eighteen (M)

3.9K 215 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Nhai merintih pelan, perutnya besarnya yang terasa berat tapi ia harus menahan posisinya untuk tetap duduk di pangkuan Ai, tubuh bagian bawahnya menyatu dengan lengket, dengan tangan Ai yang memeluknya dari belakang, sesekali mengelus perlahan perut Nhai yang membuncit.

"Uh, Aii perlahan," Nhai sendiri merasa begitu jelas bentuk milik Ai di dalam tubuhnya saat benda itu bergerak perlahan. Nhai merengek, ia bersusah payah menghela nafasnya, sebenarnya tidak sakit tapi ini untuk pertama kalinya lagi setelah lima bulan Ai berpuasa melakukan itu.



Aiyaret sendiri menahan nafasnya, menahan nafsunya sekuat tenaga untuk tidak buru buru memenuhi keinginannya. Di kecupnya perlahan pundak telanjang milik Nhai, "bernafas sayang, tenang oke?" Tangannya mengusap dada istrinya yang berdetak dengan cepat. Tidak ada yang boleh menyentuh puting merekah cantik itu. Ai ingin sangat ingin, namun itu akan memicu kontraksi palsu dan bisa menyebabkan keguguran berulang.



Nhai merasa tidak sanggup lagi untuk tetap duduk dengan kemaluan Ai tertusuk disana, kepalanya menggeleng ribut, lubangnya seperti meregang terlalu lebar dan milik Ai merangsak masuk terlalu jauh. 



Kecupan kecupan itu masih diberikan Ai, di tengah nafsunya yang memburu dengan kuat. Sabar.


"Ah, Ai!" Tubuhnya bergetar lembut saat Ai bergerak, sangat sensitif dan menggairahkan tapi demi apapun saat ini Ai harus menahan dirinya.



Ai menanggung berat perut Nhai, ia sedikit mengangkatnya agar Nhai bisa lebih nyaman tapi tetap aja Nhai tidak tahan. Lama kelamaan pinggangnya sakit. Punggung polosnya bersandar pada dada Ai, sementara di bawah sana Ai masih bergerak teratur. Nhai ingin menangis saat tiba tiba Ai merubah posisinya, Nhai benar benar di atas pangkuannya sementara paha Nhai di sangga kedua tangan Ai merentang seperti seekor ayam.





Nhai malu, tapi tidak bisa melakukan apapun, tubuhnya menginginkan ini. Sejujurnya beberapa dua bulan ini memang nafsunya sering meluap luap sendiri. Katanya itu karena hormon kehamilannya.





Seperti saat ini, tiba-tiba saja Nhai menginginkannya saat mereka tengah makan malam, jadilah ia berakhir seperti ini.



"Aii, haus," katanya seperti itu. Coba bayangkan bagaimana perasaan Aiyaret di tengah gejolak nafsunya Nhai merasa haus. "Lepas dulu, aku mau minum, " Nhai merengek, bibirnya mengerucut lucu, wajahnya memerah cantik dengan rambut berantakan dan keringat yang membuatnya terlihat luar biasa cantik.



Percayalah miliknya masih sekeras batu dan Nhai memintanya melepaskannya.



Aiyaret tertawa pelan, ia menuruti keinginan Nhai, melepaskan miliknya dari lubang sempit itu. Dengan perasaan sedikit kesal ia mencium kening Nhai, Aiyaret selalu punya prinsip jika ia mencintai Nhai maka harus bisa menahan egonya sendiri.

Bayi [ Ai Long Nhai] meenpingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang