Part 16

718 61 3
                                    

Di sebuah gedung tua yang sudah tak berpenghuni terdapat dua orang pemuda yang saling menatap tajam.

"Mau apa lagi lo ha? Ga cukup lo ambil semua apa yang jadi milik gw?" tanya salah satu dari mereka yang berkulit putih dengan rambut berwarna Dark Grey. Pemuda tersebut menatap sengit lawannya yang juga menatap nya dengan tatapan remeh.

"Cuman mau liat aja sih... Masih hidup atau udah mati" jawab pemuda satunya dengan kekehan meremehkan.

"Tch.."pemuda berkulit putih itupun mendecih sinis.

"Sekarang gw cuman mau tau, apa mau lo ngajak gw ketemu disini" lanjutnya.

Pemuda yang di tanya hanya diam, namun pemuda itu berjalan mendekati si pemuda berkulit putih tersebut dan tiba tiba...

BUGH..

Pemuda berkulit putih yang tak siap pun sedikit oleng, namun ia dapat kembali menyeimbangkan tubuhnya.

Pemuda berkulit putih itu tak membalas. Yang dilakukan pemuda itu hanya mengelap sudut bibirnya yang sedikit sobek akibat pukulan dari pemuda yang sedari tadi memandangnya remeh.

Pemuda berkulut putih itu tersenyum tipis.

"Udah lega?" tanya pemuda berkulit putih tersebut.

Pemuda yang di tanya pun kaget sekaligus bingung. Pemuda tersebut menaikkan sebelah alisnya.

Pemuda berkulit putih yang melihat ekspresi lawannya bicaranya pun terkekeh.

"Gw tau, lo kaya gini pasti hidup lo lagi ada yang ga beres kan?"

Pemuda berkulit putih itu pun melangkah maju mendekati lawan bicaranya yang sedang menatap nya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Grep...

Pemuda berkulit putih tersebut tiba tiba memeluk lawan bicaranya lalu mengelus punggung lawan bicaranya tersebut.

"Kenapa? Masalah apa yang lo hadapin sampai lo kaya gini?"

Pemuda yang di peluk bukannya menjawab malah melepas pelukan tersebut lalu menatap pemuda berkulit putih tersebut dengan tatapan kosong, tetapi air mata tiba tiba mengalir dari pemuda tersebut.

Pemuda berkulit putih yang melihat lawan bicaranya seperti itu pun menatap nya dengan teduh.

"Orang normal ga bakal nangis kalo cuman di tanya kenapa"

Pemuda berkulit putih itupun mendekat.

"Sini... Mau cerita? Mau berbagi keluh kesah? Apa yang di lakuin 'mereka' ke lo?"

Pemuda berkulit putih itu mengajak pemuda yang satunya untuk keluar dari gedung, lalu mengajaknya pergi ke sebuah tempat.

Setelah sampai pemuda berkulit putih itu mengajak pemuda yang sedari tadi menatap kosong keadaan bejalan menuju bangku yang tersedia di sana lalu dudu berdampingan.

"Ini itu tempat favorit gw kalo lagi suntuk ataupun lagi ga enak hati"

"Setelah dari sini gw bakal langsung tenang"

Pemuda berkulit putih itu menoleh ke samping dimana pemuda tadi masih tetap menatap dengan pandangan kosong.

"Gw capek Xav... Di saat 'mereka' buat kesalahan yang menurut gw fatal, gw selalu nyoba buat sabar dan maafin hal itu. Tapi kenapa saat gw buat kesalahan kecil bahkan ga sebanding sama kesalahan yang selalu mereka perbuat, mereka malah judge gw yang nggak nggak. Bahkan sampe bawa bawa nama keluarga gw dan itu bikin hati gw sesek. Gw capek kalo terus terusan di suruh sabar. Gw juga manusia yang kesabaran gw ga sebanyak itu. Mereka selalu nuntut gw agar jadi pemimpin yang sempurna, sedangkan gw... Cuman manusia biasa yang pasti punya khilaf. Dan khilaf itu mereka selalu besar besarin.. Hiks.. Gw capek Xav..."

Pengganti? || ZHONG CHENLE ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang