Naruto©Masashi Kishimoto
_
_Di hari Kamis pagi, lengkap mengenakan seragam dengan setengah perlengkapan yang belum dimasukkan ke dalam tas. Hinata menghela napas, dia kembali menyelesaikan kegiatannya setelah duduk di pinggir ranjang.
Hoodie milik Naruto juga sudah bersih, ia beranjak mengambilnya di lemari dan kembali ke tempat semula. Agak repot memang. Setelah selesai Hinata bangkit, menggendong ransel lantas mengambil ponsel dari saku rok guna melihat notip. Suara benda jatuh terdengar saat Hinata menarik kembali tangannya.
Benda itu lagi. Benda yang membuatnya muak dan bergantung disaat bersamaan.
Sorot sendu di matanya muncul bahkan semakin jelas.
Ceklek.
Bunyi mengejutkan saat dibukanya pintu membuat Hinata segera mengambil benda di bawah sana. Tanpa sadar memasukkannya ke dalam kantong hoodie yang berada digenggamannya sejak tadi. Matanya tertarik memeriksa orang di balik pintu.
"Ibu?"
Hikari bergeming, dia tahu kelakuannya mengejutkan Hinata. "Maaf membuatmu kaget. Sarapannya sudah ada di meja makan. Turunlah segera. Ibu dan Hanabi akan menunggu."
Hinata tersenyum lebar. "Aku turun sekarang."
• • •
Dari panjangnya koridor lantai dua sosok familiar itu dapat Hinata lihat di ujung sana, hendak berbelok ke arah tangga, namun teriakannya berhasil menghentikan langkah Naruto.
"Sebentar!" gadis itu segera sampai ke dekat tangga. Posisi Naruto berdiri.
"Kau? Mau apa?"
Hinata mendongak. Langsung menyodorkan sesuatu di tangannya. "Aku kembalikan. Terima kasih."
Pemuda itu bergeming untuk sesaat. Dia menerimanya. "Kau memakainya?" ia hanya ingin memastikan.
"Kalau tidak di pakai sama saja kau hanya menyuruhku mencucinya."
Diam-diam Naruto tersenyum tipis. "Kalau begitu, terima kasih untuk jasa cucinya." Langkahnya kembali berlanjut, menuruni setiap anak tangga.
Hinata berdesis. Kalau berani sudah dia pukul kepala pirang itu.
"Lagi-lagi dia berkeliaran di jam pelajaran." Hinata menggeleng dua kali. "Bagaimana denganku?! Aku juga telat!" ia segera berlari ke lantai tiga, berharap kelas belum dimulai.
Kalau Naruto, dia memang diperintahkan mengambil sesuatu oleh guru mapel yang kini mengajar kelasnya. Di tengah jalan, dia memindahkan hoodie-nya ke tangan kanan, secara bersamaan Naruto merasakan sesuatu dibagian saku. Lantas memeriksanya.
Pemuda pirang itu terpaku melihat benda berwarna putih di telapak tangan. Dia tahu persis apa isi di dalamnya. Tanpa sadar jemari itu meremas semakin kuat.
• • •
Ini terlalu menegangkan. Keringat dingin terus membasahi pelipis Ino. Padahal yang berada di depan sana adalah Hinata, gadis itu membuat masalah dengan sensei paling killer—Tsunade. Guru mapel bahasa Inggris.
KAMU SEDANG MEMBACA
NUMBER ONE
RomancePeringkat satu bukan sekedar ambisi untuk Hinata. Dia rela menggunakan jam makan siang untuk belajar, mengunjungi perpustakaan lebih sering setiap harinya, bahkan selalu bergelut dengan berbagai buku penuh rumus. Dan itu semua untuk satu hal kecil...