Sudah lebih dari dua bulan setelah kejadian salah paham antara Krist dan kakak Singto. Saat ini terlihat Singto yang frustasi dan mencoba menelepon seseorang.
"DIMANA KRISTKU!?" sentaknya dengan nada tinggi
"Auuu Sing. Kau tidak bisa lebih sopan saat berbicara dengan kakakmu, hah!?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku! Dimana Krist?"
"Sudah kau kerja saja sana. Krist milikku saat ini. Bye, Sing..."
Klik
Singto menatap layar ponselnya menganga tidak percaya.
Akhir-akhir ini memang dirinya semakin sibuk, sehingga waktunya bersama Krist sangat jauh berkurang. Namun bukan hanya itu yang membuatnya kesal, tingkah kakaknya yang seakan senang menyabotase Krist membuatnya semakin jengkel.
Ya memang Krist dan kakaknya telah bertemu kembali, dua hari setelah Krist sembuh dari sakitnya. Tidak ada drama berarti di pertemuan kedua mereka, tapi Singto heran bagaimana bisa keduanya malah menjadi akrab.
Nam seringkali mengajak Krist untuk pergi ke mall atau mungkin hanya menemaninya membeli camilan. Singto berpikir, "ya mereka cocok karena sama-sama cerewet dan bermulut pedas!"
Tapi demi Tuhan dia sedang rindu dengan kekasihnya itu. Bahkan sudah lama dia tidak bisa menikmati malam indah bersama Krist.
Ah Singto sialan!
Sedangkan di tempat lain.....
Krist yang sedang menemani Nam makan siang hanya mengaduk-aduk makanannya. Nam yang melihatnya pun menegur, "Jangan kau aduk seperti itu, kau seperti tak menghargai saat kutraktir," sungut Nam.
Krist memicing dan mendengus, "Kalau aku tak menghargaimu, aku akan lebih memilih tak ikut."
Nam hanya mencebikkan bibirnya. "Lagipula kenapa kau bad mood seperti itu?" Krist tidak menjawab, membuat Nam mendekatkan wajahnya. "Rindu adikku ya?"
Krist hanya menatap Nam sekilas, lalu berdecak kesal. Bohong jika dirinya tidak rindu kekasihnya itu, apalagi Singto semakin sibuk saja.
"Aku kan sudah bilang jangan berpacaran dengan adikku. Dia itu gila kerja, kau pasti akan dilupakan jika pekerjaannya menumpuk."
"Kau ini malah membuatku semakin bad mood, Phi!"
Nam tertawa kencang, beginilah cara ia berkomunikasi dengan kekasih adiknya itu. Entahlah malah membuat keduanya semakin akrab. Padahal awalnya Nam berpikir jika dia tidak akan cocok dengan Krist, karena ia pikir Krist adalah orang yang suka mendramatisir suasana. Pemikiran itu muncul akibat Krist yang sakit pasca bertemu dengannya waktu itu, tapi ternyata malah sebaliknya.
"Hmmm, aku mengerti. Jangan-jangan kau bersikap seperti ini karena merindukan service dari Sing-"
Belum selesai Nam bicara, sudah ada sepotong daging yang dijejalkan ke mulutnya. Krist melotot mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh kakak dari kekasihnya itu. "Phi, mulutmu!" Desis Krist.
Nam tertawa tertahan, makin meledak saat melihat wajah Krist yang memerah. Setelahnya mereka makan dengan tenang.
"Kau tahu, Krist?" Ucap Nam kembali.
Krist kembali menatap Nam dengan raut wajah bertanya.
"Aku punya cara jika dirimu sedang rindu sekali dengan Singto," ucap Nam sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Hmm? Apa itu, Phi?"
"Nanti akan kuberi tahu." Kemudian Nam melanjutkan makan dan meninggalkan Krist yang dilanda rasa penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Massage (21+)
Historia CortaCuma pikiran kotor author yang dipublish 🌚 Ini cerita homo Boys x Boys Yang gak suka bisa minggir Warning : mature content 🔞