Hagi Atmadinata

148 2 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Ayah, hati-hati!"

Anak perempuan berumur 5 tahun itu melambaikan tangannya setelah memeluk erat ayahnya. Ia berlari masuk ke dalam Taman Kanak-kanak elit di pusat kota. Ini adalah rutinitas sang ayah yang selalu mengantar dan menjemputnya.

Pria dengan tubuh yang dibalut jas itu tersenyum sambil melepas kepergian putrinya ke dalam wilayah sekolahnya. Tak terasa, sudah lima tahun berlalu. Lima tahun yang lalu, anak perempuan itu menangis kencang di pelukan terakhirnya dengan sang ibu.

Hagi Atmadinata, namanya. Salah satu putra dari pemilik perusahaan pembuat furnitur di Indonesia. Ia menjadi penerus, setelah kakaknya meninggal dalam kecelakaan mobil. Kejadian itu juga, lima tahun silam.

Hagi menatap arlojinya yang melingkar di tangan kirinya. "Telat, nggak telat, sama aja."

Sebetulnya, Hagi malas sekali menghadiri acara gathering di perusahaannya. Namun, karena sudah menjadi jadwal rutin tahunan, mau tidak mau Hagi menghadirinya. Di sisi lain, dia adalah pemimpin perusahaan ini, tentu saja dia harus hadir.

Ia berjalan ke arah parkiran dengan cepat. Masih jam delapan pagi, santai saja.

***

"Pak Hagi itu udah punya anak tau."

"Oh, ya? Padahal gue nggak pernah denger dia nikah sebelumnya."

"Hamil di luar nikah kali. Udah biasa, kan?"

Hagi tak menyangka telinganya akan ternodai oleh gosip yang disebarkan oleh para karyawan. Kebetulan sekali ia baru mendaratkan kaki di koridor kantor dan mendengarkan percakapan dua pegawai wanita yang berjalan tak jauh dari posisinya. Langkah Hagi semakin membesar ketika dua pegawai itu akan berbelok.

"Kalian!" panggil Hagi sedikit kencang.

Kedua pegawai itu berhenti berjalan dan langsung mendapati Hagi yang memasang wajah sangarnya. "Eh, Pak Hagi! Selamat pagi!"

"Saya tunggu surat resign kalian siang ini."

Hagi tidak ingin mendengar alasan yang akan mereka ucapkan. Lebih baik, Hagi cepat ke auditorium untuk menghadiri acara gathering.

Di depan auditorium, Rendi sudah berdiri sambil memasang wajah gelisahnya. Kaki yang dibalut pantofelnya berkali-kali mengetuk lantai. Ia menunggu atasannya tiba. Para tamu sudah hadir di dalam ruangan dan hanya bosnya saja yang belum ada di acara itu. Mampus, ia akan kena semprot.

"Ren, langsung."

Rendi yang mendengar suara Hagi langsung lemas. Ia harus segera mengantar Hagi masuk ke dalam ruangan. "Mentang-mentang lo bos, ya. Enak banget datengnya ngaret."

Hagi menghela napasnya. "Udah. Buruan masuk."

Rendi yang berprofesi sebagai asisten pribadi Hagi hanya bisa menuruti perkataan atasannya. Walaupun di luar perusahaan keduanya merupakan sahabat dekat, tetap saja di perusahaan mereka membuat jarak. Atasan dan bawahan.

Mommy Rent?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang