BAB 2. DESA URUNG {Chapter 5}

6 3 0
                                    

Plak plak plak

Suarra yang terasa sakit dan Suara dari kulit yang bertemu dengan kulit membangunkan ku..

"Hei, bangun!"

Ehmmm.... saat kumembuka mata perlahan lahan sedikit bureng. Tampak ada sebuah topeng aneh tepat di depan mataku membuatku sedikit terkejut "gehg"

"Kau memang murid ku yang paling berbakat. Minggu ini warga akan makan daging lagi"

Saat mata membuka mata dengan jelas ternyata pria bertopeng ini adalah guru. Jika memungkinkan, aku ingin tidur beberapa menit saja.

Plak!!!

Tapi itu tidak memungkinkan semakin ak menutup mata semakin nyaring juga suara plak yang akan muncul.

"aduh, iya, aku bangun guru"

"Bagus, sekarang kamu bangun dan langsung mandi terus makan lihat itu perutmu sudah berbunyi, ada makanan daging enak di meja nanti. Setelah itu kita lanjut kelatihan berikutnya."

Hmmm..makanan enak? Kebetulan sekali aku belum pernah makan di dunia ini. Lalu latihan lagi? Tidak apa yang penting aku akan menjadi lebih kuat dengan latihan dari guru ini. Tapi sejujurnya aku ingin malas malasan saja.

Malas malasan juga perlu diantara latihan kau tau. Untuk sekedar menginstirahatkan otot dan otak.

Aku kembali dengan guru ke tenda yang harum ini dengan menggunakan tulang kecil itu. Lalu mandi. Tapi saya sarankan jangan mandi di sini karena jika mandi di sini kamu akan mengantri lama sekali bahkan bisa sampai 1 jam. Namun setelah menunggu 1 jam itu kamu akan terbayarkan oleh segarnya air di desa Urung ini membuat rasa lelah dan panas hilang sudah. Air yang jernih di kawasan gurun sungguh fenomena yang jarang ditemui.

Setelah Kiku (sebenarnya RizKiku tapi untuk memudahkan pembaca maka diubah menjadi Kiku) mandi dan mencuci pakaian nya, dia langsung menuju ke tenda tempak guru. Disana aku melihat Rina sedang makan daging bakar yang sedang dilihati guru. Padahal aku sedikit penasaran dengan wajah guru. Apakah dia berwajah seram atau justru berwajah imut. Tapi apa dia saat makan akan membuka topengnya ya?

Dilihat dari jauh daging itu sangat menggiurkan dan lagi dalam ukuran yang cukup besar.

Rina mengajak ku makan dengan daging yang masih di mulutnya dan daging di kedua tanganya, dia bicara

"ehmm ehmm ehmmm mmmm hmmm em em em!"

Aku tidak tau dia bicara apa, tapi aku yakin dia mengajak ku makan. Aku mencoba makan tapi diaman sendoknya? Aku melihat guru dan guru langsung mengisaratkan ku langsung makan dengan tangan...uh menjijikan. Tapi tidak apa, demi kejayaan perutku akan kulakukan.

Mmmm...ternyata daging ini benar benar enak. Sensasi lemak yang meleleh dimulutku berbeda dari makanan duniaku dulu, Aku harus menghabiskan daging ini! Tapi daging apa ini?

Tapi, dimana nasi? Aku mencari cari, tidak ada nasi hanya ada daging dan air putih. Belum lengkap rasanya kalau tidak ada nasi. Tapi sudahlah aku harus terbiasa dengan makan tanpa nasi.

Aku makan dengan lahap sambil menatap ke guru.

Kok bisa ya ada orang hanya melihat makanan saja, padahal ada daging enak di depannya. Aku juga mau ingin bertanya tentang daging enak ini.

"Rina sebenarnya daging ini daging apa? Kok rasanya enak, Sepanjang jalan tadi aku tidak melihat ada hewan ternak disini."

"nyum nyum nyum...oh...nyum nyum..emhmm ehmm emam.!"

"Rina kalau bicara makananya ditelan dulu baru bicara"

"....ini daging tikus yang dibawa guru. Daging ini cukup banyak jadi makan lah sebanyak banyak nya jangan sungkan."

Tikus? Jadi aku makan daging tikus...uh menjijikan, aku memuntahkan daging yang aku bisa tapi tidak mau keluar makanan didalam ku. Sejujurnya perutku tidak mau memuntahkan daging yang enak. Aku berusaha memuntahkan tapi tidak bisa, malah yang keluar justru air liurku.

Ohok ohok ohok

"Kiku kamu kenapa? Tersedak ya, sini kuambilkan kamu minum."

"terimakasih Rina."

"Tuan, daging monster disini cukup aman untuk dimakan, jadi tuan tenang saja dan maka. Untuk mengisi tenaga lagi karena habis ini tuan akan latihan lagi." suara Lina dikepalaku.

Baiklah aku akan makan daging ini. Sejujurnya aku agak engan makan daging ini setelah tau ini daging dari hewan pengerat itu. Tapi lebih jujur lagi aku ingin makan daging ini lagi!

Setelah kami makan bersama, aku diajak oleh guru ke rumah kakek Dul, katanya mau diberikan sesuatu.

Sesampainya di sana. Kakek Dul sudah menunggu didepan tenda. Kami masuk kedalam tenda. Kakek memberikan ku sebuah tongkat yang aku lihat dibawah ranjang ku saat aku pertama kali kesini.

"Kiku sekarang kamu latihan menggunakan tongkat ini...Gunakan tongkat ini selayaknya tanganmu untuk mengontrol pasir. Tongkat ini sepesial karena didalam tongkat ini ada jiwa dari mage terdahulu yang kuat. Sekarang tongkat ini milikmu." Kata guru dengan memegang tongkat itu dan mengarahkan nya ke aku.

Aku berterimakasi karena sudah diberikan benda sepesial ini. Saat ku memegangnya terasa ada energi lain yang masuk lewat tangan yang memegang tongkat ini. Energi ini memberikan tenaga yang besar.

Seletah pemberian itu, guru mengajaku keluar dari desa itu. Dan proses latihan pun dimulai.Aku disuruh mengontrol pasir itu dengan tongkat pemberian kakek Dul. Aku kesulitan saat pertama kali. Tapi setelah setengah hari aku mencoba ternyata tidak sulit yang kupikirkan. Cara kerjanya seperti ini,bayangan saja tongkat itu kepanjanga tangan mu dan perlakukan dia seperti tanganmu. Setelah ku mencoba beberapakali juga dapat disimpulkan bahwa tongkat ini bisa memperbanyak pasir yang kukendalikan serta jarak pasir yang bisa kukendalikan.

Setelah malam tiba aku pulang bersama guru ke Desa. Saat diperjalanan kami dihampiri oleh Rina dengan berlari terhuyung huyung. Saat mendekat wajah Rina tampak pucat, seluruh badanya berkeringat, tangan dan kakinya juga gemetar. Dia menceritkana apa yang terjadi di desa saat kami pergi, dengan suara yang tersendu sendu dia bercerita ada sakte iblis yang menyerang desa. Dan sekarang kakek Dul sedang melawanya dan para warga juga.

Setelah mendengar cerita dari Rina guru langsung membuat karpet terbang yang terbuat dari pasir. Dilihat lihat sepertinya ini mirip tekniku pasir melayang. Guru dan Rina menaiki karpet itu dengan cepat pergi meninggalkan ku sendiri di tengah gurun. Tak habis akal, aku juga mencoba membuat hal yang sama seperti guru mencoba membuat pasir melawayng untuk menyusul dan hal ini berhasil. Aku melesat menyusul guru tak lama...Hmm ini seperti adegan di animasi anak di duniaku dulu kalau tidak salah namanya alad1n dan aku mirip dengan g0ku saat menaiki awan kinton, hanya saja aku menaiki pasir. Tak lama, aku melihat ada cahaya merah dan ada asap yang besar dari arah desa, perpaduan yang sempurna untuk disebut sebagai kebakaran.

Semakin mendekat kearah desa,cahaya api semakin terang dan samar samar terlihat wajah iblis diantara kepulan asap, Tatapan dari iblis itu membuat kakiku lemas. Ditambah terdengar suara teriakan serta tangisan dari para orang tua Suara ini membuat hati yang mendengar pasti ikut menderita.

"Sial! Akan kubunuh siapapun yang berbuat seperti ini kepada desaku!" Kata guru sambil mempercepat terbang karpetnya.
Aku melihat sepertinya raut wajah guru sedang marah..meskipun wajanya tertutup oleh topeng nya. Tapi aku yakin sekarang dia sedang marah.

LUNDIA : GIFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang