(5) Perlawanan Demi Asellia

119 7 0
                                    

Orang tua murid yang menunggu anak-anaknya itu biasanya nongkrong di kantin sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orang tua murid yang menunggu anak-anaknya itu biasanya nongkrong di kantin sekolah. Namira juga berada di kantin, tapi memisahkan diri dari mereka. Namira menarik diri karena masih kesal dengan sikap ibu-ibu yang sok tahu sekali tentang Asellia. Omongan tajam itu mengalahkan mata pisau yang telah diasah. Namira tak habis pikir, kenapa masih ada orang yang jahat pada anak kecil yang bahkan tak tahu apa maksud obrolan mereka.

Namira membuka iPad yang sengaja ia bawa. Daripada ia bosan menunggu Asellia, lebih baik ia membaca berita-berita yang sedang hangat di Indonesia.

"Beneran itu bundanya si Asel?"

"Tadi lo liat sendiri kan?"

"Berarti dia yang selingkuh?"

"Kirain secantik apa, ternyata biasa aja. Bisa-bisanya selingkuhin Pak Hagi."

Namira sedang disindir lagi tampaknya. Gadis ini hanya mengeluarkan tawa meremehkan saat mendengar perkataan mereka. Tentu saja mereka berani bilang begitu jika bersama rombongan ibu-ibu lain. Coba kalau sendirian, mereka mungkin tidak akan berani menghina Namira.

Sudah terlampau kesal dan jengkel, Namira pun sengaja bergabung di tengah-tengah mereka. Ia duduk tanpa permisi. Tidak sopan? Ah, masa bodoh. Mereka lebih tidak sopan lagi terhadap Namira.

"Dilanjut lagi gosipnya. Saya baru dateng nih dari Inggris, jadi kurang update gitu. Ibunya Asel yang selingkuh itu tau dari siapa, ya? Kan saya cuma berhubungan sama suami saya doang." tanya Namira. "Kalau berani, bilang dong di depan saya. Kok malah diem?"

Mereka saling bertatapan satu sama lainnya, sedangkan Namira menatap mereka bergantian. Tenang saja, Namira orangnya sangat pemberani. Apalagi melawan bibit penyakit seperti mereka.

"Betah amat lima tahun di Inggris jadi WNI. Alesan aja kuliah, padahal jadi simpenan bule di sana kan," celetuk seorang ibu-ibu, sebut saja namanya Afi.

Namira tertawa. Ibu-ibu itu menatap Namira sinis. "Saya sih ke Inggris buat kuliah dan cari ilmu. Setidaknya lima tahun saya bermanfaat buat saya, Asellia, dan suami saya."

Cici yang tadi membuka gosip duluan itu menyambar. "Mana ada maling ngaku. Bilang aja selingkuh."

"Astaga! Selingkuh?" pekik Namira seolah-olah kaget. "Selingkuh sama mata perkuliahan, iya."

"Nggak lucu banget."

"Garing banget."

Namira berdiri dari duduknya. Tangannya menggebrak meja itu dengan kencang. "Saya selama ini diem aja bukan karena saya takut sama kalian. Walaupun umur saya beda sepuluh tahun sama kalian, saya nggak takut sama siapapun. Sebenernya waktu saya terbatas sih buat ngelayanin obrolan kalian. Tapi kayaknya ngegosip itu seru, ya?" Namira melirik satu per satu orang yang ada di rombongan ini. "Asal kalian tau, kualitas seorang anak itu dinilai dari didikan orang tua mereka." Namira menyambar tas jinjing dan iPad-nya lalu pergi meninggalkan kawasan kantin.

Mommy Rent?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang