BAB 2. MENUJU KE IBU KOTA (Chapter 2)

5 1 0
                                    

Dengan pandangan yang mulai buram, kepala mulai pusing dan dengan nafas yang sudah tidak beraturan hah..hah...hahh..., Kiku tetap berjalan dengan perlahan dengan kedua kakinya dibantu dengan tongkat di tangan kanannya. Pemandangan ini seperti orang yang uzur yang ringkih yang sulit untuk berjalan dengan kaki yang lemas.

(Tuan, mungkin lebih baik tuan duduk dan istirahat dulu,) saran dari Lina yang langsuung didengar Kiku.

Benar katamu Lina, lebih baik aku duduk untuk beristirahat.

Tak lama setelah Kiku duduk pandangannya mulai membaik, sejenak Kiku berfikir sudah lebih baik hanya dengan duduk sebentar. Namun saat mulai berdiri lagi, bukanya hanya pandangan nya saja yang kabur, namun pendengaranya juga mulai tak waras. Dalam prosesnya Kiku untuk berdiri ada beberapa kali dia hampir jatuh namun dia bisa menyeimbangkannya dengan tongkatnya.

(Tuan lebi- baik --an jangan ber-- dulu. Jangan terlalu---) saran dari Lina.

Suara dari Lina mulai tak terdengar jelas. Hanya beberapa kali langkah saja kaki Kiku mulai lemas, akibatnya dia terjatuh. Dalam pikiran Kiku.

Apakah aku akan mati hari ini? Tidak, aku sudah pernah melewati gurun ini dengan berlari dikejar ular raksasa, Aku pasti bisa!

Dia memotifasi dirinya sendiri namun apadaya tubuhnya tidak menuruti apa yang dia pikirkan , dia tertidur dalam teriknya matahari ditengah gurun.

(Tuan bang—tua- bangun!!)

Sekali lagi Kiku menutup matanya lagi. Apakah ini kebiasaanya?tertidur dimana saja.

Saat tertidur Kiku merasakan dia sedang dibawa oleh sesorang. Kiku juga mendengar obrolan kecil tentang uang dan bebas? Entahlah Kiku tak mendengar dengan jelas. Tak lama setelah itu, Kiku terbangun karena cahaya terang didepanya yang ternyata adalah lampu serta tamparan keras yang mengenai pipinya.

Hei, bangun! Ini bukanya tidur siang, pangeran kecil! uh suara kasar membangunkan Kiku.

Saat Kiku membuka mata dia sedang di dalam gang yang kotor dan ada beberapa orang di sekelilingnya.

Kalian sia- belum selesai bicara Kiku langsung ditampar.

PLAK

Orang kota tidak pantas bicara! Mau apa orang kota kesini? Atau jangan jangan kamu adalah sama sama orang buangan? Sialan, orang kota seenaknya saja membuang sampah disini.

bukan, saya bu-

PLAK

sudah kubilang diam! Orang kota memang harus dipukul berkali kali agar tau ya!

Setelah obrolan satu arah itu, Kikuu dipukul diwajah dan perut dan ada beberapa yang menikamnya dengan sajam di bagian punggung. Saat matanya mulai buram dalam keadaan darah keluar dari sekujur tubuhnya dia menutup mata sekali lagi, namun di keburaman matanya nampak seseorang yang kurus datang, sepertinya dia juga salah satu korban seperti Kiku.

Ketika Kiku Hampir menyerah dalam kekalahan seorang pria muncul dari kejauhan, melompat dengan lihainya dan membantuknya menghidari serangan bandit gurun itu.

Tak lama kemudian dia mendengar suara pukuan dan teriakan lalu saat dia bangun sekali lagi dia sedang di ruangan dengan bau anggur.

Kiku membuka mata perlahan lahan.

Kakak sudah bangun?

Seorang anak kecil ada disampingku. Dia sangat imut. Juga kulitnya putih, berbeda dengan orang orang yang kutemui digurun, apakah aku sudah sampai di kota?

Kiku mengedipkan mata kepada anak itu, memberikan sinyal kalau dia sudah bangun.

Si anak imut itu keluar dari ruangan. Samar samar terdengar suara anak kecil itu memanggil kakaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUNDIA : GIFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang