. Ayahnya yang berada disamping ibunya yang tengah mengandung, serta dirinya yang ada di tengah. "Eomma, aku kangen." Parau Mark, menatapi foto keluarganya.

Ya, tadi Mark utu buru-buru karena kata orang suruhannya, orang suruhannya telah melihat keberadaan ibunya yang keluar dari supermarket.

Maka dari itu, ia langsung menyetir motornya layaknya orang kesetanan, agar dirinya bisa bertemu ibunya. Namun naasnya ia harus jatuh karena seekor kucing yang tengah lewat. Dan lebih sialnya lagi, ia malah bertemu dengan orang yang sangat mirip dengan Appanya.

Dan karena kejadian itu, dirinya tidak bisa bertemu dengan ibunya. Ibunya sudah tidak ada di tempat, dan orang suruhannya kehilangan jejak ibunya.

"Berati Eomma masih ada disini! Masih ada peluang untukku bertemu dengan Eomma." Gumam Mark, yang menemukan sebuah harapan akan pertemuannya dengan sang ibu.

Ketika disana Mark sedang merindukan Eommanya, berbeda dengan Jeno yang tengah di marahi Eommanya karena pergi tidak bilang-bilang, dan pulang yang larut malam.

"Kamu bisa gak dibilangin sama Eomma?!" Sentak Taeyong, yang sangat kesal kepada anaknya, yang sangat susah di beri taunya.

Jeno sendiri langsung menunduk takut. Ia sangat takut jika ibunya sudah mengeluarkan mode maungnya. Dimana paras ibunya yang cantik akan berubah menjadi sangat menyeramkam, di saat ibunya sedang marah. "Mian." Ucap Jeno yang masih menunduk. Ia lebih memilih untuk meminta maaf, daripada memperpanjang masalah ini.

"Kalo ngomong itu liat matanya! Gak sopan tau!" Sarkas Taeyong, yang tak pernah lupa memperingati anaknya.

Dengan tampang melas, Jeno pun memgangkat wajahnya, dan langsung menatap ibunya dengan tatapan penuh ketakutan. "Eomma, sudah ya marahnya? Aku janji gak akan gitu lagi." Pinta Jeno.

Sebenarnya, Taeyong sedang menahan tawa sedaritadi. Anaknya ini benar-benar seperti mantan suaminya, ayah dari anaknya. Kalau dirinya berbuat salah, mantan suaminya pasti menundukkan wajahnya, tak berani menatap dirinya. Sama seperti yang anaknya lakukan saat ini.

"Kamu tau gak kalau Eomma khawatir sama kamu? Eomma sama Nana tuh daritadi nyariin kamu! Mana ponsel kamu gak aktif." Oceh Taeyong, yang masih memarahi sang anak.

Jeno mengangguk mengerti, mendekati ibunya, lalu menggelendot manja pada sang ibu. "Maafkan aku, Eomma. Aku lupa membawa ponsel." Minta Jeno sekali lagi, dengan aegyo andalannya.

"Najis, kayak anak monyet kau!" Seru Jaemin yang baru saja turun dari kamarnya, begitu melihat sepupunya tengah bertingkah sok imut pada ibunya.

Iya, Jaemin memang di kamarnya sedaritadi. Baginya, sangat tidak sopan bila dirinya ikut campur dalam permasalahan anak dan ibu ini. Tapi bukan karena itu juga, ia takut terjadi sandalan wanita bermarga Lee ini. Soalnya kalo wanita ini marah, ia akan marah ke semua orang yang ada di dekatnya. Maka dari itu, setiap wanita bermarga Lee ini marah atau sedang memarahi seseorang, ia lebih memilih untuk menjauh.

NOT LOVE, BUT OBSESSION 3 - JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang