That feeling, was this the beginning?

1.2K 60 5
                                    


Krist terus mengetuk keningnya pelan. Bahkan pipinya terlihat memerah. "Astaga fokus Krist, fokus."

Dia kembali memfokuskan dirinya pada komputer. Namun, bayangan kejadian kemarin kembali muncul di benaknya. "Aduh... Kenapa aku jadi malu begini sih." Krist terus menutup wajahnya dan menggerutu sendirian.

Flashback

Singto yang masih terpaku semakin mendekatkan wajahnya ke arah Krist. Pelan tangannya yang mengelus kening Krist turun, hingga mengusap pipi putih Krist. Lalu ia mengecup bibir Krist pelan.

Sesaat mereka saling memejamkan mata dan menikmati ciuman singkat itu. Singto yang lebih dulu melepas.

"Aku cemburu melihatmu berinteraksi dengan pria tadi. Siapa?" Tanya Singto masih dengan mengelus pipi Krist.

Seakan tersihir. Krist merasa terintimidasi dengan pertanyaan Singto. Padahal Singto mengatakannya dengan sangat lembut.

"Apa yang kau berikan padanya?"

"Dia itu tetangga unit sebelah. Namanya P' Mos. Dia bukan siapa-siapaku kok. Hanya teman biasa. Teman kantorku menyukainya, jadi ia menitipkan sesuatu pada P' Mos."

Singto masih menatap dalam. "Hmmm baiklah, aku percaya."

Mereka kembali terdiam, kini kedua tangan Singto menangkup pipi Krist.

"Aku paham ini terlalu cepat. Mungkin kau lupa jika pertemuan kita bukan dimulai dari spa itu, tapi aku akan selalu ingat. Selama ini aku mencarimu hmm, dan aku benar-benar tertarik padamu. Bukan hanya sekedar ingin menggoda atau mengganggumu."

Krist masih terus memperhatikan apa yang dikatakan Singto. Dirinya benar-benar seperti terhipnotis. Dadanya juga bergemuruh menunggu kalimat yang akan disampaikan Singto setelahnya.

"Jadi Krist, apa kau mau jadi kekasihku?"

Krist tertegun. Apa ini tidak terlalu cepat. Dia terdiam bingung ingin menjawab seperti apa.

Singto tersenyum maklum. "Tidak harus menjawab sekarang hmm, aku akan menunggu. Besok kujemput lagi ya."

Krist gelagapan, "Aku besok dijemput oleh temanku."

Singto sedikit mengernyit, belum dia menjawab. Krist sudah melanjutkan, "Dia yang menyukai P'Mos."

Singto tersenyum, "Baiklah, tapi boleh kan menjemputmu?"

Lagi-lagi Krist hanya bisa menurut, dia menganggukkan kepalanya pelan. Membuat Singto tersenyum lebar lalu mengusap lembut rambutnya yang masih sedikit basah.

Flashback end.

Setelahnya benar-benar tak terjadi apapun. Singto hanya menghabiskan tehnya lalu berpamitan pulang. Meninggalkan Krist yang masih sedikit terpaku di sofa yang didudukinya.

"Kenapa kau senyum-senyum begitu?"

Suara di samping telinganya membuatnya terkejut hingga terlonjak dari kursi.

"Haishhh Toptap! Kenapa mengejutkanku!"

Toptap memukul kepala Krist pelan. "Siapa yang mengejutkanmu, sialan. Aku dari tadi memanggilmu, tapi bukannya merespon kau malah senyum-senyum seperti orang gila."

"Aku tidak senyum-senyum!" Bantah Krist.

"Euh ya ya tanyakan pada kamera cctv di pojok ruangan itu. Sudah berikan aku salinan laporan bulan ini na."

Krist yang bingung menjawab seperti apa hanya menurut dan mengotak atik komputer miliknya. "Sudah kukirim ke email ya.."

Toptap hanya mengangguk. "Sedang jatuh cinta ya?" Tanyanya menggoda.

Massage (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang