BAB 2. DESA URUNG{Chapter 6}

7 4 0
                                    

Sesampainya di desa, Guru langsung menurunkan Rina ketempat diluar desa bersama Kiku. Dia menyuruhku menjaga Rina kalau kalau ada orang yang membunuhnya.

"Kalian tunggu disini. Kiku, tolong jaga Rina dengan segenap kekuatan mu. Jika ada musuh yang menyerang kamu boleh menggunakan kekuatan mu" Kata guru sambil tergesa gesa

Guru itu langsung berangkat lagi menuju kearah desa meninggalkan Rina dan Kiku berdua di tempat yang aman. Tempat aman yang dimaksud adalah gerobak kosong milik salah satu penduduk desa. Gerobak ini ditutupi terpal sehingga aman. Gerobak ini tidak jauh dari kumpulan musuh tapi juga tidak dekat. Dari arah gerobak bisa melihat kumpulan musuh musuuh.

Kiku mengintip dari balik gerobak untuk melihat apa yang terjadi tapi Rina memegang tangan Kiku, sepertinya dia melarangnya.

Kiku melepaskan tangan Rina seolah olah dia tau apa yang rina kawatirkan. Kiku mengintip melihat Gurunya bertarung dengan gagah berani turun langsung ke tengah tengah musuh.

Saat dia turun pun pasir ditempat ia berpijak juga ikut naik membuat dinding. Penjagat yang kaget langsung menyerang dia tanpa diberi aba aba. Guru langsung menutup rapat temboknya dan lihat.. Ada beberapa pasir yang masih diatas kurasa itu sisa dari karpet pasir dan para penjahat tidak menyadarinya. Pasir yang diatas jatuh seperti hujan yang turun ditengah api api. Menghujani para penjahat yang sedang menusuk nusuk tembok milik guuru. Pasir yang jatuh melukai kepala dari para penjahat membuat kepala dari para penjahat pecah satu satu. Pasir yang jatuh sepertinya berat, meski hanya pasir tapi dari apa yang terlihat itu seperti bola 20kg jatuh dari ketinggian dengan jumlah yang banyak. Hujan itu berhenti dan musuh musuh yang mengelilingi guru juga sudah hancur semua.

Aroma darah bercampur dengan aroma tenda tenda yang terbakar membuat kengerian tersendiri. Membuat Kiku bersyukur tidak ikut dalam pertempuran. Baru pertama kali dia melihat darah manusia sebanyak itu.

Isak tangis dari Rina juga membuat Kiku kasihan. Rina menangis sambil menutup mulutnya agar suaranya tidak terderngar sampai keluar. Dia tau jika dia menangis sangat keras dia akan ditemukan musuh.

Saat kedua orang itu sedang bersembunyi di gerobak.Terdengar suara langkah kaki mendekati gerobaknya. Kiku menyadari akan hal itu, dia juga menyadari bukan guru yang mendekatinya.

"HIYAAAA"

Ada sebuah pedang besar bermata 1 yang memebelah gerobak itu. Untung saja Kiku langsung kabur membawa Rina keluar dari gerobak itu, kalau saja kiku telat sedikit saja sudah pasti kedua orang itu akan mati terbelah sama seperti gerobak itu.

Pria itu. Si pembawa pedang itu. Bertepuk tangan.

"Hebat, kamu bisa menghindar dari kejutan dadakan ku. Kupuji atas kecepatan mu"

Pedang besar itu seharunya cukup besar. Seharusnya kejutan dadakan itu tidak bisa disebut kejutan dadakan.

"Rina kamu tetap dibelakang ku" Kiku berbisik Lina

"Siapa kamu? Apa mau mu?" Kiku bertanya ke pria itu sambil mengarahkan tongkatnya sedangkan dibalik punggungnya,tangan kirinya membuat gerakan agar pasir mengingkutinya.

"Pembanataian!" Dengan cepat pria besar itu tepat berada dihadapan Kiku dengan pedang besar diatasnya akan melancarkan serangan horizontal kebawah. Rina dengan cepat mendorong Kiku ke arah kanan memisahkan dia dengan kiku.

"AWAS" Hal ini membuat serangan besar itu tidak mengenai keduanya.

Kiku langsung memerintahkan jarum jarum yang dia buat di bawah pria besar itu meluncur keatas untuk menancapkan jarumnya. Namun usaha itu sia sia karena jarum itu mengenai besi pelindung dadanya yang tebal. Jarum itu hanya menggores saja.

"Hal yang kau lakukan tadi cukup menbuatku gatal. Ayolah berusaha lebih keras" Pria besar itu kini menjadi pria besar sombong.

"Baiklah mari kita akhiri ini" Kiku mencoba mengalihkan perhatianya kearahnya agar pria itu tidak berbalik ke arah Rina, mengingat rina seorang perempuan.

Kiku mencoba beberapa pisau di sekitar badanya untuk siap siap menyerangnya lagi.

Hal ini berhasil. Pria itu teralihkan oleh Kiku dan membiarkan Rina pergi menjauh.

"Sekarang tinggal kita berdua bocah." Pria besar itu mengintimidasi Kiku dengan aura serta tatapanya. Namun Kiku tidak gentar karena sudah pernah melawan ular yang lebih besar dari pria besar itu.

Kiku yang belajar dari sebelumnya mencoba menyerang dengan kejutan.

Kiku mengerakan pasir dibawah pria besar itu. Mengunci pergerakan kaki. Pria itu tidak dapat bergerak. Pisau yang disekeliling Kiku lansung meluncur kearah pria itu dengan cepat.Usahanya gagal. Pisaunya terhempas akibat kibasan pedang besar milik pria itu.

"Pedang mu akan kalah dengan pedang besar miliku bocah"

Dia benar. Pedang millik Kiku memang akan kalah.

Tapi cara bertarung mage tidak dengan pedang. Mage bertarung dengan sihir dan otak.

Ada gumpalan pasir di atas pria itu dan membentuk butiran peluru sniper yang siap ditembakan dari atas. Ternyata dari awal Kiku membuat gumpalan diatas dengan pasir yang sedikit sedikit dibalik badanya dengan tangan nya menuju keatas. Hal ini dia lakukan untuk meniru trik yang digunakan Guru.

"Tembak!" perintah dari Kiku dan seketika membuat peluru yang diatas pria itu berjatuhan dengan cepat.

Tapi berbeda dengan penjahat yang dihabisi guru. Pria ini menyadari turunya peluru itu. Pria itu melihat keatas dan mencoba melindungi dirinya dengan menggunakan pedang besarnya.Pedang besarnya menangkis peluru sniper itu!. Tapi gerakan tanganya kalah cepat setidaknya. Ada beberapa peluru yang mengenai pundak dan tanganya, membuat pria itu belumuran darah. Namun peluru tidak bisa menemus pelindung kepala miliknya Pria itu berjalan mendekati Kiku dengan perlahan lahan. Pria itu bisa berjalan meskipun kakinya sedang dikunci oleh pasirnya kiku. Pria itu terlalu kuat untuk dihadapi Kiku.

"Hahahahaha...Hebat, Kupuji kau bocah, karena sudah melukai ku seperti ini."

Dia semakin mendekati Kiku. Kiku mencoba melemparkan pasir kearah matanya agar dia sedikit buta. Hal itu membuat mata pria itu menutup sebentar. Pria itu membuka matanya lagi dan melihat Kiku tidak ada. Dia melihat keatas dan ternyata Kiku sedang diatas.

"Sini kau tikus, Tikus tidak sepantasnya terbang." Pria itu berteriak.

Di atas, Kiku mengeluarkan buah Doping yang diambil di oasis dan menusukan sebuah duri dari buah doping ke lenganya. Dia berusaha memperkuat magic nya. Tak lama dia merasakan kekuatanya meluap. Dia langsung membuat ribuan peluru sniper bersamanya di atas pria itu. Sebelumnya dia tidak pernah membuat ribuan peluru itu. Dan lagi dimasing masing peluru terlihat aura menandakan pasir itu dilapisi mana.

"Sudah kubilang cara itu tidak akan mempan. Bodoh"

"DIAM KAU PRIA YANG SOMBONG, KESOMBONGAN MU AKAN MENGAKHIRI HIDUP MU YANG BUSUK ITU" Kiku bersuara dengan keras yang penuh amarah. Tapi kenapa ada sebuah tetesan air mata yang kelaur dari matanya?
"TEMBAK" Teriakan Kiku terdengar oleh Rina dan Guru

Seketika ratusan peluru itu menghujani pria besar itu. Membuat debu debu disekelilingnya berterbangan. Di balik debu itu terdengar suara gerangan dari manusia tapi lebih kearah seorang singga yang akan mati. Yang jelas, tercium bau darah dari balik debu itu. Setelah beberapa lama, debu itu menghilang dan terlihat pria besar itu berubah menjadi ongokan daging yang sudah tidak berwujud seperti manusia lagi. Bahkan besi pelindungnya juga menjadi serpihan besi tak berbentuk.

Kiku menghela nafas. Seolah dia sudah melewati kejadia besar lainya dihidupnya. Ya. Dia membunuh manusia untuk pertama kali dihidupnya. Bahkan didunia sebelumnya dia tidak pernah membunuh manusia secara sengaja.

Kiku terjatuh kebawah tapi ditangkap oleh Rina.

"Terimakasih Kiku. Terimakasih Kiku. Terimakasih Kiku- "kata Rina berulang kali sambil menangis dan memeluk Kiku.

Sementara itu Kiku mulai menutup mata, mulai tertidur diatas pelukan Rina.

LUNDIA : GIFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang