9. Can I Stay Here?

129 4 0
                                    

Taeyong dan juga Mark telah sampai di salah satu rumah pohon yang Taeyong buat khusus untuk anak sulungnya, sewaktu anaknya masih kecil. Mereka berdua telah duduk berhadapan, dengan berbagai makanan serta minuman berakohol yang menjadi penghalang mereka.

"Eomma kira, kamu udah lupa sama rumah pohon ini, Mark." Ujar Taeyong, menatap sekeliling rumah pohon.

Mendengar ucapan sang ibu, Mark langsung mengerucutkan mulutnya kesal, ketika sang Eomma berbicara seperti itu. "Bagaimana aku bisa lupa hadiah pemberian Eomma. Bahkan aku lebih sering tidur disini daripada dirumah." Ujar Mark.

"Oh.... jadi, sekarang udah jarang pulang kerumah?! Mentang-mentang Eomma tidak ada disana? Hidup kamu menjadi tidak teratur, begitu?!" Ujar Taeyong, memberikan peringatan untuk anak sulungnya yang udah di luar kendali ini.

"Bagaimana aku bisa tinggal dirumah dan hidup teratur, sedangkan orang yang membuatku betah dirumah dan banyak mengaturku, tidak ada disana." Ujar Mark, menatap ibunya dengan penuh kerinduan.

"Mian." Sesal Taeyong, tak terasa satu bulir menetes di matanya. Ibu mana sih yang gak sedih, ketika sang anak berkata seperti itu?

Tanpa ragu, Mark langsung menghapus air mata milik yang keluar dari mata sang ibu. "Gwenchana, yang terpenting Eomma sudah ada disini sekarang. Mungkin, ini pelajaraan juga buat aku untuk tidak hidup dalam kemanjaan, dan harus mandiri." Jelas Mark diiringi dengan senyuman.

"Bagaimana dengan Moonbin Appa? Kapan kalian menikah?" Tanya Mark, yang langsung ditertawai oleh ibunya, dan tentu saja ini membuat dirinya bingung.

"Menikah? Jangan bercanda kamu! Eomma dan Moonbin itu hanya sekedar teman, sahabat, sekaligus partner kerja." Jelas Taeyong, yang langsung dihadiahi tatapan kecewa oleh sang anak.

"Kamu kenapa? Kenapa terlihat kecewa?" Tanya Taeyong, yang merasa aneh akan tatapan anaknya.

Mark langsung saja menggelengkan kepalanya. "Hanya saja. Sayang sekali. Padahal kalian berdua terlihat sangat cocok. Moonbin ahjussi yang terlihat gagah dan sangat tampan. Ketampanannya sebanding dengan Appa kok, Eomma. Kenapa Eomma tidak menikah saja?" Tanya Mark.

"Atau karena Eomma belum move on dengan Appa, dan masih mencintai Appa?" Terka Mark, menatap sang ibu dengan tatapan penuh curiga.

"Kalau masih sayang, kenapa Eomma tidak kembali dengan Appa?" Usul Mark, yang langsung digelengi kepala oleh dirinya sendiri. "Jangan! Aku tidak mau Eomma kembali kepada Appa! Appa sangat bajingan, dan tidak tegas! Aku sangat membencinya! Bagaimana bisa ia memisahkan aku dengan Eomma?" Kesal Mark, yang masih kesal dengan tindakan sang ayah.

"Eoh, tapi bukan karena Appa sih! Itu karena wanita bermarga Park saja, sang benalu!" Sambung Mark.

"Rose?" Tanya Taeyong dengan tatapan bingung, begitu

Mark menganggukkan kepalanya, menuangkan sebotol soju pada gelas miliknya dan juga milik ibunya. Setelahnya, mereka berdua melakukan cheers bersama. "Iya. Waktu itu dia meminta kami untuk bergegas ke Amerika secara bersama. Katanya, dirinya mengidam untuk pergi ke Amerika bersama Aku dan Appa." Jelas Mark, yang masih mengingat kejadian itu, hingga sampai saat ini.

"Dan bodohnya lagi, Appa malah menyetujuinya." Sambung Mark, yang sangat kesal, begitu mengingat sang ayah yang tunduk kepada wanita itu.

"Padahal aku sudah meminta mereka untuk menunggu Eomma. Biar Eomma juga bisa ikut bersama kami. Tapi nyatanya apa? Dirinya malah kekeuh untuk meninggalkan Eomma. Katanya, dia mengidam pergi ke Amerika hanya dengan Appa dan aku, tanpa Eomma." Lanjut Mark.

"Aku tentu saja menolak. Bagaimana bisa aku ini ikut tanpa kehadiran Eomma? Namun, aku lagi-lagi kalah dengan Appa. Appa memaksa diriku untuk ikut saat itu juga. Alhasil Appa memanggil bodyguard yang badannya lumayan besar, memaksa aku untuk masuk kedalam mobil serta ke pesawat pribadi milik Appa." Tambah Mark.

NOT LOVE, BUT OBSESSION 3 - JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang