Naruto©Masashi Kishimoto
_
_
Murung dan tidak bersemangat. Ino itu sedang bad mood. Dia banyak diam di bangkunya pagi ini. Temari saja merasa ada yang hilang karena biasanya dia dibuat kesal habis-habisan. Sepi juga ternyata, padahal Temari paling tidak suka diganggu oleh Ino."Pelototi saja terus jendela itu sampai berlubang," katanya.
Ino menatap sahabatnya. "Berisik. Cari orang lain untuk kau ajak bicara." Dia kembali ke posisi semula, menerawang ke luar jendela.
"Lain kali aku akan menjadi tembok saat kau mengoceh. Biar kau tahu bagaimana rasanya bicara sendiri." Temari berdecak gemas. Biasanya jika dipancing seperti ini Ino akan lebih cerewet dan berisik, nyatanya gadis itu sedih sungguhan.
"Hm."
Cih. Bagaimana lagi dia menghibur sahabatnya? Semua ini gara-gara klub komik. Kalau tahu anggotanya tidak akan bertambah dan berakhir dibubarkan, Temari akan menyeret Hinata juga untuk bergabung, meskipun dia yakin gadis itu akan melakukannya dengan sukarela.
"Ada apa dengan wajah kalian?"
Itu Sakura. Sahabat mereka yang paling sibuk. Kedatangannya disambut dengan wajah murung Ino serta Temari yang malah ikut menekuk wajah.
"Apa dia tidak pegal di posisi itu?" Hinata datang, mengintip di belakang tubuh Sakura untuk menatap bangku Ino. Dia lalu pindah ke sisi kanan.
Sakura yang tadinya berdiri di dekat bangku Temari menghampiri meja di samping milik Ino. Kemudian duduk. Menghalangi arah pandang gadis itu agar melihatnya.
"Kau tidak mau menyapaku?" dia membuka obrolan.
"Hai."
Kali ini gadis itu tidak segirang biasanya. Padahal dia pasti berlari dan memeluknya, tentu sambil berceloteh panjang.
Sakura menghela napas saat Ino memandang arah lain. "Lihat aku! Mintalah sesuatu asal kau ceria lagi."
Temari dan Hinata masih mengamati.
"Menurutmu apa?" dia malah bertanya. Ketiga sahabatnya jelas merasa bingung.
"Buat klub komik diadakan lagi. Aku dan Hinata akan bergabung. Bagaimana?" Temari langsung mengatakan sesuatu dibenaknya. Hinata menatap Temari sambil berkedip singkat.
Ino menghadapkan tubuh ke meja belakang, tempat Temari dan Hinata. "Anggota yang lain sudah terlanjur kecewa. Mereka malas memulai lagi. Aku juga sudah tidak minat." Napas kasarnya keluar, lantas menatap Sakura dengan satu alis terangkat. "Katamu aku boleh meminta sesuatu?"
Gadis itu berdecak. "Iya. Apa?"
"Makan." Cuma satu kata. Namun ketiganya mengerti, Ino minta makan gratisan. Tentu saja dari Sakura, Hinata dan Temari kompak membuang muka, mereka tidak mau terlibat kalau urusan itu.
"Katanya takut gemuk." Sakura ingat persis keluhan Ino saat berat badannya naik sedikit saja. Anehnya, dia selalu makan banyak.
"Tinggal diet lagi. Aku tunggu saat jam makan siang."
Sakura merasa ditatap dari jauh, dia melirik kedua sahabatnya yang tiba-tiba memandangnya penuh harap. Dia hapal gelagat itu. "Hanya Ino. Kalian bayar sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
NUMBER ONE
RomancePeringkat satu bukan sekedar ambisi untuk Hinata. Dia rela menggunakan jam makan siang untuk belajar, mengunjungi perpustakaan lebih sering setiap harinya, bahkan selalu bergelut dengan berbagai buku penuh rumus. Dan itu semua untuk satu hal kecil...