-Chapter 8-

861 40 3
                                        


Slight MosBank

Bank yang sudah ingin memasuki mobil merogoh kantong celananya, nampak seperti mengingat sesuatu. Ah iya, ia lupa ponselnya. Tadi saat dirinya makan siang bersama Mos dan hendak pulang, tiba-tiba ia ingin pergi ke toilet. Alhasil, ia menitipkan ponselnya pada Mos dan lupa tidak memintanya kembali sampai mereka tiba di condo.

Ia kembali menutup pintu mobilnya, mau tak mau ia harus menemui Mos ke atas, karena Mos sudah terlebih dulu masuk. Dia ingat nomor kamarnya karena bersebelahan dengan kamar Krist. Dia bergegas memasuki lift untuk menuju kamar Mos.

*Di sisi lain...

Mos yang baru saja memasuki kamarnya pun menghela nafas panjang. Apa sikapnya pada Bank tadi keterlaluan? Sejujurnya Mos sendiri tengah bingung dengan perasaannya. Ia merasa nyaman saat berdekatan dengan Bank, tapi dia tidak berani mengungkapkan itu.

Mos melemparkan tas kecilnya ke sofa. Saat akan bergegas menuju kamar, sudut matanya menyadari jika ada ponsel yang keluar dari tasnya. Ia segera merogoh saku dan mengetahui jika ponselnya sendiri ada padanya. "Astaga, itu ponsel Bank."

Mos bergegas mengambil ponsel itu dan ingin keluar dari condonya. Mungkin saja Bank masih di bawah. Baru saja ia membuka pintu, ia melihat Bank yang sudah berdiri di depan pintu condonya dengan tangan terangkat siap untuk mengetuk pintu.

"Au... Ehmm, aku mau mengambil ponselku Phi.." ucap Bank dengan senyum giginya. Kemudian ia melirik ponselnya yang berada di genggaman Mos.

Mos pun menatap ke arah yang sama. Dengan canggung ia memberikan ponsel tersebut pada Bank. "Aku mau memberikannya padamu tadi."

Cukup lama mereka terdiam, Mos mengutuk dirinya sendiri di dalam hati. "Kenapa aku jadi gugup begini?"

"Ehmmm, kalau begitu aku langsung pulang ya Phi. Terima kasih." Bank sudah ingin berbalik pergi, namun tangannya dicekal oleh Mos. Bank menatap tangannya yang dipegang oleh Mos, lalu mengarahkan pandang pada Mos.

"Ya?"

"Tak ingin mampir dulu? Mungkin.. minum kopi atau teh?" Ucap Mos pelan.

Bank tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan.

Keduanya masuk ke dalam condo milik Mos bersamaan.

****

Back to KristSingto

Krist merenggangkan ototnya yang pegal, dirinya baru saja berganti baju omong-omong. Singto memang benar-benar gila memaksanya berhubungan seks dengan posisi seperti tadi. "Singto benar-benar!" Umpatnya lirih.

"Auuu aku kenapa sayang?"

Krist meliriknya tajam. "Kau masih bisa bertanya!?"

Singto yang baru selesai berpakaian pun hanya tertawa kecil. "Kau menikmatinya, baby. Aku tahu itu." Dirinya berjalan mendekati Krist dan mencium keningnya.

"Aku takut milikmu patah," ucap Krist pelan.

Sungguh Singto tidak bisa menahan tawanya sekarang. Bagaimana bisa kekasihnya memiliki pikiran polos seperti itu. "Hey, aku ini kuat. Lagipula sejak kapan ada penis patah? Dia tidak memiliki tulang."

"Bisa saja kan. Aku pernah membaca jika itu juga bisa mengalami cedera. Apalagi badanku tidak bisa dikatakan ringan. Jadi, jika milikmu cedera bagaimana?" Tanya Krist sedikit menerawang.

Kali ini tawa Singto benar-benar menggelegar ke seluruh ruangan. Krist yang kesal pun memukul dada Singto kencang. "Ish kau malah meledekku!"

Jangan tanyakan posisi apa yang dipilih oleh Singto, hingga Krist berpikiran seperti itu. Singto menggendong Krist ala koala, dan menggenjot Krist tanpa ampun. Bahkan dia menyampirkan kedua kaki Krist di kedua lengannya. Bayangkan saja berapa kuatnya Singto ini....

Massage (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang