Krist membalikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Lalu mendudukkan dirinya di atas ranjang besar yang sedang ia duduki."Huh, tahu begitu lebih baik aku minta diantar pulang saja tadi."
Ya dia memang masih berada di apartemen Singto siang itu. Jangan lupakan jika dirinya kelelahan setelah melakukan hal yang iya-iya dengan Singto semalam. Bohong jika dia bilang hatinya tidak berbunga-bunga. Entahlah, mungkin memang dia sudah tertarik dengan Singto. Maka dari itu ia tidak ragu saat akhirnya memutuskan untuk menerima Singto menjadi kekasihnya.
"Huh, semoga ini akan berjalan mudah," gumamnya.
"Tapi aku bosan!!!"
Ia mengusak kepalanya kasar.
Sebelumnya Singto yang sedang menemaninya bermain dengan Luna tiba-tiba mendapatkan telepon penting dari kantornya. Itu membuatnya harus bergegas pergi ke kantor saat itu juga. Krist sebenarnya ingin diantarkan pulang saja sekalian, agar dia tidak sendirian. Namun, Singto malah tidak mengizinkan. Dengan alasan jika tubuhnya masih kelelahan. Akhirnya mau tak mau Krist menuruti kemauan Singto.
Namun dirinya benar-benar bosan sekarang. Luna sedang tidur di pojok kamar, ia juga tidak mungkin menghubungi Singto. Ia takut mengganggu. Setelah ini akan masuk jam makan siang.
"Apa P'Singto tidak akan pulang saat makan siang?"
Lama ia menimbang ponsel di tangannya, hingga ia memutuskan ingin menelepon Singto. Namun, belum ia menekan tombol panggil. Sebuah telepon masuk terlihat di ponselnya. Ia memutar bola matanya malas, bingung harus merespon apa.
"Halo?"
"Krist, kau tidak masuk kantor. Kenapa?"
"Hmm aku sedang tidak enak badan."
"Oh, kalau begitu aku ke tempatmu na. Sekalian aku ingin—"
Krist memejamkan matanya sejenak, lalu memotong suara di seberang.
"Kalau kau hanya ingin menemui P' Mos ya temui saja langsung. Jangan menjadikanku sebagai alasan, dan fokuslah pada pendekatanmu ke P' Mos. Jangan beralih ke orang lain. Lagi pula aku tidak di condo."
"Krist...kau kenapa?"
"Sudah ya, Bank. Aku ingin istirahat. Kepalaku pusing."
Krist mematikan panggilan sepihak. Ia sedang malas memikirkan hal apapun. Dirinya masih tak habis pikir dengan apa yang ia lihat kemarin. Krist kembali fokus pada ponselnya. Mengabaikan pesan masuk yang dikirim oleh Bank, dan bergegas menghubungi Singto. Saat panggilan terjawab...
"P' tidak pulang untuk makan siang?"
"Halo sayang. Aduh, bagaimana ya. Kalau kau makan siang sendiri tak apa? Ada beberapa makanan di dapur. Panaskan saja di microwave."
Uuuuuh mood Krist benar-benar hancur sekarang.
"Ck, kalau begitu kenapa tadi aku tidak kau antar pulang saja. Di sini pun aku sendirian, jadi sama saja!" ucap Krist dengan nada jengkel.
"Bukan begitu baby..."
"Sudahlah. Aku pulang sendiri saja."
"Baby—"
Klik.
"Huh, menyebalkan sekali."
Krist segera bangkit dari tempatnya duduk. Kemudian mencari pakaiannya yang kemarin ia kenakan. Tak peduli jika itu kusut dan kotor. Lebih baik ia pulang saja daripada di sini sendirian. Singto memang menyebalkan.
Sedangkan di sisi lain...
"Sudah kau apakan Krist. Kenapa dia sampai tidak masuk kerja!?" Cerca Tay saat mengunjungi kantor Singto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Massage (21+)
Short StoryCuma pikiran kotor author yang dipublish 🌚 Ini cerita homo Boys x Boys Yang gak suka bisa minggir Warning : mature content 🔞