8

1.8K 14 1
                                    

November, 15 2013

Hari ini aku dikejutkan saat aku hendak membuka ruanganku. 

Aku melihat Karel telah berdiri di depan ruanganku. 

"Pagi, Pak"
"Pagi" jawabku dingin sambil membuka pintu ruangan. 

Hari ini saya menilai Karel, materi dan tugas-tugas yang telah saya berikan sebelumnya, saya coba tanyakan padanya. Saya kira dia anak pemalas, ternyata tidak. Dia sebenarnya cukup mudah untuk dipelajari dan diingat. 

Saya sedikit tersenyum saat akhir evaluasi. "Ada apa, Pak?" tanyanya. 

"Kamu sebenarnya memiliki potensi. Dan kalau kamu serius. Kamu akan cepat mengerti sistem pemasaran di sini." 

"Wah, terima kasih, Pak." Seperti hari sebelumnya, dia cekatan dan semangat melakukan tugas-tugas yang saya perintahkan.

Semenjak hari itu, Karel semakin menunjukkan peningkatan.Bahkan saat senin, ketika aku mengadakan pertemuan dengan tim, dia mencatat dan bertanya menegenai hal-hal yang belum dimengertinya. Hubungan aku dan dia pun semakin intens. Dia selalu mengikutiku jika aku minta.

*
November, 22 2013

"Sam, ini aku Fenny. Aku dengar Karel mengalami peningkatan yang cukup pesat. Luar biasa kamu. Baru seminggu saja, anak orang udah kamu ubah kayak apa." Ah, Ibu tidak perlu terlalu berlebihan. 

"Ini, saya mau bertanya, sudah ada meja kerja yang kosong. Bagaimana menurutmu, apakah Karel perlu pindah ruangan atau tetap di ruanganmu saja?"

 "Ehm, sepertinya dia disini saja, lagian benar kata Ibu. Saya seperti punya asisten dengan kehadiran dia." Ibu Fenny pun tertawa kecil. 

"Oh ya sebelum saya lupa, dari Minggu sampai Kamis, minggu depan kamu diminta datang ke cabang kita di Bali, katanya ada masalah marketing disana. Mendadak sih mereka bilangnya." 

"Ya, mau gimana lagi Bu, saya mau gak mau harus datang kesana. Sekalian pesankan tiket pulang pergi ke Karel juga ya."

"Kalo tiket sih masalah gampang, tapi disana dia gak dapet duit jajan loh"

"Gampang, ntar itu pake uang jajan saya aja bu."

"Dan kamar hotel kalian cuma dapet satu tapi ya

"No Problem Bu,"

"Hati-hati loh, kalo terlalu sering ntar lama-lama dia suka lagi sama kamu"
sambil diikuti tawa kecil dari Bu Fenny.

"Ah, Ibu nakut-nakutin saya aja. Ga mungkin lah Bu."
Selesaikan pembicaraanku dengan Bu Fenny, saat makan siang, aku pun menyampaikan kepada Karel.

"Ke bali? Serius Pak?" dengan kegirangan Karel langsung merespon saat aku memberi tahu dia.

"Ssstt.. kecilkan suaramu rel,"

"Oh ya maaf, Pak. Baru kali ini saya pergi ke luar kota tanpa ditemani Pak Pratman ataupun Ibu." Kamu sedang mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan ya, dan hari Minggu kita berangkat dengan pesawat paling pagi. 

Nanti kita langsung ketemuan di bandara aja, Ok?" Sepertinya Karel benar-benar tidak sabar menunggu hari Minggu. Selama hari Sabtu, ponselku tak henti-hentinya berbunyi. Semua pesan yang kuterima, adalah sms dari Karel. Mulai dari materi yang perlu dia pelajari sampai barang apa saja yang perlu dia bawa, dia tanyakan semua saya.

SAM KAREL DAN PRATMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang