CHAPTER 05

1.7K 40 0
                                    

•TIDAK PEDULI•


Kini Keisha sudah selesai di periksa oleh dokter keluarga dari Rodriguez.

"Hanya beberapa luka luar saja, selebihnya tidak ada yang perlu di khawatirkan. Hanya saja mungkin saat Nona muda bangun mungkin dia akan mengalami sedikit trauma," jelas dokter Daniel.

"Lalu? Apa yang harus saya lakukan pada saat itu dok?" tanya Sakina dengan cemas.

"Bi Sakina cobalah ajak dia mengobrol tentang hal-hal yang tidak mengarah pada kejadian tadi. Aku harap Aldrich kau peduli dengan kondisi istrimu sekarang. Aku hanya ingin mengatakan jika sikis nya sedikit terganggu," jelas Daniel yang langsung melihat kilat kemarahan di mata Aldrich.

"Jangan coba-coba untuk mengatur aku Daniel, urus saja urusan mu. Jika kau ingin maka kau saja yang peduli dengannya, aku tidak peduli!" balas Aldrich tajam.

"Aku hanya memberikan mu saran saja! Setidaknya kau harus memberinya sedikit saja kenyamanan di sini!" pekik Daniel emosi. Entah kenapa sahabat satunya ini tidak pernah mau membuka hatinya untuk wanita lain setelah di tinggalkan oleh kekasihnya.

"Jika kau sangat peduli maka nikahi saja dia! Aku akan menceraikan nya sekarang juga!" sergah Aldrich dengan marah.

"Aku hanya memberi mu saran saja Al, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan! Aku tidak ingin membuatmu menyesal kemudian hari!" balas Daniel membuat Aldrich kembali berdiri dari kursi roda nya padahal tubuhnya masih belum kuat untuk berdiri kembali. Lalu dengan kasar mencengkram kerah baju milik Daniel.

"Aku katakan padamu Daniel White, Aku tidak butuh saran apapun darimu! Dan sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku membuat mulutmu yang sangat lancang merob3knya hingga ke kupingmu!" ancam Aldrich membuat Daniel bungkam sebab tahu apa yang di ucapkan oleh Aldrich tidak pernah main-main.

"Mari tuan Daniel, saya antarkan ke depan," ajak Hans cepat yang segera di angguki oleh Daniel setelah Aldrich melepaskan cengkeraman pada kerah baju miliknya.

"Aku pergi dulu Al, ingat besok jadwal mu untuk melakukan cek up dan terapi untuk kakimu!" ujar Daniel yang kemudian pergi dari sana setelah Hans terlebih dahulu.

Dengan langkah pelan Aldrich kembali melangkah ke kursi roda miliknya dan pergi dari sana meninggalkan Keisha yang belum sadar bersama dengan Sakina.

Aldrich masuk ke dalam kamarnya sejenak pikirannya melayang pada kejadian tadi. Dia melihat dengan jelas bagaimana Keisha hampir mati di buat oleh Ayah kandungnya sendiri. Aldrich harus tahu latar belakang Keisha. Pikirnya.

'Tok... Tok...'

"Tuan? Apakah anda ingin ke kantor?" tanya Hans.

"Iyah," jawab Aldrich setelahnya pintu terbuka menampakkan Hans yang langsung berjalan mendekat ke arah Aldrich dan segera mendorong kursi roda milik Aldrich keluar dari kamarnya.

•••

"Hari ini, anda akan berada seharian di kantor tuan. Tidak ada meeting maupun bertemu dengan para kolega anda," jelas Hans yang membuat Aldrich hanya membalas dengan deheman saja.

"Hans aku ingin kau menyelidiki layar belakangan dia," ujad Aldrich membuat dahi Hans berkerut menandakan jika dia tidak mengerti maksud tuannya.

"Dia? Maksud tuan siapa? Apakah...,"

"Gadis kampungan itu!" potong Aldrich yang membuat Hans langsung mengerti. Siapa lagi jika bukan Keisha yang dia maksud.

"Baik tuan, segera saya laksanakan. Tapi ada sesuatu yang membuat tuan menyelidiki nona muda? Apakah...,"

"Sejak kapan kau menjadi begitu cerewet Hans? Apakah aku harus meminta izin mu untuk melakukan sesuatu?! Sebaiknya hilang kan sikap slalu ingin tahu mu itu sebelum aku menghilang kan kepalamu terlebih dahulu!" sergah Aldrich kesal.

"Ma---Maaf tuan, kalau begitu saya pamit undur diri dulu. Tuan akan segera mendapatkan biodata lengkapnya," ujad Hans segera dan langsung pergi dari sana. Sebelum Aldrich benar-benar menghilang kepalanya.

Setelah kepergian Hans, Aldrich langsung memulai rutinitas nya sebagai seorang maniak kerja. Walau dalam kondisi pemulihan Aldrich tetap konsisten pada prinsipnya untuk tidak melibatkan urusan pribadinya dengan pekerjaan nya. Apalagi Aldrich memiliki keyakinan jika waktu akan terbuang sia-sia jika kita tidak membuat perubahan apapun di dalamnya.

Hingga ketukan pintu kembali membuat kepala Aldrich yang awalnya fokus menatap layar komputer langsung terangkat menatap daun pintu yang sudah terbuka memperlihatkan sang adik yang tengah tersenyum manis di sana.

"Kak Al!" sapanya sembari memasuki ruang milik Aldrich itu.

"Ada apa lagi?" tanya Aldrich yang kembali menatap layar komputer miliknya. Meskipun Aldrich sempat marah dengan adiknya ini tetap kemarahan reda seiring berjalan nya waktu.

"Kakak mengacuhkan aku lagi, ayolah kak! Mari kita keluar bersenang-senang sebentar!" ajak Elvano.

"Tidak! Kau saja, apa kau pikir aku hanya duduk di sini? Kau tidak melihat aku sedang sibuk, hah?!" ucap Aldrich dengan ketus.

"Ayolah kak! Kak ini yang punya perusahaan jadi tidak apa-apa jika kakak meninggalkan nya sebentar, lagi pula dengan pergi sebentar kakak tidak akan jatuh miskin! Dan lagi kakak sudah sangat kaya, untuk apa lagi bekerja keras?" jawab Elvano membuat Aldrich semakin geram pada adiknya ini.

"Jangan memancing emosiku El! Kau mau ku lubangi kepalamu itu, hah?! Apa kamu pikir mempertahankan perusahaan itu mudah?! Sama sekali tidak b0doh! Aku bukan kau hanya tahu bersenang-senang saja! Sana pergi! Aku sama sekali tidak berminat untuk melakukan percakapan yang tidak bermutu sama sekali denganmu!" usir Aldrich.

"Yayayaya! Baiklah kakakku yang sangat gil4 kerja! Jika kakak tidak mau menemaniku maka aku akan mengajak kakak ipar saja! Pasti dia sekarang hanya diam di rumah dan tidak melakukan apa-apa, iyakan kak?"

"Untuk apa kau memanggilnya dengan sebutan kakak ipar?! Kau ingin mulutmu juga ku robek, hah?!" tanya Aldrich yang kini benar-benar kesal.

"Lalu aku harus memanggilnya apa? Diakan istri kakak jadi otomatis dia adalah kakak iparku! Apakah otak kakak bermasalah akibat terlalu banyak bekerja?" tanya Elvano yang membuat Aldrich langsung melempar pena ke arah Elvano dan untungnya lemparannya itu meleset.

"Tutup mulutmu El! Makin hari kau kurang ajar padaku! Apakah aku harus menutup agensimu supaya kau bisa menjadi lebih sopan saat berbicara denganku?!" ancam Aldrich yang membuat Elvano langsung menggeleng cepat.

"Baiklah! Aku menyerah kakak! Aku tidak akan menganggu mu lagi, hehehe. Ku mohon jangan hancurkan agensi yang ku bangun susah payah itu," bujuk Elvano yang menyatukan tangannya memohon pada Aldrich.

"Kalau begitu pergilah dari sini! Aku sibuk!" balas Aldrich.

"Eh... Satu lagi kak, Mama menanyakan kapan kalian mengunjungi mereka," ujar Elvano yang memang itulah tujuan datang kemari. Hanya saja tadi dia hanya menggoda sang kakak.

"Aku tidak tahu, aku sibuk! Suruh saja mereka agar tidak berharap aku datang ke sana," jawab Aldrich.

'Apalagi dengan gadis kampungan itu,' batin Aldrich

Oke! Jangan lupa vote dan komen ges jangan jadi pembaca silent)

TUAN, sudahkah kau mencintaiku? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang