Naruto©Masashi Kishimoto
-
-
"Kalian sengaja bertemu tadi pagi? Apa kau punya hubungan dengan ketua kelas?" alis Ino naik turun, dia sudah seantusias itu membahasnya meski baru saja duduk di meja kantin. Hinata tersenyum, tak habis pikir.Kulit kacang yang dilempar Temari tepat mengenai dahi sahabat pirangnya. "Mana ada! Seperti tidak tahu saja. Hinata, 'kan, anti pacaran." Kalau pun iya, Temari benar-benar akan sangat terkejut.
Hinata tertawa, Ino baru saja berdecak tidak terima di sana. "Kami hanya berpapasan di lantai tiga."
Itu masih belum cukup, bibir Ino siap bertanya lagi. "Kalian sempat mengobrol?"
"Tidak." Soal di ruang musik, Hinata tidak mau mengatakannya. Bisa-bisa dia ditanyai tanpa jeda.
Temari menyeruput jus alpukat. Nanti, disaat lengah baru akan Ino balas lemparan kacang tadi. Gadis pirang itu beralih dari Temari.
"Kalian tidak pernah saling bicara, sejak tahun pertama sampai sekarang. Kau tidak mau mendekatinya?"
Hinata menatap Ino malas. "Untuk apa?"
Temari tersenyum remeh. "Jangan dengarkan dia. Mulutnya sedang eror."
Topik ini membosan. Dan itu diperparah oleh celotehan Ino yang tidak berguna.
"Tidak usah ikut-ikutan! Pengganggu."
Berhasil. Temari dilempari lebih dari tiga kulit kacang. Emosinya sudah pasti naik, dia memaki tanpa membalas, repot jika lantai kantin penuh dengan bekas makanan.
"Setiap bertemu pasti begini. Bisa tenang sebentar saja?" Hinata menghela napas, lama-lama dia ikut jengkel melihat keduanya bertengkar.
"Abaikan dia." Ino kembali fokus. "Dia menarik, Hinata. Banyak gadis tergila-gila bahkan ada yang terang-terangan mendekatinya. Kau tidak mau mencoba? Percaya ini, pacaran itu menyenangkan!" alisnya bergerak naik turun.
Gadis berkuncir empat itu mendengus tak habis pikir. "Ada alasan lain?"
Hinata menatap kedua sahabatnya bergantian.
Ino tersenyum miring. "Ada."
"Apa?"
"Peringkat satu."
"Hah?" Temari masih mencerna yang satu itu.
Di depan mereka, Hinata hanya menyimak. Dia tahu persis apa yang ada di otak Ino.
"Menjadi pacarnya dan Naruto akan senang hati memberi posisinya untukku?" tepat sekali. Ino mengangguk santai di sana. "Ide buruk. Peringkat satu itu akan menjadi milikku dengan kerja keras. Kalau mengandalkan Naruto, sama saja bohong. Aku juga tidak menyukainya."
Temari menendang sepatu Ino dari bawah meja. Memberi kode untuk berhenti lewat tatapan matanya. Dia takut Hinata merasa tersinggung.
"Ck, aku hanya bercanda. Serius sekali." Memang benar, Ino hanya bergurau. Dia juga tahu seberapa keras usaha Hinata selama ini. Sangat disayangkan jika berakhir menggunakan cara curang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NUMBER ONE
RomancePeringkat satu bukan sekedar ambisi untuk Hinata. Dia rela menggunakan jam makan siang untuk belajar, mengunjungi perpustakaan lebih sering setiap harinya, bahkan selalu bergelut dengan berbagai buku penuh rumus. Dan itu semua untuk satu hal kecil...